Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Untuk Zenata
Siang itu Athala pulang membawa kejutan untuk Zena "Mas, kok pakai tutup mata?" Ucap Zena yang dituntun suaminya ke halaman rumah. "Pokoknya nurut aja sayang."
Seminggu yang lalu mereka sudah kembali kerumah mereka, nanti setelah usia kandungan Zena 7 bulan, keduanya akan kembali lagi kerumah orang tua Athala. Karena jika dirumah orang tua Athala, disana banyak orang yang akan menjaga Zena kalau-kalau Zena akan melahirkan.
"Buka mata kamu sayang."
Zena membuka matanya perlahan dan wow...Suprise! Zena mendapatkan hadiah mobil M*rcy keluaran terbaru warna putih.
"Masya Allah mas...bagus banget...!" Zena memutari mobil itu pelan-pelan melihat setiap detailnya.
Bukan hal baru bagi Zena melihat mobil mewah, terlebih mobil yang berjejer di rumah suaminya. "Gimana? Kamu suka sayang?"
"Suka mas, suka banget."
"Ini...buat istriku tercinta." Athala memberikan kunci mobil itu pada Zena. "Bu-buat aku mas? Tapi ini mas_"
"Iya sayang buat kamu, mau test drive sekarang?" Kata Athala "Boleh mas?"
Athala membuka pintu mobil itu, mereka mengelilingi komplek perumahan itu. "Masya Allah mas, makasih banyak mas, bagus banget interiornya." Zena menjalankan mobil itu pelan sekali.
Begitu banyak kebahagiaan yang di terima oleh Zena selama menjadi istri Athala. Dia masih tak menyangka suaminya akan memberikan hadiah sebagus ini.
Dia pikir Athala hanya akan membelikannya mobil yang biasa, karena sebelumnya Zena meminta untuk menggantikan mobil bu Risma itu saja.
Tapi siapa sangka kalau dirinya mendapatkan kejutan tak terduga hari ini. Bu Risma juga menelepon Zena, kalau dia sudah dapat kiriman mobil baru dari Athala.
-
-
-
Tidak sampai di situ saja, malamnya Athala mengajak istrinya dinner romantis di sebuah restorant yang sudah di booking. Zena diperlakukan bak seorang princess. Athala membooking 1 restorant hanya untuk mereka berdua.
"Terima kasih banyak mas atas semuanya, aku enggak tahu harus balas apa." Lirih Zena dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Ini sayang satu lagi." Athala memberikan kotak perhiasan untuk dirinya. Zena membuka perlahan dan isinya adalah gelang.
Matanya berbinar kala melihat perhiasan itu "Masya Allah mas, ini buat aku?" Athala berdiri dan memakai kan gelang itu ke tangan istrinya.
"Iya sayang, mas mau istri mas ini selalu happy. Mas akan lakukan apapun supaya kamu bahagia." Keduanya berpelukan dengan erat. Untung saja tak ada waitress yang melihat.
Selesai dinner mereka pulang, Juna yang menjemputnya. Namun di perjalanan, Juna melihat seseorang dari dalam kaca mobil.
Itu_itu Dignata...dia sudah kembali?". Gumam Juna batinnya, dia mengirim pesan pada anak buahnya untuk menyelidiki Dignata malam itu tanpa sepengetahuan bossnya. Dia pun lanjut melajukan mobilnya mengantar majikannya pulang.
-
-
Sesampainya dirumah Juna menarik tangan Athala "Ada apa Jun? Kamu juga pengen dikasih gelang hmm?" Ledek Athala sembari cengengesan.
"Ck...bukan boss, tadi di lampu merah saya melihat Dignata di mobil sebelah kita." Ucap Juna.
DEG
Athala terpaku mendengarnya "Oke, besok kita jalankan misi kita, hubungi om Evan, ingat jangan sampai papih tahu." Athala segera ke kamarnya.
"Belum juga selesai ngomong, gini nih kalau ngobrol sama orang bucin!" Keluh Juna sembari jalan ke paviliun belakang untuk istirahat.
Athala dan istrinya tengah membersihkan diri dikamar mandi, tak ada penyatuan malam ini. Zena sudah lelah sekali ia ingin cepat cepat tidur.
Keduanya shalat berjamaah dulu lalu bersiap tidur. Athala mengeloni istrinya dulu sampai tertidur pulas. Dirasa sudah pulas, Athala ke bawah ke ruang kerjanya.
Dia membuka brankas rahasia dan mengambil benda mematikan itu. "Dignata! Tak akan ku biarkan kau menyentuh istriku sedikit saja." Seringai Athala.
-
-
-
Di kediaman Dignata, di usianya yang seumur opah Arya, dia tengah bergelut panas di atas kasur bersama seorang pelayan yang dia paksa.
"Tuan...saya mohon jangan...ahhh!" Pelayan itu terus berontak dibawah Dignata.
"Ahhh...ahh...kau pelayan tapi indah sekali tubuhmu...shit...!"
Pelayan itu menangis histeris dia makin memberontak. Namun tenaganya tak sebesar Dignata.
PLAK
"Diam!! Kalau kamu tidak melayaniku, kau akan m*ti." Dignata memang kasar pada semua orang, ke ja hatannya pun sudah banyak. Namun dia selalu lolos. Tapi kali ini dia tak akan bisa lolos. Karena berhadapan dengan keluarga Dewantara.
Dia terus memompa wanita malang itu, wanita itu sudah pasrah dan menangis percuma juga berteriak toh tak ada yang menolongnya.
"Ahhh...seandainya Zena yang di sini...ahhh nikmat sekali....!" Brengsek memang! Dignata malah membayangkan Zena yaitu cucunya sendiri.
Selesai bergelut dia mengusir pelayan itu dari kamarnya. Dia melanjutkan permainannya sendiri sembari menatap photo Zena di ponselnya. Sungguh tua bangka sin ting memang.
"Ouhhh...Zenata....aku akan segera mendapatkanmu menjadi pem**a nafsuku. Ahhh shitt....!" Tak tahan lagi dia memanggil pelayan lain, dan dia melakukannya lagi. Memang b***d sekali manusia satu ini.
"Ampun tuan jangan...ahh...!"
Begitulah kehidupan si tua ini, selalu dengan nafsunya. Kali ini dia menargetkan Zenata. Dulu dia tak berhasil men ja mah bu Kamila, tapi kali ini dia harus berhasil bagaimana pun caranya. Dia juga menjual gadis gadis tak berdosa demi kekayaannya pada kliennya.
"Aku tahu dibalik bajumu yang tertutup ada keindahan yang berharga hahahaha! Aku sudah tak sabar ingin menikmatimu cucu ku tersayang!" Ucap Dignata sembari menatap photo Zenata di tangannya. Iyuhhh sungguh menjijikan!
"Tuan...tolong jangan!"
Dignata terus memompa pelayan mudah itu diatas meja kerjanya "Ahhh...bo***g mu putih sekali...harum!" Dia terus meracau diatas pelayan itu. Pelayan muda itu hanya bisa menangisi takdirnya.
-
-
-
Untungnya anak buah Juna berhasil menyadap kediaman Dignata. Juna mendengarkan apa yang di lakukan Dignata. Dia berhasil menyusupkan seorang pelayan lelaki ke rumah Dignata.
"Sin ting...!!! Menjijikan sekali, aku akan melindungi non Zena dengan nyawaku! Dasar manusia lak nat!! Kau tak pantas hidup, Dignata!" Juna geram sekali mendengar kelakuan Dignata pada pelayannya. Juna mengirimkan rekaman suara itu pada om Evan.
"Bisa g*la aku lama-lama dengerin tua bangka itu." Geram Juna dia langsung melepaskan headsetnya dan beranjak tidur.