Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Permintaan Maaf Lidia
Rangga dengan membonceng Rena dibelakang, pemuda itu membelah ramainya kendaraan yang berlalu lalang.
Hanya membutuhkan waktu setengah jam kini Rangga dan Rena sudah memasuki gerbang sekolah.
Rangga dan Rena tiba lebih awal dari pada yang lain, Rangga segera memarkirkan motornya ditempat biasa.
Rena turun dari motor suaminya dan melirik keseluruh halaman sekolah, yang tidak ada satu pun manusia disemua arah.
Rena tersenyum karena tidak ada satu orang pun yang bakal melihat dirinya dan Rangga.
Sedangkan Rangga tidak peduli, karena dia sudah punya alasan kalau orang melihat dan bertanya padanya.
Rena ingin segera pergi dari parkiran agar tidak dilihat oleh siswa atau siswi yang akan datang sebentar lagi.
"Abang, aku duluan ya sebelum yang lain datang." Ujar Rena yang ingin secepatnya menjauh dari Rangga.
"Tunggu sayang, tu helmnya belum dilepas." Rangga menunjuk pada helm dikepala Rena sembari tersenyum.
Rena memegang helm itu, dan tertawa, bisa-bisanya dia lupa dengan helm dikepalanya.
Rangga mendekati Rena yang sedang berdiri sembari tersenyum dan kedua tangannya sedang mencoba melepaskan helm, namun helm itu susah untuk dilepas.
"Sini Abang yang lepas!" Rangga langsung meraih helm itu dan melepaskan dari kepala Rena.
"Makasih Bang, aku pergi duluan ya." Izin Rena meraih tangan Rangga dan mencium punggung tangan itu.
Rangga tertegun dengan sikap Rena yang begitu pengertian, kemudian Rangga merangkul kepala Rena, lalu mendaratkan kecupan dikening istrinya itu.
Rena gelagapan saat Rangga mencium keningnya. Mata gadis itu menelisik kesegala arah karena takut ada yang melihat.
"Abang, kok cium kening aku?" Rena protes pada suaminya karena mencium keningnya ditempat seperti ini.
"Oh, tidak boleh dikening ya, sini biar Abang cium dibibir." Ujar Rangga mengedip-ngedipkan sebelah matanya pada Rena.
Rangga sengaja menggoda istrinya, karena dia sangat suka melihat bibir istrinya manyun saat kesal.
"Ih, dasar, maksud aku jangan mencium keningku kalau ditempat seperti ini, bagaimana kalau ada yang lihat, kita bisa dikeluarkan disekolah ini." Protes Rena lagi, biarpun kesal namun Rena tetap berkata sopan dan lembut
Rangga hanya menanggapi protes Rena dengan senyum. "Ya kalau ada yang melihat, bilang aja kita pacaran, tapi pacarannya halal." Ujar Rangga dengan begitu santai.
Rena semakin kesal dia segera berbalik ingin pergi dari situ. " Terserah Abang lah." Ucap Rena kesal, kemudian melangkahkan kakinya menuju kelas.
Rangga tertawa dan menggelengkan kepala, sembari menatap punggung istrinya yang semakin jauh.
"Semakin kesal, kamu semakin cantik dan manis." Lirih Rangga yang mulai mengagumi dan memuji semua yang ada pada Rena.
Rasa benci yang Rangga tanam kini pergi entah kemana, sekarang ini yang nampak Dimata Rangga adalah kecantikan, dan pengertian Rena yang membuat dia lupa akan kebenciannya.
Rhumm...rhumm. Suara motor berhenti disebelah Rangga yang sedang senyum sendiri dengan mata yang masih melihat kearah Rena pergi tadi.
Azam dan Ilham juga melihat kembali arah mata Rangga melihat. Namun tidak ada siapapun disana.
Kedua pemuda tampan itu heran dengan sikap Rangga beberapa hari ini. Kemudian Azam dan Ilham menghampiri Rangga.
"Lo kenapa sih, kok aneh gitu, Lo sehatkan, Lo gak apa-apa 'kan?" Azam bergidik dengan kelakuan Rangga yang senyum sendiri.
"Sialan, gue oke-oke aja tau, kalian tu yang sudah gak waras." kesal Rangga pada kedua sahabatnya.
"Sekarang Lo kasih tau ke kita, Lo lagi gak ada masalah 'kan. Lo gak sembunyikan sesuatu sama kita orang 'kan?" Azam dan Ilham merasa Rangga menyembunyikan sesuatu sama mereka.
Azam sangat hafal dengan kelakuan sahabatnya, tidak biasanya Rangga seperti itu.
"Kalau ada masalah, Lo bilang ke kita, gue sama Azam pasti bantu." timpal Ilham yang merasakan kalau Rangga tidak seperti biasanya.
"Kalian apan sih, gue baik-baik aja, gue tidak ada masalah apa-apa." Elak Rangga terpaksa berbohong pada kedua sahabatnya.
Rangga belum siap menceritakan tentang pernikahannya, Rangga takut kalau kedua sahabatnya tidak bisa menjaga rahasia.
"Kalian tenang aja, ayo kita ke kelas!" ajak Rangga pada kedua sahabatnya.
Ketiga pemuda tampan itu akhirnya berjalan memasuki kelas. Didalam kelas ternyata Lidia dan kedua gengnya juga sudah tiba.
Lidia dan kedua gengnya sudah mulai sekolah lagi, karena masa skor mereka sudah habis.
Rangga masuk kekelas dengan buru-buru saat melihat dari jendela kelas kalau Lidia beserta gengnya sedang mengerumuni Rena.
"Ada apa, kenapa Lo ganggu dia, apa gak puas dengan skor yang kemaren?" tanya Rangga dengan wajah memerah.
"Eh, ayang, gue tidak mengganggu dia kok, gue sama teman-teman ingin meminta maaf sama Rena, kami ingin menjadi temannya." Lidia berkata begitu lembut didepan Rangga.
Rangga menatap Lidia begitu inten, Rangga seperti menaruh curiga, pada Lidia, Rangga curiga dengan sikap Lidia dan permintaan maaf Lidia pada Rena.
"Apa yang direncanakan oleh Lidia, tida mungkin'kan kalau dia tiba-tiba baik, aku harus waspada, jangan sampai dia melakukan sesuatu sama istri ku." Gumam Rangga dalam hatinya.
Rangga harus waspada pada Lidia, Rangga harus menjaga istrinya, karena Lidia tidak mungkin tiba-tiba baik seperti itu.
Azam dan Ilham juga sama, keduanya berpikir sama seperti yang dipikirkan Rangga.
"Lo tidak berniat sesuatu 'kan sama dia?" tanya Azam. Azam tau betul siapa Lidia, jadi Azam dan Ilham tidak akan percaya begitu saja pada Lidia.
"Tidak lah, kami meminta maaf sangat tulus. Tidak mungkin kami ada niat buruk, kami sudah kapok dengan skor yang diberikan pada kami." Lidia sangat pandai kalau bersandiwara.
"Baguslah kalau begitu, itu akan lebih baik. Tapi ingat jangan coba-coba mencelakainya." Ancam Rangga pada Lidia, sukses membuat Azam dan Rangga mengernyit.
"Gue gak salah dengarkan? Sejak kapan seorang Rangga yang dingin membela Rena. Gue semakin curiga kalau Rangga ada hubungan sama Rena." Bisik Azam ditelinga Ilham.
Rena sangat senang mendengar Rangga mengancam Lidia. Itu artinya Rangga membelanya, Rena merasa dilindungi oleh Rangga.
"Rena apa Lo mau memaafkan kami?" tanya Lidia dan diangguki oleh Dena dan Leni.
Lidia melihat ke arah Rangga, kemudian melihat kearah Azam dan Ilham. Ketiga pemuda itu tanpa ekspresi, ketiganya hanya bersikap biasa saja.
Rena mengambil keputusan sendiri. Rena adalah gadis yang baik, dia sangat pemaaf.
Rena mengangguk. "Iya aku sudah memaafkan kalian." Rena memaafkan Lidia dan kedua temannya. Rena pikir Lidia meminta maaf dengan tulus.
Rena tidak tau saja kalau ini semua hanya akal-akalan Lidia agar dirinya mau datang ke undangan ulang tahunnya.
"Terimakasih Ren Lo sudah mau memaafkan kita-kita. Sekarang kita jadi teman oke?" Lidia menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Rena tanda keduanya sudah menjadi teman.
Setelah itu semua murid kembali ketempat duduknya masing-masing karena guru sudah memasuki kelas.
Bersambung.