NovelToon NovelToon
The Marriage Of Moon And Dew

The Marriage Of Moon And Dew

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: dzataasabrn

Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.

Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Failed Date

"Apakah dia baik-baik saja?" Stefi menyenggol lengan Dania, mengendikkan dagunya ke arah Saras yang sedang fokus memandangi ponselnya sembari terkekeh.

Dania menoleh ke arah Saras. Sejak tadi senyum sahabatnya itu terus terkembang, ia tidak fokus dengan obrolan mereka dan terus memandangi ponselnya tanpa henti. Kadang ia nampak gelisah sambil terus mengecek ponselnya, kadang ia memandangi ponsel itu sembari cekikikan. Hal itu membuat Dania tersenyum samar, ia senang karena melihat Saras terlihat bahagia. Ini kali pertama ia melihat sahabatnya itu tampak begitu senang dan bahagia.

Dania mengenal Saras sejak mereka masih kecil, hal itu membuatnya paham betul bagaimana sifat Saras. Sejak mereka masih kanak-kanak, Saras adalah gadis yang sangat pemberani dan juga tegas. Meski ia terlihat galak dan juga dingin, ia selalu peduli pada orang lain melebihi dirinya sendiri. Ia selalu maju paling depan saat teman-temannya terancam, ia juga tak pernah mundur ataupun gentar di saat orang lain merasa takut. Mulut dan tatapannya yang tajam seringkali ia pergunakan dengan sangat bijak, tak jarang ia terlibat pertengkaran dengan anak-anak orang kaya lain.

Namun, semenjak menginjak bangku SMP Saras menjadi orang yang murung. Ia jadi lebih pendiam dan sangat cuek terhadap sekitar. Ia masih sama pemberani nya, tetapi ia seperti kehilangan taring dan menjadi sosok yang dingin. Saras selalu penuh rahasia dan jarang menceritakan hal-hal pribadinya kepada teman-temannya, termasuk Dania sendiri. Namun, Dania mulai dapat melihat bahwa kini Saras nampak seperti kembali hidup. Ia merasa seperti melihat Saras yang dulu dikenalnya saat kecil. Sosok yang peduli pada orang lain. Meski ia masih terlihat segalak biasanya, tapi kini Saras tak pernah terlihat murung. Meski kadang masih terlihat sendu dan misterius seolah penuh rahasia, kini tak ada lagi kesedihan di matanya.

"Biarkan saja. Dia sedang gila," Dania tersenyum tipis seraya mengamati Saras sekali lagi.

Queency memandang Dania dengan tatapan bingung, "Gila?"

Dania mengangguk pelan sembari menyesap es kopi di tangannya, "Gila karena cinta."

Stefi dan Queency kompak menahan tawa. Mereka sangat familiar dengan kalimat itu. Seperti pernah mereka dengar beberapa waktu lalu saat Saras sedang sedih-sedihnya usai di tinggal Sanu.

Tak lama berselang, dari kejauhan terlihat Sanu yang sedang berjalan ke arah mereka. Meski ia belum secara aktif mengikuti kelas dan mata kuliah, Sanu berinisiatif untuk menjemput Saras seusai ia menyelesaikan seluruh kelasnya. Sejak pagi Saras sudah menolak permintaan Sanu itu karena ia merasa kondisi Sanu belum benar-benar pulih untuk bepergian. Namun Sanu berusaha keras meyakinkan Saras karena ia sangat bosan berdiam diri di apartemen tanpa istrinya itu hingga pada akhirnya Saras menyerah dan mengizinkan Sanu menjemputnya.

Dari kejauhan, Sanu yang memakai pakaian casual berupa celana kain berwarna putih tulang beserta kaos berwarna putih yang dipadukan dengan cardigan hitam. Ia berjalan menyusuri lobby sembari menengok kesana kemari untuk menemukan Saras.

cr : pinterest

Melihat sosok Sanu yang kembali terlihat setelah satu bulan tanpa kabar membuat mahasiswa dan mahasiswi lain kompak membicarakannya. Semua orang yang melihatnya dengan segera berbisik-bisik dengan orang di sekitar mereka, membicarakan sosok pemuda tampan yang kini terlihat gagah di hadapan mereka. Sanu juga nampak sehat dan bugar meski sebuah perban kecil berwarna putih masih menempel di belakang kepalanya.

Saras yang melihat suaminya tengah kebingungan mencarinya itupun segera berdiri dari sofa yang ada di lobby. Ia berniat melambaikan tangan ke arah Sanu saat ke lelaki itu nampak menyadari keberadaannya lebih dulu.

Sanu menyunggingkan senyum simpul sembari berjalan dengan semangat ke arah Saras. Ia mempercepat langkahnya saat melihat Saras masih berdiri menunggunya dengan senyum samar dan tatapan berbinar.

"Ini untuk kamu," Sanu menyodorkan segelas minuman vanilla latte yang ia beli di Moonbuck saat dirinya dalam perjalanan ke kampus tadi.

Saras menerima uluran tangan Sanu dan mengangguk pelan, "Terima kasih ya."

"Jangan lupakan kalau sejak tadi ada orang di sini," Dania berdehem sembari melayangkan senyum mengejek ke arah Sanu dan Saras. Melihat hal tersebut membuat Sanu tersenyum simpul kemudian berjalan ke arah ketiga teman Saras.

"Maaf ya karena saya belum memperkenalkan diri secara pantas. Saya Embun Sanubari, kalian bisa memanggil saya Sanu," Sanu mengulurkan tangannya dan menyalami ketiga teman Saras bergantian.

"Dania," ujar Dania yang menyambut uluran tangan Sanu dengan senyum ramah.

"Aku Queency, pacarnya Bastian," Queency menjabat tangan Sanu dengan seutas senyum cerah.

Berbeda dengan kedua temannya yang dapat menyembunyikan kekaguman mereka kepada Sanu dengan berlagak jaim, Stefi nampak gemetar saat meraih uluran tangan Sanu. Ia reflek menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan memasang senyum gugup. Dari kejauhan Sanu sudah terlihat sangat tampan. Ia tidak mengira bahwa dalam jarak sedekat ini Sanu akan terlihat jauh lebih tampan.

Aromanya sangat wangi dan menyegarkan, sebuah aroma yang semakin dihirup akan membuat siapapun ingin terus mengendusnya. Kulitnya putih kekuningan dan sangat mulus. Bahkan wajahnya sangat licin tanpa pori-pori ataupun komedo. Ia sangat iri karena bahkan wajah Sanu nampak lebih mulus dari wajahnya sendiri.

"Stefi, sadarlah. Tutup mulutmu sebelum ada lalat yang masuk kesana," gurau Dania yang disambut dengan tawa renyah oleh Saras dan Queency.

"Diam bitch. Ah perkenalkan aku Stefi," Stefi menjabat Sanu tanpa bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Sanu.

"Apakah kalian teman sekelas?" Sanu menarik tangannya dari cengkeraman Stefi yang entah kenapa terasa sangat erat hingga seperti ingin mematahkan jemarinya itu.

"Ya, bisa dibilang begitu. Tapi kami bertiga sudah saling mengenal sejak SMP. Dania dan Saras bahkan sudah berteman sejak bayi." Queency menjelaskan.

"Benar, mereka adalah teman baikku sejak kecil. Bahkan bisa dibilang mereka adalah penggemarmu," Saras meraih lengan Sanu dengan santai tanpa menyadari bahwa tindakannya barusan membuat Sanu nyaris salah tingkah.

"Penggemar?" Sanu menaikkan sebelah alisnya sembari memandang Saras dan ketiga temannya bergantian.

Stefi mendelik ke arah Saras dan mengisyaratkan agar gadis itu diam.

Saras tertawa ringan, "Kurasa sebaiknya kita pergi sekarang, Sanu."

"Baiklah. Selamat tinggal Dania, Stefi, dan Queency. Senang bisa mengenal kalian." Sanu mengangguk ramah ke arah ketiganya, membuat mereka semakin merasa gagal dan iri setengah mati kepada Saras. Rasanya ingin sekali mereka menampar gadis itu karena tega-teganya ia memiliki Sanu untuk dirinya sendiri!

Saras melambai ke arah ketiga temannya kemudian berjalan bersama Sanu untuk meninggalkan lobby tersebut.

Sore itu, Sany berniat mengajak Saras untuk pergi berjalan-jalan. Ia menghabiskan semalaman untuk mencari tempat yang bagus dan mungkin akan disukai oleh istrinya itu. Setelah menimbang-nimbang dan menyeleksi beberapa lokasi, dengan mempertimbangkan jarak dan beberapa hal lain, Sanu pada akhirnya memutuskan untuk mengajak Saras pergi ke danau yang terletak di pinggiran ibu kota.

Keduanya berjalan pelan menuju mobil sembari bercakap-cakap ringan. Setibanya di tempat parkir, Sanu membukakan pintu mobilnya dengan hati-hati dan memastikan Saras masuk dengan selamat. Ia kemudian berjalan menuju pintu kemudi dan segera melenggangkan mobilnya untuk meninggalkan area kampus.

"Saras, apa kamu lapar?" Sanu melirik ke arah Saras sekilas sebelum kembali fokus mengemudikan mobil.

"Bagaimana kamu tahu? Sejujurnya aku tidak merasa lapar sejak tadi, tapi karena kamu bertanya aku tiba-tiba merasa lapar," Saras tersenyum kecil sembari menyandarkan punggungnya ke kursi mobil.

"Baiklah, kita cari makan dulu ya."

 

Sanu memandangi Saras yang tengah sibuk memperhatikan dan membolak-balik buku menu yang ada di hadapannya. Rambut panjang Saras beberapa kali menutupi wajahnya lantaran tiupan kipas yang ada di dalam restoran tersebut.

Sejujurnya Sanu merasa sedikit khawatir saat memutuskan untuk mengajak Saras ke restoran ini lantaran penampilannya yang sangat biasa dan tidak nampak seperti restoran mahal. Sanu khawatir Saras terbiasa memakan makanan mahal dan berkualitas tinggi sehingga ia sempat kebingungan memutuskan kemana ia harus pergi. Namun, saat Sanu meminta pendapat Saras gadis itu justru antusias untuk mencoba makanan di restoran yang sangat biasa ini lantaran Saras mengetahui bahwa masakan di tempat ini terkenal enak. Hal itu membuat Sanu terkejut sekaligus senang mengetahui bahwa Saras adalah orang yang juga bisa sederhana.

"Aku mau kepiting mentega dan milkshake strawberry. Kamu mau apa?" Saras menoleh ke arah Sanu yang kini duduk di sampingnya seraya memandangi dirinya.

Duh dia ini kenapa tidak berhenti melihatku sejak tadi? Aku kan jadi malu!

"Aku sama seperti kamu saja," ujar Sanu sembari mengulas senyum manisnya.

Saras mengangguk singkat kemudian mengembalikan buku menu tersebut pada pelayan yang berdiri di sebelah meja mereka.

"Jadi kamu suka strawberry ya?"

Saras menoleh ke arah Sanu, memandangnya dengan tatapannya yang sulit dimengerti bahkan oleh Sanu sendiri, "Ya, aku sangat menyukainya."

Rambut Saras kembali tertiup angin sehingga membuat rambut lembut itu kembali mengepak-ngepak di udara. Saras menghela napas sembari membetulkan rambutnya sekali lagi. Ia merutuk dalam hati karena hasil catokannya menjadi berantakan karena angin.

Sanu tertawa kecil. "Apakah kamu membawa kuncir rambut?"

Saras menggeleng pelan. Tangannya masih sibuk membetulkan rambutnya yang kembali berkibar karena kipas.

Usai mendengar jawaban Saras, Sanu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan bersih berwarna biru muda. Ia menggulung sapu tangannya hingga menjadi sebuah gulungan yang layaknya tali. Sanu lantas berdiri dari kursinya dan berdiri di belakang Saras, "Bolehkah aku mengikatnya?"

Saras yang terkejut dengan aksi Sanu pun merasa sangat terkejut. Baru kali ini ia melihat seorang lelaki yang sebegitu perhatiannya pada hal-hal kecil seperti ini. Jika orang yang ada di depannya adalah Dany, lelaki itu tak mungkin peduli. Bahkan jika rambut Saras tiba-tiba terbang hingga hanya tersisa satu helai, Dany tak akan ambil pusing dan tetap sibuk dengan makanannya.

Tetapi Sanu berbeda. Ia selalu memperhatikan hal-hal kecil yang kadang luput di mata orang lain. Ia selalu bersedia melakukan hal-hal sederhana untuk hanya untuk membantu Saras. Membukakan pintu, menyiapkan sendok dan garpu, membawakamembawakan sarapan, mengambilkan minum saat sedang menonton, membukakan pintu mobil, dan masih banyak segudang hal sederhana lain yang selalu Sanu lakukan tanpa diminta. Dan bagi Saras, hal itu bukanlah hal kecil, melainkan ketulusan Sanu yang entah kenapa selalu berhasil menyentuh hatinya.

Saras mengangguk ragu, mengiyakan Sanu untuk mengikat rambutnya.

Melihat Saras mengangguk, Sanu menggamit rambut Saras dengan sangat perlahan dan hati-hati, seolah yang sedang ia genggam itu adalah benang sutera yang sangat lembut dan mudah rusak. Sanu mengumpulkan rambut Saras ke dalam genggamannya dengan penuh perhatian. Sesekali ia menghirup aroma buah segar yang menguar dari rambut isterinya itu. Selain itu, rambut Saras juga jauh lebih lembut dari kelihatannya. Benar-benar dirawat dengan sangat baik, batin Sanu.

Usai mengumpulkan semua anak rambut yang masih bergelayut di sekitar pipi Saras, Sanu mengikat rambut lembut itu dengan sangat hati-hati menggunakan sapu tangannya. Sanu berusaha memastikan ikatannya tidak terlalu erat maupun terlalu kendor agar Saras tidak merasa terganggu dengan hal itu.

Usai semuanya terlihat rapih, Sanu kembali duduk di kursinya seraya memandangi Saras yang kini terlihat semakin cantik. Pipi Saras memerah. Ia meremas jemari yang ada di pangkuannya dengan tangan gemetar seraya menoleh ragu ke arah Sanu. Jantungnya berdebar tak karuan hanya karena perlakuan sederhana dari Sanu yang entah mengapa membuat Saras merasa sangat disayangi karenanya.

"Terima kas-"

"Saras?" belum sempat Saras menyelesaikan kalimatnya, seorang pria paruh baya dengan rambut yang telah putih itu berdiri di depan meja Saras dan Sanu.

"Apa yang kau lakukan di sini! Kenapa kau tak pernah mengangkat telepon ayah?" pria itu nyaris memekik saat melontarkan kalimat itu, membuat Saras gemetar setengah mati saat menyadari bahwa pria itu adalah ayahnya.

Sanu melirik ke arah Saras yang ekspresinya telah berubah dengan sangat drastis. Wajahnya terlihat takut dan tangannya gemetar hebat. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya dengan kuat tanpa berani mengangkat kepala.

Sanu menggerakkan tangannya perlahan dan meraih jemari Saras dengan lembut.

cr :pinterest

Saras menoleh ke arah Sanu saat merasakan laki-laki itu menggenggam tangannya, seolah tengah menyalurkan kehangatan dan keberanian yang membuat Saras perlahan mulai merasa tenang meski hati dan pikirannya masih ketakutan melihat ayahnya. Mimpi buruk yang Saras pikir telah pergi, nampaknya mulai datang kembali.

1
thieewiee
menyala author Q/Drool/
sisdelb: aaa maacii kaak🥰
total 1 replies
Aisyah Siti
nextt kak
thieewiee
lope lope sebakul buat autor udah crazy up
sisdelb: 😭😭 jadii semangat nulisnya karena pada antusias minta updatee. makasii banyak yaa buat supportnyaaa, lopee sekebon💞
total 1 replies
Culprit Heart
yaampun saras kamu janga Nethink duluuu
Culprit Heart
ya Tuhan😭😭😭 Author beneran isunya tendang pelecehan mulu yaaa
sisdelb: sorryy kaak😭. sejujurnya aku mau bikin reader kita aware aja sama isu sexual abuse karena aku pun pernah ngalamin hal serupa. entah itu orang asing atau orang terdekat, kita pokonya harus selalu aware dan waspada
total 1 replies
Culprit Heart
ati ati kemakan omongan sendiri neng
Culprit Heart
kocak banget😭
Culprit Heart
hahahaha sanuu gemes banget dah
Culprit Heart
wkwk avvvv
Culprit Heart
beneran cowok langka
Culprit Heart
astogenggg naksir ini mah
Culprit Heart
wkwkw jokes bapak bapak bgt jir
..
lanjuut
..
udah lama gk bca cerita author ini. menarik dan bikin penasaran
Culprit Heart
gaya penceritaannya bagus
Culprit Heart
lanjuttt thoorr
Culprit Heart
hahahah ketawanya ang ang ang dong😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!