NovelToon NovelToon
The Marriage Of Moon And Dew

The Marriage Of Moon And Dew

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: dzataasabrn

Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.

Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Danau

Sanu mengusap punggung tangan Saras dengan lembut. Ia tidak tahu kenapa Saras tiba-tiba terlihat ketakutan usai melihat ayahnya.

Laki-laki tua itu nampak berdiri di depan meja mereka dengan ekspresi berang. Ia mengenakan setelan jas yang terlihat rapih dan baru, hanya saja nampak kesempitan di bagian perut Danendra yang buncit.

Sanu memandang Saras sekali lagi, tangan lembut gadis itu terasa gemetar di genggaman Sanu, membuatnya merasa harus segera melakukan sesuatu.

"Selamat sore Pak. Akhir-akhir ini saya dan Saras cukup disibukkan dengan Ujian Tengah Semester dan kegiatan kampus, oleh karena itu mungkin Saras tidak sempat menelpon Anda, " Sanu berujar sopan. Ia berniat membuat Danendra sedikit tenang lantaran wajahnya yang nampak emosi itu.

Bukannya mereda, Danendra beralih menatap Sanu dengan pandangan tak suka. Tatapan yang sudah diterima Sanu sejak pertama kali bertemu dengan ayah mertuanya itu.

"Jangan ikut campur. Biarkan aku bicara berdua dengan Saras!"

Sanu terkejut dengan respon Danendra, pria itu membalas ucapannya dengan sergahan yang nyaris terdengar seperti bentakan. Tak ingin membiarkan Danendra melakukan sesuatu yang buruk pada Saras, Sanu berdiri dari kursinya tampa melepas genggaman tangannya.

"Saya tidak akan membiarkan Anda melakukan hal buruk kepadanya. Sekarang dia adalah istri saya dan saya berhak ikut campur," Sanu melontarkan kalimat yang terdengar sangat tegas, namun ia tetap berusaha sebisa mungkin untuk menahan intonasinya agar tetap terdengar sopan. Bagaimanapun juga, lelaki di hadapannya itu adalah mertuanya sendiri.

Danendra nampak terdiam, ia menatap Sanu dengan ekspresi kecut yang sangat mengerikan. Kerutan-kerutan di wajahnya nampak menegang, ia nampak sedang berpikir dan menimbang-nimbang sesuatu.

"Baiklah, maafkan aku. Aku hanya bersedih karena putriku tidak menghubungi ayahnya yang merindukannya ini. Aku hanya ingin mengetahui kabarnya dan menanyakan keadaannya. Itu saja. Aku tidak berniat buruk," entah kenapa, Danendra mendadak berubah sikap. Suaranya nampak lebih rendah dan senyum aneh terukir di bibirnya yang kering. Ia terlihat menunjukkan wajah terpaksa dan menyunggingkan senyum janggal ke hadapan Sanu.

Mendengar itu membuat emosi Sanu sedikit menyurut, meski begitu, ia tetap tidak bisa membiarkan Saras sendirian berbicara padanya. Entah kenapa Sanu merasa khawatir jika membiarkan mereka berdua saja.

Sanu kembali duduk di kursinya dan mendekatkan wajahnya ke arah Saras. Ia menggerakkan tangan kanannya untuk menggamit tangan kiri Saras dan menggenggam kedua tangan gadis itu dengan tulus.

"Kamu mau berbicara dengan ayahmu? Kalau kamu merasa tidak nyaman, kita berbicara di sini saja ya?"

Saras mendongakkan kepalanya seraya menarik napas dalam-dalam, ia menatap Sanu yang nampak sangat khawatir kepadanya.

Dalam hati kecil Saras, ia sangat bersyukur ada Sanu di dekatnya. Ia merasa sangat dipedulikan dan disayangi dengan tulus. Sanu bahkan seolah memahami bahwa ia enggan bersama ayahnya tanpa perlu memaksa Saras untuk memberikan penjelasan. Keberadaan Sanu seolah memberikan Saras kekuatan dan keberanian untuk menghadapi ayahnya. Ia mulai memiliki keyakinan bahwa Sanu akan melindunginya dari ayahnya. Apalah yang bisa dilakukan Danendra padanya jika Sanu selalu ada di sampingnya dan selalu berusaha memastikan kondisinya baik-baik saja.

Dengan perasaan yang sedikit lebih tenang dan kekuatan yang seolah disalurkan Sanu melalui genggamannya, Saras tersenyum kecil kemudian perlahan melepaskan genggaman tangan mereka, "Beri aku sedikit waktu untuk berbicara berdua dengan ayah ya. Kami tidak akan lama."

Sanu tersenyum lesu. Rasanya ada yang hilang dari dirinya saat Saras melepaskan genggaman mereka. Meski begitu, Sanu berusaha menghormati ayah dan anak itu dan memutuskan untuk menunggu mereka mengobrol dan menyelesaikan urusannya.

Dengan perasaan gelisah dan was-was, Sanu terus menatap ke arah pintu masuk kamar mandi karena disitulah Saras dan Danendra masuk untuk berbicara.

Mereka hanya berbicara kan? Kuharap tidak ada hal buruk yang terjadi.

 

---- Sanu's Pov ----

Aku memandang Saras sekali lagi. Sejak selesai berbicara dengan ayahnya, Saras menjadi sangat murung dan irit bicara. Setiap kali aku mengajaknya berbicara, ia selalu memberikan jawaban singkat dan enggan. Selama di perjalanan, ia terus melihat ke luar jendela sembari menyandarkan bahunya ke pintu mobil.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya karena perubahan sikapnya sungguh drastis. Pasti sesuatu terjadi saat mereka sedang mengobrol tadi. Tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kurasa bertanya pada Saras pun tidak akan membuatnya merasa lebih baik. Jadi, aku memutuskan untuk memberikannya ruang untuk berpikir dan mengembalikan moodnya. Kuharap danau itu bisa mengembalikan senyumnya.

Kami melanjutkan perjalanan dengan tenang dan penuh keheningan. Usai melenggang di jalanan selama kurang lebih tiga puluh lima menit, kami tiba di sebuah jalanan tak beraspal yang dikelilingi pohon pinus. Usai berbelok di sebuah papan selamat datang yang sudah reot dan nyaris tak terbaca lagi tulisannya itu, aku memarkirkan mobil dengan hati-hati.

"Saras, kita sudah sampai."

Saras mengangguk kemudian melepaskan sabuk pengamannya dengan tenang. Ia membuka pintu mobil di sebelahnya dan keluar dengan anggun tanpa menoleh ke arahku.

Aku mengikutinya untuk turun dari mobil usai mengambil beberapa barang. Ia nampak mengamati sekeliling dengan mata berbinar. Aku mengulas senyum samar, semoga ia suka berada di sini.

"Ayo, Saras." Aku berjalan ke arahnya dan mengajaknya untuk berjalan sedikit lagi agar kami bisa sampai ke danau.

Ia menurutiku dan berjalan di sebelahku dengan langkah pelan. Ia tidak habis-habis menengok ke sana ke mari, memperhatikan pohon-pohon dan burung-burung yang ada di sekitar kami. Wajahnya masih nampak murung, tapi setidaknya ia terlihat sedikit antusias.

Aku meraih jemarinya dengan ragu, mencoba menggandengnya karena aku takut ia bisa terjatuh jika terus menoleh ke sana kemari dan tidak fokus ke depan seperti itu. Saras yang merasakan tanganku menyentuhnya terlihat menoleh dengan kaget. Matanya membelalak seolah aku baru saja melakukan hal yang sangat buruk kepadanya.

Ia menghentikan langkahnya dan memandangku dengan intens. Ia lantas menghela napas kemudian kembali membuang muka dan melanjutkan langkahnya seraya melepaskan peganganku dari tangannya.

Sejujurnya aku tidak mengerti dengan reaksinya. Ia terlihat takut sekaligus tidak nyaman saat aku menyentuh tangannya. Ada apa? Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi seperti itu? Aku terus bertanya-tanya sembari melanjutkan langkah. Tak begitu lama, kami tiba di penghujung jalan. Sebuah danau membentang luas di hadapan kami dengan diapit bukit batu kapur dan pepohonan. Di ujung jalan, terdapat sebuah papan kayu yang dibangun menyerupai sebuah jembatan yang menjorok ke arah danau. Terdapat teralis berupa kayu dan rantai besi yang membatasi di sekelilingnya agar orang yang berada di sana tidak terjatuh.

Saras berjalan setengah berlari usai melihat pemandangan super indah di hadapannya. Ia berhenti di ujung pembatas dan memutar tubuhnya dengan antusias. Ia nampak sangat kagum dengan apa yang dilihatnya.

cr : pinterest

Aku berjalan di belakangnya dengan tenang, mengamati punggung dan rambutnya yang bergerak-gerak tertiup angin. Ia merentangkan tangannya dengan semangat, seolah sedang memeluk angin dan pemandangan di hadapannya dengan penuh cinta.

Aku tersenyum tanpa sadar. Rasanya senang melihatnya bersemangat seperti itu. Aku berharap ia tidak lagi murung ataupun bersedih. Kuharap, ia bisa melupakan apapun yang dialaminya tadi dan kembali menjadi Saras yang ceria seperti halnya dirinya beberapa hari ini.

"Kupikir kamu bilang akan mengajakku ke danau?" Saras menoleh ke arahku, sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya yang indah.

"Eh? Bukankah ini danau?" aku menggaruk tengkukku dan berdiri mensejajarinya.

Saras tertawa pelan kemudian kembali memandang lurus ke depan, "Ini sungai, Sanu."

Ah..... Rupanya aku salah menyebutnya ya? Duh, betapa malunya aku.

"Maaf ya, aku tidak bisa membedakan keduanya."

"Tidak masalah. Aku senang kamu membawaku ke sini," Saras menoleh ke arahku. Angin menerpa rambut dan wajahnya. "Terima kasih ya." senyum manis terkembang di bibirnya.

Perlahan, ia berjalan mendekat ke arahku. Tangannya meraih kedua tanganku dengan lembut. Ia menarik kedua tanganku dan mendaratkan tubuhnya di pelukanku. Ia mendekapku dengan erat dan menyandarkan kepalanya di dadaku. Tangannya bergetar, begitu pula tubuhnya. Lamat-lamat, aku mendengarnya terisak. Ia mengeratkan pelukannya padaku sembari terisak pelan. Tanpa berpikir lagi, aku membalas pelukannya dan mendekap tubuhnya dengan lembut dan penuh perasaan. Aku mengusap punggungnya dan mengecup puncak kepalanya sembari merasakan mataku yang mulai berkaca-kaca.

Ini seharusnya menjadi kencan yang indah dan menyenangkan, tetapi entah kenapa justru berakhir dengan sedih dan penuh air mata seperti ini.

1
thieewiee
semangat kk
thieewiee
menyala author Q/Drool/
sisdelb: aaa maacii kaak🥰
total 1 replies
Aisyah Siti
nextt kak
thieewiee
lope lope sebakul buat autor udah crazy up
sisdelb: 😭😭 jadii semangat nulisnya karena pada antusias minta updatee. makasii banyak yaa buat supportnyaaa, lopee sekebon💞
total 1 replies
Culprit Heart
yaampun saras kamu janga Nethink duluuu
Culprit Heart
ya Tuhan😭😭😭 Author beneran isunya tendang pelecehan mulu yaaa
sisdelb: sorryy kaak😭. sejujurnya aku mau bikin reader kita aware aja sama isu sexual abuse karena aku pun pernah ngalamin hal serupa. entah itu orang asing atau orang terdekat, kita pokonya harus selalu aware dan waspada
total 1 replies
Culprit Heart
ati ati kemakan omongan sendiri neng
Culprit Heart
kocak banget😭
Culprit Heart
hahahaha sanuu gemes banget dah
Culprit Heart
wkwk avvvv
Culprit Heart
beneran cowok langka
Culprit Heart
astogenggg naksir ini mah
Culprit Heart
wkwkw jokes bapak bapak bgt jir
..
lanjuut
..
udah lama gk bca cerita author ini. menarik dan bikin penasaran
Culprit Heart
gaya penceritaannya bagus
Culprit Heart
lanjuttt thoorr
Culprit Heart
hahahah ketawanya ang ang ang dong😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!