EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Pillow Talk
Malam hari tak berselang lama setelah acara membuat jagung bakar dan sosis panggang, semua orang yang sudah lelah dan mengantuk akhirnya masuk ke kamar masing-masing. Si kembar sudah berbaikan dan setelah dibacakan dongeng oleh Binar, keduanya pun tertidur pulas.
Sebelum masuk ke dalam kamar, Arjuna sempat memberi peringatan pada menantunya.
"Kakinya Binar kalau masih sakit jangan kamu ajak duel di ranjang malam ini. Kasihan putriku. Lebih bagus kita jadi suami sesekali pijatin kaki istri. Jadi suami harus peka terhadap keluarga kita baik anak-anak maupun istri. Nanti kalau sudah ditinggal pergi baru terasa kehilangannya. Semuanya gak melulu istri yang ngelayani kita. Sesekali kita perlu kasih reward ke istri kita yang sudah capek-capek ngurus rumah tangga apalagi selalu dilayani dengan baik urusan hajat hidup senjata tempur kita sebagai suami yang tiap malam minta jatah," ucap Arjuna telak pada Dion.
"Iya, Pa. Nanti saya coba lebih perhatian ke Binar. Terima kasih nasehatnya dari Papa," jawab Dion.
"Hem," ucap Arjuna singkat. Lalu keduanya masuk ke kamar masing-masing.
☘️☘️
Kini Dion sudah naik ke atas peraduan. Binar pun telah masuk ke dalam selimut. Sebab malam ini cuaca di Lembang cukup dingin.
Berada di dalam kamar yang sama dan dalam keadaan sadar seratus persen, membuat keduanya justru susah untuk memejamkan mata. Terlebih cuaca dingin seperti sekarang ini tentu tubuh secara normal butuh suatu kehangatan. Keduanya pun akhirnya tidur dalam posisi saling memunggungi.
Dion tahu jika Binar belum tidur karena ia sempat melihat gestur istrinya itu sedikit canggung di kamar yang sama dengan dirinya. Padahal sebelumnya, mereka pernah tidur satu kamar yang sama saat berkunjung ke rumah orang tua di Jakarta maupun saat Arjuna dan Bening mengunjungi kediamannya di Bandung.
Namun entah mengapa setelah malam pertama yang keduanya lalui kemarin, Dion dan Binar lebih canggung sekarang saat kondisi berdua saja.
"Bin,"
"Apa kamu sudah tidur?" tanya Dion lirih dengan posisi keduanya masih saling memunggungi.
"Belum, Kak. Ada apa?"
"Soal malam itu... ehm..." ucapan Dion menggantung. Sebab ia bingung ingin memulai pembicaraan seperti apa dengan Binar tentang malam pertama mereka yang terjadi di luar rencana.
"Kakak enggak perlu mencemaskan hal itu. Enggak apa-apa kok. Kan itu sudah menjadi hak kakak dan kewajiban aku sebagai istri. Maaf, jika baru memberikan hal itu pada kakak setelah kita tiga tahun menikah. Walaupun kakak dalam kondisi enggak sadar karena pengaruh obat," tutur Binar lirih.
Dion semakin tertohok dengan kalimat Binar. Ia pikir Binar akan marah atau kecewa padanya karena ia sudah mengambil kesuciannya secara paksa. Padahal dahulu ia sendiri yang membangun tembok kokoh setinggi langit agar Binar tak berharap disentuh olehnya. Namun justru ia yang melanggar ucapannya sendiri.
"Kamu tahu kalau aku kena obat malam itu?" tanya Dion.
"Sebagai seorang dokter, aku tahu Kak. Tapi..."
"Tapi kenapa, Bin?" tanya Dion yang penasaran karena Binar tak melanjutkan kalimatnya.
"Siapa yang tega menaruh zat afrodisiak itu untuk kakak? Apa kakak sudah menyelidiki pelakunya?" tanya Binar.
"Nanti aku akan mengurus hal itu," jawab Dion.
"Kakak lebih berhati-hati. Jangan sampai kakak terjebak kembali yang pada akhirnya nanti merugikan nama baik dan bisnis kakak," ucap Binar.
"Iya kakak tahu. Makasih Bin," ucap Dion.
"Hem," jawab Binar singkat.
"Kakimu apa masih sakit? Apa perlu aku bantu pijat?"
Deg...
Mendadak hati Binar heran melihat Dion yang bersikap aneh malam ini. Namun sebagai seorang istri di lubuk hati terdalam, Binar merasakan sejumput bahagia atas perhatian suaminya itu.
Terlebih kegiatan pillow talk seperti yang terjadi malam ini tidak pernah terjadi pada rumah tangga mereka selama tiga tahun ini. Padahal pillow talk adalah sebuah kegiatan penting dalam rumah tangga untuk saling mencurahkan isi hati serta kegiatan apa saja yang dilakukan pasangan seharian itu.
Terlebih saat ini keduanya tengah berada di atas ranjang. Tempat yang sangat in tim dan cocok untuk sebuah pillow talk.
Namun hatinya mendadak merasa nyeri kala mengingat malam pertamanya yang kelabu. Ia sangat ingin melupakan kesedihan malam pertamanya itu. Akan tetapi dirinya belum bisa menghilangkan kenangan pedih tersebut dari pikirannya.
"Enggak perlu Kak. Besok mungkin sudah baikan kok. Tadi siang sudah dipijat sama Mama," jawab Binar.
"Aku ngantuk, Kak. Sebaiknya kakak tidur juga biar besok lebih fresh," ucap Binar.
"Aku enggak bisa tidur Bin," ucap Dion.
Binar yang didera rasa gelisah akan kondisi suaminya yang mengatakan tidak bisa tidur, akhirnya ia pun membalikkan tubuhnya dan menghadap suaminya.
Sedangkan Dion yang merasakan ada pergerakan dari tubuh istrinya di atas ranjang, ikut membalikkan tubuhnya juga menghadap Binar. Kini keduanya tidur saling berhadap-hadapan. Keheningan masih tercipta di antara dua insan yang bergelar sepasang suami istri tersebut. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
Bantu Like💋