Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Boneka Cacat yang Pemberani
***
Begitulah bulan madu mereka berakhir dengan perasaan senang nan bahagia. Yaaahhh walaupun ada sesuatu yang sangat menyakitkan hati kedua pasangan itu, seperti contoh di air terjun. Tapi tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja.
Pagi ini, setelah menikmati sarapan buatan Ayna, Adam dan Ayna mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor Adam sendiri. Seperti yang dijanjikan lusa kemarin kalau Adam ingin mengajak Ayna ke kantornya.
"Sudah semuanya?" tanya Adam.
"Hm, sudah." jawab Ayna.
Seperti biasa, Adam dengan setelan kantornya serta berjas hitam dan berdasi merah, sedangkan Ayna dengan baju lolitanya yang berwarna putih tulang. Tak lupa juga, Ayna mengepang rambutnya lalu dikesampingkan serta mengenakan jepit mawar putih.
"Oke, ayo."
Segera mereka keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Setelahnya, mobil itu melaju ke jalanan perumahan ke jalanan raya yang tidak terlalu ramai. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari kedua pasangan itu karena mereka tenggelam dengan pemikiran masing-masing terutama Ayna.
'Aiisshh, malah mikir yang ngga-ngga. Siapapun yang buat rumor tentang Mas Adam, siap-siap bae ya dirimu. Aku ngga bakalan tinggal diam.'
'Apa ya yang kulupain? Ngga ada kan ya?'
***
"Selamat datang Tuan Adam, selamat datang Nona Ayna."
Kedatangan kedua pasangan itu disambut oleh karyawan yang sudah berbaris rapi. Mereka memberi penghormatan. Adam hanya menanggapinya dengan datar, lain halnya dengan Ayna. Dalam diam ia sedikit bingung.
'Lah iya juga. Kan Mas Adam CEO jadi ngga heran sih.'
Mereka berdua bergandengan tangan menuju ke ruang kantor Adam sendiri. Sepanjang jalan koridor, banyak mata yang selalu memandang pasangan itu, terutama Ayna. Banyak yang penasaran dengan istri sang CEO apalagi melihat paras cantiknya yang seperti boneka.
"Itu... Istrinya Tuan Adam?"
"Hooh. Eh cantik bangeeettt! Kek boneka ya!"
"Yakin itu manusia? Ngga wajar begitu. Jangan-jangan memang boneka yang dibawanya."
"Ey. Kok kamu bisa berpikir gitu sih?"
"Lah itu, istrinya pakai tongkat. Sudah pasti kan buat menyangga. Ya kali Tuan Adam beristrikan boneka terus pakai tongkat. Cacat apa?"
"Iya, saya cacat."
"UWAAAHHH!"
Tiba-tiba saja, Ayna berdiri tepat di depan mereka. senyuman manis terpatri di wajahnya, tapi sebenarnya sedang menyembunyikan amarah yang sangat besar.
"N-Nona..."
"Hm, iya? Kenapa ya Bu? Apa mau ada yang ditanyakan pada boneka yang cacat ini?" tanya Ayna penuh intimidasi.
"T-Tidak, tidak Nona. B-Bukan begitu, A-A-Anda salah paham..."
Ayna menatap name tag wanita itu yang mengatakan dirinya adalah boneka, bukan wanita. Lalu cacat karena mengenakan tongkat. Ia bernama Yuri.
"Bu Yuri."
"I-Iya?"
"Bu Yuri tahu kan, apa yang Bu Yuri katakan kepada saya hari ini, saya bisa melaporkanya kepada suami saya bahkan Tuan Chairul, yang notabenenya kakek mertua saya. Apa yang sudah Bu Yuri katakan sudah membuat hati saya sakit."
"Coba dipikir secara logika. Kalau saya boneka, harusnya saya ngga bicara banyak dan lugas seperti ini. Sebuah boneka pasti selayaknya patung, diam dan ngga berbicara. Sebenarnya... Saya juga penasaran akan hal ini."
Ayna melangkah satu langkah mendekati Yuri, tatapannya berubah menjadi datar dan itu membuat Yuri ketakutan.
"Saya tahu rumor suami saya yang seorang gay. Itu hanyalah rumor yang ngga beretika apalagi bisa menjatuhkan harga diri seseorang. Apa jangan-jangan... Selama ini Bu Yuri yang menyebarluaskan sampai di perkumpulan sosialita?"
Semua mata memandang Ayna dan Yuri. Mereka juga baru tahu kalau Ayna sama seramnya seperti Adam.
"Ha-Hah! Tahu apa kamu hah?!"
"Yuri! Jaga bicaramu!"
"Diam Lia! Dia itu hanya orang asing yang cacat! Dia juga sudah menggoda Tuan Adam sampai tidur bersama! Oooo iya, aku lupa. Kamu, pasti sudah memanipulasi pikiran Tuan besar dan Nyonya besar agar kamu berasa dilindungi oleh mereka! Padahal kalau tanpa mereka, kamu ini ngga jadi apa-apa! KAMU INI ORANG CACAT! NGGA COCOK BUAT TUAN ADAM! HARUSNYA AKU YANG BERSANDING DENGAN DIA!" ucap Yuri lantang.
"Oooo betul kalau begitu ya? Bu Yuri yang menyebarkan rumor kalau suami saya gay?" tanya Ayna santai.
"K-Kamu maunya apa sih b*****t?!"
DUAAGGGHHH
"Aaakkkhhhh!"
"NONA! YURI, MINTA MAAF NGGA KAMU!"
"HEH, SENGGAK SUKANYA KAMU DENGAN NONA, TAHU BATASAN DIRI LAH! KAMU MAU DIPECAT KAH?"
Yuri mendorong Ayna sampai terjatuh. Semua teman-teman Yuri langsung menolong Ayna untuk berdiri.
"Cih, lama-lama gedek juga aku..." karena sudah tak tertahankan, Ayna menatap Yuri sengit. Ia benar-benar di ambang batasnya.
"Apa? Mau menantang kamu?! Hah, silakan silakan! Biar semua tahu kalau kamu-..."
"Kenapa dengan cucuku?"
Tiba-tiba, rombongan Chairul dan Tiana datang. Bersamaan dengan itu, Adam juga berjalan di samping mereka.
"Ayna! Ya Allah, kamu ngga apa-apa sayang? Kenapa kamu jatuh begini? Harusnya tadi aku ngga ninggalin kamu..." Adam yang panik langsung mendekati Ayna.
"Ngga apa-apa Mas, cuma jatuh kok hehehe..."
"Kakimu?"
"Aman."
Adam menghela nafasnya lega saat melihat kaki kanan Ayna. Dan saat ia bertanya dengan salah satu karyawan itu, ia langsung tahu kenapa Ayna begini dan menatap tajam Yuri.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada istriku?" geram Adam.
"S-Saya ngga lakukan apapun Tuan. D-Dia yang-..."
"DIAM! BERANINYA KAMU MENGATAKAN ISTRIKU BONEKA CACAT? MAU CARI MATI HAH DENGAN KELUARGA WICAKSONO?"
Yuri ketakutan saat mendengar teriakan lantang Adam. Ia menggeleng dengan cepat.
"Tidak Tuan... Saya tidak..."
"Bukti sudah ada, jangan mengelak kamu. Kamu ini berpendidikan tinggi tapi adabmu sangat rendah. bahkan monyet saja masih tahu adab. Kamu ini lebih rendahan dari monyet. Sepertinya kamu memang ingin dihukum ya karena sudah mengintimidasi cucuku." ucap Chairul dingin.
"Tidak Tuan Besar.... Saya tidak begitu, tolong percayalah pada saya..." mohon Yuri.
"Singkirkan tangan menjijikkanmu ini. Aku ngga suka jika ada orang yang terang-terangan menghina cucuku. Kamu sudah melakukan hal itu, maka kamu akan menghadapinya di depan hukum." ucap Tiana mutlak.
"T-Tidak... Jangann! Saya mohon, nyonya besar... Jangaaann... Saya menyesal, saya tidak akan-..."
"Berisik! Kalian, seret dia ke polisi dan penjarakan dia!" titah Chairul kepada anak buahnya.
"Siap."
suara teriakan parau menggema di kantor itu. Teriakan Yuri terus menerus tertuju ke Ayna kalau dia adalah dalangnya dan Ayna adalah pembawa kesialan akibat cacat yang dialaminya.
"Bubar semuanya. kembali kerja atau kalian ngga akan dapat gaji bulan ini."
"Baik."
Gerombolan karyawan itu langsung menuruti perintah Adam. Pria itu membantu istrinya untuk berdiri. Chairul dan Tiana langsung mendekati Ayna dengan tatapan khawatir dan menanyakan keadaan Ayna.
"Saya ngga apa-apa kok kakek, nenek."
"Aiihhh, tetap saja dia sudah kurang ajar sama kamu. Orang cantiknya begini malah diejek boneka cacat. Kalau membunuh itu dihalalkan, sudah pasti nenek akan mencolok matanya itu sampai keluar." gumam Tiana yang masih kesal.
"Oh ya. Mumpung kalian berdua disini, ada yang ingin kamu bicarakan pada kalian."
Adam dan Ayna saling pandang, bingung dengan maksud Chairul.
"Kalau begitu, ayo ke ruanganku."
***
"Apa?! Rujuk?! Yang benar saja!"
"Awalnya kakek dan nenek SMA kagetnya denganmu saat Olivia melaporkan hal ini. Ditambah Darren yang juga melaporkan apa yang terjadi di mansion itu. Haaahhh, merepotkan memang." keluh Chairul sampai memijat kepalanya.
"Pasti ada satu hal yang ngebuat si Hendry setuju buat rujuk kembali dengan Alea. Apa ada bukti itu, kakek?" tanya Adam.
"Itulah yang sedang kita selidiki. Mata-mata kita baik di mansion Tono dan mansion Rubi masih stay disana. Kakek sudah perintahkan mereka untuk segera mencari bukti itu. Kita akan dapat hasilnya nanti malam."
Adam mengangguk. Ini sudah tentu akan menjadi masalah besar. Kenapa begitu? Karena Triantara Corporation adalah perusahaan besar yang ingin menyaingi Emanuella Corporation. Walaupun tak sebesar perusahaan yang Adam pimpin, ia tahu kalau CEO Triantara sangat licik. Masalah besar itu akan menjatuhkan perusahaan dan juga... Akan melibatkan Ayna yang nantinya akan menjadi korban kembali.
'Ngga. Jangan sampai begitu... Aku ngga mau Ayna menangis lagi...'
"Kita harus satu-satu menumpaskan masalah ini, cucuku. Karena-..."
BRAAAKK
Ucapan Chairul terpotong, karena pintunya terdobrak keras oleh seorang pria.
"Aris. Ketuk pintu dulu baru masuk." dia Aris, sekretaris kepercayaan Adam.
"M-Maaf Tuan Adam. Ini... Ini sangat serius." ucap Aris dengan nafas tersengal-sengal.
"Kita menemukan bukti bagaimana calon penerus Triantara Corporation rujuk kembali dengan istrinya."
"Benarkah?"
"Bagaimana itu?"
Aris langsung mendekati keluarga itu. ia mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan ke keluarga Wicaksono.
"Ini. Dalam rekaman ini, Yuliana atau istri dari Robi Dirandra mendatangi sebuah counter handphone. saya dan rekan-rekan saat mendapati rekaman ini langsung menyelidikinya di tempat itu. Dibalik mereka menjual handphone, ternyata pemiliknya ini salah satu antek-anteknya Yuliana untuk berbuat kejahatan. Dan inilah yang mereka buat."
Sebuah rekaman lain ditunjukkan. Rekaman itu adalah seperti Alea yang dipaksa untuk melakukan... Ya begitulah." jelas Aris lagi.
"Tapi ini bukan rekaman yang sebenarnya. Haisshh licik sekali dia." gumam Adam kesal.
"Hmmm, kalau begitu... Sementara beri mata-mata kita untuk tetap menetap di tempat yang sudah aku perintahkan. Dan ketika aku sudah perintahkan untuk keluar, segera keluar. Tapi itu masih nanti."
"Siap, Tuan besar."
Aris langsung berpamitan meninggalkan keempat keluarga Wicaksono itu. Untuk beberapa saat, semuanya terdiam.
"Ayna, kamu ngga perlu memikirkan yang tadi ya. Lagian itu sepenuhnya ngga benar." hibur Tiana pada Ayna.
"Hehehe, iya. ngga apa-apa kok nek. Lagian kayak yang baru pertama kali saja menerima ejekan atau hinaan seperti itu."
"Lagian kamu juga Adam. Ngapain ninggalin Ayna sendirian ha?! Bicara sama klienmu ya boleh, tapi fokusmu jangan lepas dari Ayna!" Chairul memarahi cucunya itu yang dibalas Adam dengan malas.
"Hadeehhh, salah lagi. Lagian Ayna di sampingku kok. Kamu tadi kok ngga panggil aku buat negur mereka, sayang?"
"Eh? Ngapain? Ngga mau lah saya kalau mau nyuruh Mas Adam yang lagi sibuk, nanti kelimpungan. Selama masih mampu, ya saya urus. Hehehe. Lagipula... Mereka ngga ada apa-apanya kok. Malah masih dikatakan level setengah dari dia." ucap Ayna yakin.
Dia yang dimaksud Ayna adalah Alea sendiri. Adam, Chairul, dan Tiana tahu maksudnya itu. Dalam diam juga, mereka bertiga kagum dengan perubahan pesat Ayna. Yang semulanya tidak percaya diri, pendiam, penakut, dan lemah... Kini menjadi wanita yang pemberani dengan tingkat kepercayaan diri yang besar. Mereka bangga dengan Ayna.
'Istriku bukanlah boneka cacat. Dia adalah boneka yang pemberani!'
~Bersambung~