Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Ternyata kegugupan Shafia di ketahui Gus Faizal.
Faizal terkekeh geli, dan tentu nya kekehan Faizal juga di dengar jelas oleh Shafia.
"Kamu terlalu gugup untuk berperan sebagai patung Shafia" Sindir Gus Faizal membuat wajah Shafia bersemu merah.
Ia semakin merasa gugup karena Faizal secara tidak langsung tengah menyindir nya.
Namun Shafia tetap tidak berkuti dari tempatnya.
Faizal melangkah lebih mendekat ke arah Shafia, Membuat jantung Shafia semakin tak terkontrol.
"Ada yang harus kita bicarakan Shafia" nada suara Gus Faizal berubah menjadi serius.
Sementara Shafia hanya menunduk.
"Aku tidak sedang memarahi mu jangan terus menunduk, kamu boleh menjaga pandangan mu tapi tidak harus terlalu menunduk gitu. tidak sopan" ucap Gus Faizal.
"Shafia malu Gus" ucap Shafia cepat.
"Malu"?
Tanya Gus Faizal menahan tawa nya saat teringat kejadian pagi itu di depan kamar mandi, yang ia yakini menjadi penyebab gadis itu merasa malu seperti apa yang di katakan nya.
Gadis itu benar benar membuat Gus Faizal merasa gemas.
" Apa yang membuatmu malu Shafia, aku berpakaian seperti biasa tidak se---- "
"U-udah Gus jangan di ingat lagi." potong Shafia cepat.
Shafia mengigit bibir bawah nya untuk menghilangkan rasa gugup nya yang semakin menjadi jadi itu.
Seketika keadaan menjadi hening, sebelum akhirnya Gus Faizal kembali bersuara dan mengatakan hal
yang langsung terasa memporak porandakan hati Shafia.
"Besok keluarga ku akan melamar Afifah"
DEG
Tubuh Shafia lemas seketika, seperti telah kehilangan separuh nyawa nya.
Peryataan Gus Faizal terlalu tiba tiba walaupun mungkin apa yang pria itu katakan sudah di rencanakan jauh jauh hari.
Shafia menyalurkan rasa sakit hati nya di genggaman nya, yang bahkan sudah melukai tangan nya.
Baru tadi pagi Gus Faizal mengatakan ingin mendengarkan kata kata nya dulu yang belum sempat ia lanjutkan.
Namun Ini malah tak sesuai, Shafia bingung mau mengatakan apa karena lidah nya terlalu kelu.
"Selamat Gu"
Ujar Shafia karena hanya kalimat itu yang terlintas di pikiran nya.
Namun Shafia menyesal mengatakan itu, karena Faizal jadi tau jika dirinya sedang sekuat tenaga untuk menahan tangis.
TES
Shafia gagal menahan air mata nya untuk tidak keluar. Shafia menghela nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.
Shafia menatap dalam Gus Faizal, pandangan mereka bertemu saat beberapa detik karena Faizal segera menunduk.
sementara Shafia tersenyum pahit.
"Shafia do'akan semoga semuanya berjalan dengan lancar" ujar Shafia dengan tulus, namun air matanya tak lagi bisa ia tahan.
"Gus"
Faizal mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk, namun tetap tidak mau menatap Shafia.
Shafia tersenyum pedih.
"Maafkan aku Shafia, andai saja waktu itu aku mendengarkan kalimat mu sampai akhir, mungkin tidak akan ada perjodohan ini" ucap Gus Faizal penuh penyesalan.
"Jika memang semuanya sudah berakhir, maka seharusnya tidak ada lagi yang tersimpan untuk di kenang maupun disesali nanti nya.
" Mungkin memang Gus Faizal bukan jodoh Shafia, Dan Ning Afifah memang lebih pantas untuk Gus Faizal, untuk mendampingi Gus Faizal menjadi pengurus pesantren ini" ucap nya kembali, nada bicaranya mulai tertahan namun ia tak ingin terlihat lemah di depan Gus Faizal.
Shafia menatap Gus Faizal, dan secara bersamaan Faizal juga hendak menatap Shafia, namun Faizal dengan cepat mengalihkan pandangan nya.
Shafia berusaha untuk tetap tersenyum.
Pria dihadapan nya sungguh bisa memuliakan perempuan.
"Jika ini memang sudah garis jodoh Gus Faizal dengan Ning Afifah, seharusnya shafia juga harus bisa mengikhlaskan itu, iya kan Gu"? ujar Shafia dengan lirih.
Ucapan Shafia membuat Faizal terkejut, ia tidak menyangka Shafia akan bicara seperti itu di saat dirinya sendiri masih berharap bisa berjodoh dengan Shafia.
"*Kenapa gadis ini begitu kuat*" batin Faizal.
"Kamu yakin dengan ucapan mu itu" tanya Faizal terkesan ragu.
"Yakin Gus, InsyaAllah Shafia ikhlas"
"Jujur aku begitu menyesal, aku terlalu bodoh tidak mau mendengarkan mu sampai akhir" ujar Faizal masih terus menunduk.
Faizal bukan tidak mau melihat Shafia, namun ia tidak akan tega saat melihat gadis itu, yang pasti nya saat ini begitu terluka.
"Semuanya sudah saya sampaikan, semoga ini menjadi pertemuan terakhir yang mengikis kesalah pahaman di antara kita" ujar nya.
Shafia menarik nafas dan membuangnya cepat, Shafia menoleh sebentar pada Faizal lalu bangkit dari duduk nya.
"Assalamu'alaikum Gus" shafia langsung beranjak ingin pergi meninggalkan Gus Faizal, ia merasa sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit di hati nya.
Faizal ikut berdiri, Faizal mengerut kan kening nya.
"Tunggu" seru Faizal.
Langkah Shafia terhenti ketika Faizal memanggilnya.
"Apa kamu tidak ingin memperjuangkan perasaan mu" tanya Faizal.
"Maksudnya apa"?
" Apa kamu sudah yakin dengan perasaan mu pada ku" tanya Faizal kembali yang langsung di angguki oleh Shafia.
"Aku ingin membicarakan ini pada semua orang besok, aku masih menaruh harapan padamu.
Ini adalah kesempatan ku untuk menjelaskan kesalah fahaman ku, semoga mereka semua bisa mengerti" ujar Faizal.
Shafia mencoba mencerna ucapan Faizal, apakah ia tidak salah dengar.
Hati nya bergemuruh senang, ia tidak menyangka disaat dirinya sudah mencoba untuk menyerah, ternyata Faizal justru ingin memperjuangkan nya.
Tapi Shafia tersada, fakta nya pria itu besok akan melamar wanita bernama Afifah.
"Bagaimana dengan Ning Afifah, Gus"?
Perasaan Shafia menjadi bimbang.
Disatu sisi hatinya mengatakan jika ia tidak perlu perduli dengan wanita lain, jika pria itu sendiri yang ingin memperjuangkan nya.
Dan bukan dirinya yang memaksa untuk di perjuangkan.
Namun Disisi lain, Shafia seperti di tahan oleh hati nurani nya yang mengatakan ia tidak boleh bersifat egois, dan menyakiti hati orang lain.
"Pria itu tersenyum lembut dan mengatakan bahwa ia akan menjelaskan ini semua kepada Afifah.
Seketika ucapan Faizal langsung bisa menghalau pikiran pikiran kotor yang bisa menggoyahkan hati dan pikiran nya, dengan memberikan jawaban yang bisa membuat Shafia bisa bernafas lega.
Setelah perbincangan itu, keduanya lalu meninggalkan tempat itu.
Shafia kembali ke asrama nya, sementara Faizal kembali ke rumah nya.
Sepanjang jalan Faizal tak henti bersyukur dalam hati, walaupun senyuman tidak terlihat mengembang di bibir nya, namun siapa yang tau betapa bahagianya Faizal saat ini.
Pria itu ingin segera sampai rumah, dan menjelaskan semuanya kepada Syekh Achmad dan Umi Halimah.
Faizal menatap langit yang mulai gelap dengan raut bahagia, waktu terasa berjalan sangat lambat. ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kedua orang tua nya.
*Ketika kamu telah menemukan cinta sejati, jangan berniat untuk menemukan nya lagi. peluk dan genggam lah dia selama kamu masih memiliki nya*
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih