Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Sebulan berlalu, tak pernah ada lagi yang melakukan teror terhadap Annisa dan wanita itu kini sudah kembali menjadi wanita yang manja, dan cerewet hingga Bisma kewalahan menghadapi istri tercinta.
Kegiatan mereka sudah kembali normal, dan Bisma sudah sibuk dikantor mengurus berbagai macam proyek besar yang mengharuskan pria itu pulang larut malam. Bisma tidak ingin menghabiskan waktunya terlalu lama di kantor karena satu detik saja berjauhan dari istri tercinta sudah membuatnya uring-uringan.
Pria itu akan bisa bekerja jika vidcall selalu dinyalakan dan menampilkan wajah istri tercinta. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Annisa karena memang dua manusia yang menikah satu bulan lalu terlihat begitu bucin.
Seperti saat ini, Bisma sedang dikantor dan ponselnya berada didepannya yang sedang menampilkan wajah istri tercinta.
"Sayang, aku matiin dulu ya, soalnya mau ke kamar mandi." ucap Annisa.
"Ikut," goda Bisma.
"Gak! Mesum deh." tolaknya membuat Bisma gemas akan ekspresi istrinya.
"Yaudah, aku juga mau izin lanjut kerja soalnya ada rapat diluar, kamu hati-hati ya." ucap Bisma diakhiri dengan kecupan yang diwakilkan oleh jemari lentiknya begitupun Annisa.
Setelah panggilan terputus Annisa bergegas menuju kamar mandi begitupun sebaliknya, Bisma bergegas menuju area rapat yang diadakan direstoran yang tidak begitu jauh dari kantornya.
Drttt drtttt
Ponsel Annisa berbunyi saat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi, Annisa meraih ponselnya dan tertera nama Bunga disana.
Senyum gadis itu terbit kala mendapat panggilan masuk dari sahabat lamanya. Annisa mengangkat panggilan itu, "Assalamualaikum, apa kabar Nga?" tanyanya antusias.
"Waalaikumsalam Icha aku, Alhamdulillah kabar aku baik, kamu gimana?"
"Alhamdulillah kabar aku juga baik, eh kapan kamu balik kesini? Aku rindu loh."
"Sama aku juga rindu, ketemuan yuk! Aku ada disini sekarang, kamu lagi dimana? Kemaren aku kerumahmu tapi kata ibu kamu udah ga tinggal disini, mana yang bikin aku kecewa kamu udah nikah tapi gak kasih kabar ke aku. Kamu ngak anggap aku sahabat lagi ya?" cerca Bunga.
Annisa terkekeh mendengarnya, "Maaf Bungaku, aku juga gak sempat ngundang teman yang lain, soalnya mendadak banget." jelasnya.
"Hmm, kamu hutang penjelasan sama aku!"
"Yaudah, kita ketemuan dimana? Aku juga lagi santai nih."
"Direstoran tempat bisa kita nongki waktu jaman kuliah."
Annisa mengangguk, "Okeh, aku siap-siap dulu."
"Oke, sampai ketemu Icha sayangnya akuh, Assalamualaikum." Bunga mengakhiri panggilan mereka setelah Annisa menjawab salamnya.
Setelah panggilan berakhir, sebagai istri yang baik Annisa tentunya meminta izin kepada suaminya. Wanita itu mencoba menghubungi Bisma akan tetapi operator yang menjawab dan dirinya memutuskan untuk mengetik pesan.
ASSALAMUALAIKUM SAYANG,
AKU IZIN KELUAR SEBENTAR YA.
Annisa meraih tasnya dan pergi menemui Bunga sesuai janji mereka. Tidak butuh waktu lama, wanita itu sudah berada direstoran tempat mereka janjian.
Annisa memilih meja nomor 6 dan memesan menu yang biasa dirinya dan Bunga pesan saat masih kuliah. Sedang asik dengan ponselnya tiba-tiba ada yang memeluk Annisa dari belakang. Annisa menoleh dan mendapati Bunga sebagai pelakunya, "Assalamualaikum," salam Annisa jengkel saat Bunga datang tanpa salam.
Bunga cengengesan dan mengambil posisi disebrang Annisa, "Waalaikumsalam istri orang." godanya.
Annisa memanyunkan bibirnya, "Ish, ngeselin deh."
"Hmm, jadi gimana? Kamu nikah sama siapa?" tanya Bunga penasaran.
Annisa tersenyum malu saat mengingat jika saat ini dirinya adalah nyonya Bisma.
"Lah kok diam? Icha!!!!" rengek Bunga yang tak kunjung mendapat jawaban dari sahabatnya itu.
"Aku nikah sama---"
"Gus Habibi?" potongnya.
Annisa menggeleng, "Trus sama siapa?" tanya Bunga frustasi.
Annisa memajukan wajahnya kearah Bunga, "Bisma," cicitnya.
Mata Bunga membola dibuatnya, "Bisma gundulan jerami itu, Cha?" tanya Bunga tak habis fikir.
Annisa mengangguk, "Bisma putra Andre Andrison, Nga bukan gundulan jerami." ucap Annisa memperbaiki.
Bunga menghela nafas frustasi, "Kok bisa? Jangan-jangan kamu diguna-guna sama dia ya?"
"Astaghfirullah, gak boleh ngomong gitu, aku cinta sama dia gak ada yang diguna-guna." jelas Annisa.
"Kenapa bisa? Bukannya kamu gak mau sama dia ya?"
Annisa terdiam, "Doa aku kalah sama doa dia Nga, makanya aku jadi milik dia. Tapi aku bersyukur nikah sama cowok kaya Bisma, romatis sama bucin banget." ucap Annisa sambil membayangkan sikap romantis dan bucinnya Bisma.
"Hah?"
"Bisma itu pengertian banget, tau apa yang aku butuhkan, dan dia juga selalu ngejagain aku gak boleh aku mengerjakan sesuatu yang berat, nyesal dulu pernah nolak dia."
"Penyesalan itu memang datang diakhir Cha, btw kamu udah ga ngejar gus Habibi lagi?"
Annisa menggeleng, "Aku udah punya pria terbaik dalam hidupku jadi aku gak perlu ngejar siapapun lagi."
Bunga mengangguk, "Yaudah deh, selamat ya atas pernikahannya dan jangan lupa ponakan buat aku."
Wajah Annisa berubah menjadi merah saat Bunga menyebutkan ponakan, "InsyaAllah, doain aja ya."
"Cha, aku ke toilet dulu ya, kebelet soalnya, kamu kalau mau pulang, langsung pulang aja, aku keknya balan lama." Bunga bangkit dari duduknya dan bergegas menuju toilet dan meninggalkan Annisa.
Annisa menunggu Bunga sekitar lima belas menit dan gadis itu belum juga balik. Akhirnya Annisa memutuskan untuk balik pulang karena sudah terlalu lama diluar.
Saat dirinya hendak menyebrang tiba-tiba saja ada mobil yang melaju kencang dan hampir menabrak Annisa. Untung saja ada seseorang yang dengan cepat menarik dirinya hingga Annisa jatuh dalam pelukan pria yang menolongnya.
Dengan cepat Annisa melepas pelukan itu tapi sayang dari kejauhan Bisma melihat istri tercinta sedang berpelukan dengan pria lain, Bisma datang disaat kejadian sudah berlalu dan hanya menyaksikan adegan pelukan itu.
Salah paham, itulah yang terjadi.
Bisma melajukan mobilnya kencang tanpa memikirkan keselamatan banyak orang, pria itu menunggu Annisa di rumah sedangkan yang ditunggu kini masih terkejut dengan pria yang menolongnya.
Annisa memberikan jarak antara mereka, "Terima kasih Gus." ucapnya sambil menunduk.
"Sama-sama dan maaf saya sudah lancang." balas Habibi.
Iya, itu adalah Habibi, yang datang entah darimana.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu." ucap Annisa tak ingin berlama dihadapan Habibi.
"Tunggu, Nisa! Saya ingin berbicara denganmu."
"Maaf gus saya tidak bisa."
"Kenapa?"
"Saya takut timbul fitnah antara kita."
"Kalau begitu menikahlah denganku, biar tak ada fitnah antara kita."
Deg
Annisa menggeleng, "Tidak gus, saya tidak bisa."
"Kenapa? Saya mencintaimu."
"Terlambat gus."
"Apa? Apa maksud mu?"
"Gus menghilang selama beberapa bulan dan sekarang gus datang dengan tawaran pernikahan, kemana gus selama ini?"
"Saya belajar dan saya ada urusan di Mesir, dan hari ini saya balik ke Indonesia untuk menemuimu."
Annisa menggeleng, "Tidak gus, saya sudah menikah, maafkan saya."
Deg
"Kamu sedang tidak berbohong?"
Annisa menggeleng, "Aku memang sudah menikah satu bulan yang lalu dan ini buktinya." Annisa mengangkat jarinya memperlihatkan cincin pernikahan dirinya dan Bisma.
Habibi menunduk, "Jadi saya gagal dalam memperjuangkan kamu? Baiklah, semoga pernikahanmu pernikahan yang diridhoi oleh Allah."
"Terima kasih atas doanya gus, kalau begitu saya pamit dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," balas Habibi pelan, sangat pelan.
Habibi masih melihat kepergian Annisa, kali ini pria itu benar-benar kehilangan harapannya bersama Annisa. Sesak dan marah itulah yang Habibi rasakan saat mengetahui fakta jika gadis yang dia cintai sudah menikah.
Antara dirinya dan Adam tak ada satupun yang berhasil menjadi pasangan Annisa, takdir cinta dari Allah memang penuh lika liku.
Sekuat apapun Habibi memaksakan kehendak jika bukan takdir tidak akan pernah menjadi miliknya.