"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#34
"Mau sampai kapan kamu terus begini, Mal.?"
Ridho masuk ke dalam ruangan Akmal dan masih melihat Akmal yang tidak semangat kerja sudah satu minggu ini setelah kejadian Kasih dengan Mamanya.
"Ini semua pekerjaan kamu kacau."
Ridho meletakkan berkas dihadapan Akmal yang harusnya sudah selesai di Minggu ini tapi karena Akmal yang tidak punya semangat kerja dan hanya melamun di dalam ruangan jadi membuat semua pekerjaannya tertunda.
"Aku nggak bisa mikir Dho.. Hah..!!"
Teriak Akmal lalu berdiri dan memijat kepalanya.
"Kalau Kasih lihat kamu yang kayak gini, dia tambah nggak mau sama kamu."
"Sekarang dia juga sudah tidak mau sama aku, semua gara-gara Mama."
"Tante tidak bisa disalahkan seratus persen, Kamu juga punya salah di sini."
Akmal merasa tidak terima dan menatap ke arah Ridho yang bicara seperti itu.
"Aku, salah apa.?"
"Coba kalau kamu jujur dari awal sama Tante, aku rasa Tante tidak akan sampai berkata seperti itu."
"Kalau aku jujur sama Mama, dan menceritakan sesungguhnya jika Kasih itu dari keluarga yang biasa saja dan hanya menitipkan kue di warung Mama akan semakin merendahkan Kasih."
Ridho diam saja dan berfikir.
"Memang Mama saja yang semua diukur dengan uang, dengan jabatan, kecantikan dan sosialitanya itu yang bikin. Hah...!!"
Akmal berteriak untuk meluapkan emosinya.
"Terus rencana kamu apa?, kamu juga tidak bisa selalu seperti ini pekerjaanmu kacau semua kamu punya tanggung jawab dengan perusahaan."
"Aku kalau seperti ini tidak bisa kerja Dho, nggak bisa mikir."
"Temui Kasih."
"Hah.."
Akmal menghela nafasnya dan duduk di kursinya lagi.
"Dia menghindari aku. Nomor ku sudah diblokir juga sama dia."
"Kamu harus selesaikan ini, semuanya menjadi kacau kalau kamu begini terus. Mau tidak mau kamu harus temui Kasih, jelaskan semua sama Kasih dan kamu minta maaf sama Dia."
"Kamu kemarin sudah lihat sendiri kan Kasih begitu melihat aku langsung lari."
"Berarti tidak ada cara lain lagi sudah lupakan dia cari yang baru."
Segampang itu Ridho bilang begitu, dan Akmal menggelengkan kepalanya menolak saran dari Ridho bukan hanya itu saja dia menata tajam ke arah temannya itu.
"Nggak akan Dho, aku nggak akan melupakan dia."
"Berat Mal, Mama kamu nggak setuju dan kamu tidak kasihan sama Kasih. Lagian Kasih itu bukan wanita yang bodoh, dia punya perasaan. Siapa coba yang tidak sakit hati dikatakan seperti itu."
"Tapi bukan dengan melupakannya juga, aku mau memperjuangkannya."
"Terus apa yang sudah kamu lakukan.?"
"Kamu jangan menyudutkan aku terus seperti itu, kasih solusi dong."
Ridho malah terkekeh.
"Hah.. Kamu Mal, kayak baru pertama kali aja jatuh cinta."
Akmal tersenyum kecut di ledek sama Ridho.
"Biasanya juga langsung cari yang lain, ini tumben sampai berhari-hari larut dalam kesedihan."
"Apa aku pakai cara Oma ya."
Ucap Akmal mengingat ucapan Oma malam itu.
"Cara apa.?"
"Oma yang akan menemui Kasih."
Ridho mengerutkan keningnya menatap Akmal.
"Kamu nggak berani temui sendiri.?"
"Nggak usah dibahas lagi, udah nggak ada cara lain harus pakai cara Oma."
"Terserah kamu, yang membuat aku penasaran apa sih yang membuat kamu sampai begitu cintanya dengan Kasih?."
"Dia istimewa, wanita yang bisa melengkapi kekurangan ku. Entah kenapa tapi hati ini selalu bergetar ketika berdekatan dengan dia apalagi kalau dia senyum.."
Akmal tersenyum sendiri mengingat senyum Kasih yang mampu menggetarkan hatinya.
"Perjuangkan Dia bro, semoga berjodoh."
"Tapi memang benar apa katamu berat, kalaupun aku berhasil membuatnya kembali kasihan juga kalau Mama akan tetap membencinya."
"Berarti PR kamu bagaimana membuat Mama itu bisa menerima Kasih."
Akmal menengadahkan kepalanya sambil menghela nafasnya.
"Aku yakin suatu saat Mama akan bisa menerima Kasih tapi entah dengan cara bagaimana aku juga nggak tahu."
Obrolan dipagi itu akhirnya berhenti dan Akmal segera mengikuti meeting yang sudah diagendakan.
🌹🌹🌹🌹
"Kasih."
Ucap Septi yang melihat Kasih hanya melamun sambil mengaduk minumannya.
"Hmm.. Kenapa Sep.?"
"Kenapa melamun.?"
Kasih tersenyum saja.
"Nggak papa."
Kasih menyeruput minumannya.
"Kamu sudah satu minggu ini sering melamun Kasih, ada apa.?"
Septi memang mengamati temannya itu sering bengong semenjak kejadian yang terjadi siang itu.
"Nggak papa Septi."
Begitu lagi jawabannya dan kedua matanya sudah nanar menahan air matanya yang terasa akan mengalir.
"Kasih, ayolah bangkit jangan seperti ini terus kamu jadi sering melamun dan kadang nangis sendiri."
Kasih diam saja memang kadang perasaan itu bisa datang lagi dengan sendirinya membuat Kasih jadi sedih.
"Kasih, sepupu aku punya usaha desain nih ya nggak besar baru mulai merintis juga. Kamu mau cari kesibukan lain nggak.?"
Kasih menatap Septi penasaran.
"Apa.?"
"Kayaknya lagi cari desainer, kamu coba saja deh lumayan kan bisa buat jajan dan kamu nggak perlu ke kantor tiap hari yang penting desain selesai dan kirim kamu bisa mengerjakannya di rumah."
"Beneran.?"
Septi tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil menyeruput es miliknya.
"Boleh juga, tapi aku nggak pede sama desain buatan ku sendiri."
"Desain mu itu bagus Kasih, Gimana kalau pulang kuliah ini aku aja kamu ke sana coba lihat kan saja dosen yang sudah pernah kamu buat dari tugas-tugas dosen kemarin."
"Tapi aku belum bilang sama Ibu boleh nggak sama kerja."
"Kan nggak ganggu waktu kuliah Kamu juga bisa dikerjakan di rumah daripada cuman bengong, kan lumayan dapat cuan lagian kuliah juga sudah santai tinggal mencari referensi buku terus kita buat proposal dan susun skripsi."
Kasih nampak mikir bener juga yang dibilang sama Septi daripada hanya bengong kalau dirumah bisa buat kesibukan dibayar lagi.
"Gimana?, coba dulu ya habis ini kita ke sana."
"Boleh Deh."
Mereka sudah selesai kuliahnya dan setelah menghabiskan makan siangnya Septi mengajak kasih untuk menemui sepupunya.
"Kamu yakin aja Kasih, desain mu itu bagus. Nyatanya Pak Reza suka sama desain buatan kamu."
Kasih langsung menatap ke arah Septi yang menyebut nama itu lagi.
"He he he.. Bercanda, lagian aku kok penasaran ya sekarang Pak Reza gimana.?"
"Kok kamu kepo, udah biarin aja itu juga akibat dari perbuatannya sendiri sekarang jadi karyawan biasa."
"Tapi kalau ketemu kita gimana ya.?"
Septi malahan akhirnya kemana-mana.
"Nggak usah berdoa begitu, ogah aku ketemu."
Kasih masih ngeri jika mengingat kejadian waktu itu.
"Iya, kurang kerjaan aja itu. Tapi perkiraan ku ya itu ada kaitannya sama Mas Akmal."
Kasih terdiam menghentikan langkahnya, mereka sedang menuju ke parkiran untuk mengambil sepeda.
"Maksud kamu.?"
"Mungkin ada dendam pribadi di antara mereka berdua, bisa jadi kan.?"
Kasih mengingat cerita Akmal yang pernah berselisih dengan Reza dan kondisinya kemarin juga sama mereka memperebutkan dirinya.
"Udah lah, urusan mereka."
Kasih tidak mau berpikir yang panjang, semua sudah berakhir.
"Semangat Kasih.. Ha ha ha.."
Septi merangkul pundak Kasih dan berjalan bersama ke parkiran.
🤣🤣🤣