"Mimpi Anak Desa"
Anggara Al-fikri, pemuda berbakat dari desa kecil di Malang, mendapat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi di Borussia Dormound II, Angga berkembang pesat dengan bantuan sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan teknik yang diatas rata-rata. di tengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Angga memimpin timnya juara liga remaja jerman dan mencatak prestasi luar biasa, namun perjalanan Angga masih baru dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuanya dipanggung yang lebih besar_liga profesioanal.
"mimpi anak desa" adalah kisah perjuangan seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan didunia sepak bola internasional.
novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal melenceng jauh, seperti liga champion, piala AFF, dan kualifikasi piala dunia 😂🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria_Misterius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Langkah Menuju Mimpi
.....
Disekolah, Angga duduk bersama teman-temanya dikantin. Teman-teman dekatnya, Andi dan Sari, tampak penuh perhatian ketika Angga mulai berbicara mengenai keputusan untuk pergi ke Jerman.
"Jadi, kamu benar-benar akan pergi ke Jerman" tanya Andi dengan rasa ingin tahu.
"Ya, Andi. Steven sudah mengonfirmasi semuanya, aku sudah memutuskan untuk menerima tawaran itu" jawab Angga sambil menunjukkan senyum yang penuh harapan.
"Waw, luar biasa, Angga! Kamu pasti akan menjadi pemain hebat disana" puji Sari. "kamu pantas mendapatkan kesempatan ini."
Namun, di sudut lain kantin, beberapa siswa lain nampak meragukan Angga. "Angga Ini terlalu percaya diri," bisik salah satu dari mereka. "bagaimana jika dia gagal disana? Ini hanya impian yang terlalu besar untuknya."
Angga mendengar bisikan tersebut, tetapi ia berusah untuk tidak memperdulikannya. Ia tahu bahwa keputusan ini adalah langkah besar untuk hidupnya, dan dukungan dari orang-orang yang peduli padanya jauh lebih beharga.
Dirumah Angga duduk bersama keluargnya, diruang tamu, membahas persiapan akhir untuk keputusannya. Bu Nina nampak cemas, sementara pak Joko lebih tegas menghadapi situasi ini.
"Angga, apakah kamu sudah siap semua persiapannya nak." tanya bu Nina.
"Iya, bu. Steven sudah memberikan semua informasi yang diperlukan. Tapi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum berangkat." jawab Angga.
"Nanti pak Rudi, penerjemah Steven, akan membantu urusan dokumen dan bahasa disana, kamu hanya perlu fokus latihan dan belajar." tambah bapak Joko.
"Pak Rudi? Oh, iya, aku ingat. Dia yang akan membantu kami dengan semua dokumen bukan." tanya Angga
"Benar sekali, dan Steven juga meminta uang untuk bekal hidupmu di sana. Uang itu akan kamu simpan sendiri dan sisa uangnya kami simpan untuk adikmu," jelas bapak Joko.
Keesokan harinya, Angga bersama orang tuanya pergi kesekolah untuk berpamitan. Angga merasa cemas, tetapi juga semangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya.
Disekolah, suasana agak berbeda dari biasanya. Para guru-guru dan teman-teman nya memberikan dukungan penuh kepada Angga. Kepala sekolah, pak Hasan, mengundang Angga dan orang tua nya ke ruangannya.
"Selamat pagi, bapak Joko, ibu Nina," sapa pak Hasan. "Angga, kami mendengar tentang kesempatan besar ini, kami sangat bangga dengan keputusanmu, tapi kami menyayangkan keputusan mendadak ini, karena kamu memutuskan meninggalkan sekolah ini sebelum lulus." lanjut pak Hasan.
"Selamat pagi juga pak Hasan. Terima kasih, pak Hasan, ini adalah langkah besar bagi Angga, dan kami sangat menghargai dukungan dari sekolah." kata bapak Joko
Pak Joko menambahkan, "untuk masalah sekolah, Steven sudah berjanji membatu Angga agar bisa melanjutkan pendidikan nya di sana."
"Baiklah, pak Joko. Angga, jangan lupakan pendidikanmu dimana pun kamu berada. Teruslah belajar dan berkembang. Pendidikan adalah bagian penting dari perjalananmu." pesan pak Hasan sambil memberikan beberapa buku referensi untuk Angga
Angga mengangguk dengan penuh rasa terima kasih. "saya akan terus belajar, pak. Terima kasih atas dukungannya."
Setelah berpamitan di sekolah, Angga dan orang tua nya menuju pulang ke rumah, pak Joko, dengan tekad yang kuat, memutuskan menjual sawah satu-satunya yang mereka miliki demi mendukung impian anaknya. Pak joko mempunyai 4 petak sawah dan beberapa kebun, dia menjual semuanya demi mimpi sang buah hati.
"Nak, kami sudah mengatur semuanya, uang dari hasil penjualan ini kamu buat sebagai bekal hidup di Jerman dan sisanya buat biaya sekolah adikmu." kata pak Joko sambil menyelipkan uang ke amplop. Uang berjumlah 450 juta itu dibagi dalam dua amplop, satu amplop dimasukkan di koper Angga dan satu amplop dimasukkan diransel Angga untuk jaga-jaga.
Dokumen yang di butuhkan dimasukkan kedalam ranselnya.
.....
....
Ditunggu kelanjutannya ya para warga, author lagi ada kesibukan.....
#see you