Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKAN MEMBANTUKU
Jeanette mengerjapkan matanya, bau obat obatan mulai terasa di indera penciumannya. Pikirannya langsung teringat pada putranya, Alex.
"Alex!"
"Mommy," Alex yang berada di salah satu ruang kesehatan di dalam Hotel Williams, kini mendekati Jeanette. Ia langsung memeluk Jeanette.
"Mengapa kamu pergi tanpa meminta izin dari Mommy, hmm ...," tanya Jeanette.
"Ma-maafkan Alex, Mom. Aku ingin beltemu Om."
Om lagi, om lagi ... Axton lagi. Apa bagi Alex sekarang Axton begitu penting? - batin Jeanette sambil memejamkan matanya.
"Kita pulang sekarang ya," ajak Jeanette.
"Tapi Mommy, aku belum melihat kolam lenang. Om mau ajak Alex belenang."
"Nanti Mom yang akan mengajakmu berenang. Sekarang kita pulang ya," Jeanette berusaha turun dari tempat tidur. Ia kembali meringis ketika merasakan bagian pangkal pahha nya kembali ngilu, sementara bagian siku tangannya sudah diobati.
Ceklekkk
"Om!" Alex berlari mendekati Axton dan memeluk kakinya, "Alex tidak mau pulang, mau lihat kolam lenang."
"Alex!" ada rasa tidak suka di dalan hati Jeanette ketika putranya malah mendekati Axton dan bermanja di sana.
"Biarkan dia melihat kolam renang sebentar, aku akan menemaninya," ucap Axton.
"Tidak perlu, terima kasih. Sayang, ayo kita pulang," Jeanette tetap bersikeras untuk bangun dan berjalan mendekati Alex, meskipun kakinya terasa sakit.
Jeanette meraih pergelangan tangan Alex dan ingin mengajaknya pulang. Ia tak ingin putranya berlama lama dekat dengan Axton.
"Mom, Alex mau lihat Kolam lenang," rajuk Alex.
"Nanti Mommy akan membawamu, sekarang kita pulang dulu, okay," Jeanette kembali meringis menahan sakit.
"Tidak mau, Mom!! Alex mau sekalang."
"Aku akan membawanya sebentar, setelahnya aku akan mengantar kalian pulang," Axton yang tak ingin melihat Ibu dan anak itu bertengkar, berusaha menengahi.
Jeanette memejamkan matanya, menahan sakit di tubuhnya juga di hatinya. Baru bertemu dengan Axton sebentar saja, Alex bisa sedekat ini, bagaimana jika tiap hari mereka bertemu. Apakah Alex akan lebih memilih Axton daripada dirinya?
Tubuh Jeanette rasanya sudah tak kuat lagi, hingga akhirnya ia membiarkan Axton membawa Alex untuk melihat kolam renang yang ada di hotel tersebut. Sementara menunggu, Jeanette tak lagi berbaring, tetapi duduk di sebuah sofa. Sakit di siku tangannya tak terlalu terasa lagi, namun sakit di kaki sungguh mengganggunya.
Sejak tadi ia berusaha bertahan agar Alex tak melihatnya meringis. Kini ia memilih duduk dan berharap bisa segera pulang. Baru ia memejamkan matanya, seorang dokter masuk ke dalam ruangan.
"Nyonya, jangan tidur di sini," ucap Lea, sang dokter.
"Ah saya hanya memejamkan mata saja. Sebentar lagi juga saya akan pulang. Terima kasih atas bantuannya," ucap Jeanette.
"Anda terjatuh di mana, Nyonya? Apa ada lagi yang terluka?"
"Tidak, tidak ada. Aku tidak apa," jawab Jeanette cepat. Ia tak ingin berlama lama di sana.
Tak berselang lama, Axton sudah kembali ke ruangan itu sambil menggendong Alex. Jeanette segera bangkit dan meraih tas miliknya.
"Kita pulang sekarang, Al," ajak Jeanette.
"Aku akan mengantar kalian," ucap Axton.
"Tidak perlu. Kami bisa pulang sendiri. Terima kasih," Jeanette tak ingin dekat dengan Axton dan ia mau Alex lebih dekat dengan Axton dibanding dirinya.
"Mom, ikut Om. Mobil Om bagus, ada tipinya."
Jeanette menghela nafasnya pelan dan sedikit berlutut sambil menahan sakit, "Itu sama saja dengan TV di rumah, kita bisa menonton di rumah nanti."
"Mom! Alex mau mobil tipi."
Jeanette rasanya tak kuat lagi berdebat. Kalau saja tubuhnya tidak sedang sakit, ia akan langsung menggendong Alex dan membawanya pergi dari sana.
"Baiklah, kamu bisa pulang naik mobil. Mommy akan mengikutimu dari belakang," ucap Jeanette.
"Kamu bisa ikut denganku," ucap Axton.
"Tidak perlu, Tuan. Terima kasih."
Mereka akhirnya berjalan sampai ke parkiran. Jeanette terua berusaha berjalan perlahan agar tak ada yang mengetahui sakit yang ia rasakan.
Alex naik ke dalam mobil, sementara Axton masih berdiri di samping mobil sambil melihat ke arah Jeanette yang berjalan menuju parkiran. Jeanette sama sekali tak menyadari jika Axton memperhatikannya.
Ia menyalakan sepeda motornya dan bernafas lega karena mesinnya masih bisa dinyalakan. Ia memakai helm dan dengan perlahan keluar dari area parkir. Axton pun masuk ke dalam mobil.
Jeanette mengendarai sepeda motornya perlahan, persis di belakang mobil yang dinaiki oleh Axton dan Alex. Axton meminta pada supir untuk mengemudikannya dengan perlahan, agar Jeanette bisa mengikuti kecepatan mobil mereka.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai. Alex yang kembali tertidur di dalam mobil, keluar dengan digendong oleh Axton. Sungguh pemandangan yang sangat indah, kalau saja hubungan mereka adalah sebuah keluarga yang sebenarnya.
"Terima kasih, Tuan Axton. Maaf merepotkan anda," ucap Jeanette yang ingin meraih Alex dari gendongan Axton.
"Aku saja yang membawanya masuk, tanganmu pasti masih sakit," ucap Axton.
Jeanette tak membantah. Ia membuka pintu rumahnya dan membiarkan Axton masuk seperti sebelumnya. Pria itu sudah hafal di mana letak kamar Alex.
Setelah membaringkan Alex, Axton keluar dari kamar. Ia melihat Jeanette yang sedang duduk di sofa yang hanya cukup untuk 2 orang, sedikit meringis seakan menahan sakit.
Axton duduk persis di sebelah Jeanette, "Mana yang sakit?"
"Tidak ada, pergilah."
Axton tak memaksa dan Jeanette pun bernafas lega ketika melihat Axton telah pergi. Ia pun bangkit dan mulai membuka pakaiannya satu persatu dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di dalam, ia melihat pangkal pahha nya yang ternyata membiru, lebih kurang sebesar telapak tangan. Ia menghela nafasnya pelan dan mulai membersihkan diri. Setelah berpakaian, ia berjalan menuju ke arah tempat tidur dan ikut berbaring. Ia bahkan tak teringat lagi untuk menyiapkan makan malam.
"Mom ...," Alex menggoyangkan tubuh Jeanette karena sudah beberapa kali ia memanggilnya namun Mommynya itu hanya diam.
Alex memegang dahi Jeanette, seperti Mommynya itu selalu melakukannya ketika memeriksa dirinya. Merasakan panas pada dahi Mommynya, Alex langsung keluar dari kamar tidur. Ia menampung sedikit air di dalam baskom kecil, lalu mengambil kain kompres.
Meskipun ia tak bisa memeras kain dengan benar, ia berusaha melakukan seperti yang biasa Mommynya lakukan. Beberapa kali ia melakukannya, tapi panas di tubuh Jeanette tak terasa berkurang.
Alex melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 8 sore. Ia turun dari tempat tidur dan menuju ke pintu depan, namun ia mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan tetangganya, karena ia tak suka dengan tetangga sebelah rumahnya yang sering menghina Mommynya.
Om Ax akan membantuku. - Alex langsung menyalakan komputernya dan mengirimkan pesan seperti yang ia lakukan kemarin.
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus berkarya dan sehat selalu 😘😘