EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Pertemuan Perdana Edo dan Ara
Hari ini yakni hari pertemuan perdana antara Edo dengan Ara. Langit telah berangkat ke Medan. Sedangkan Kayla sengaja mengajak Ara ke Dufan, Jakarta. Sebab kediaman orang tua Silvia berada di Bandung. Ia khawatir dirinya dan Edo akan kepergok.
Ara sempat menolak ajakan sang Mama untuk jalan-jalan ke Dufan. Bahkan saat mau pergi, Ara sempat mengalami tantrum sehingga mencubit tangannya sendiri. Hal itu berlangsung hingga Ara masuk ke dalam mobil.
Kayla membawa sopir pribadinya yang sudah sejak lama bersamanya sebelum ia menikah dengan Langit. Tentu saja sopir tersebut adalah orang kepercayaan keluarganya yang bisa menyimpan rapat-rapat apa pun yang terjadi. Kayla dan Ara akhirnya berangkat dari Bandung ke Jakarta.
"Ara nakal. Ara nakal. Ara nakal !!" teriak Ara seraya tangannya terus mencubit dirinya sendiri.
"Stop Ara!"
"STOP !!" pekik Kayla saat keduanya berada di dalam mobil. Kayla berusaha menghentikan aksi Ara yang masih tantrum tersebut.
"Mama ingin ngajak Ara jalan-jalan. Tolong, kali ini Ara sehari saja jadi anak yang nurut sama Mama. Ara paham?"
Akhirnya Ara pun perlahan menghentikan cubitannya. Namun ia masih tak memandang Kayla. Wajah Ara masih ditekuk masam. Sebab, ia kesal pada sang Mama. Hari ini dirinya tak masuk sekolah dan itu membuatnya sedih karena tak bisa bersama Elang untuk makan bekal bersama.
Ara terdiam dan tak menjawab sepatah kata pun pertanyaan Kayla. Membuat istri Langit Gemintang Laksono ini pun dibuat pusing oleh Ara. Akhirnya ia terbesit sebuah ide cemerlang agar Ara bisa bekerja sama dengan baik hari ini di depan Edo. Dan berharap semua rencananya berjalan mulus tanpa hambatan.
"Kalau Ara nurut apa kata Mama hari ini dan enggak nakal, mulai besok Mama janji akan buatin bekal sekolah untuk Ara."
Seketika wajah Ara pun berbinar mendengar penuturan Kayla barusan. Ia menoleh ke arah sang Mama yang duduk di sampingnya. Matanya pun mengerjap dengan ciri khas bulu mata lentiknya. Terlihat menggemaskan.
"Yang benal, Ma?" tanya Ara.
"Iya, dong. Mama enggak mungkin bohongin Ara. Gimana? Mau nurut sama Mama hari ini?"
Hening sejenak beberapa saat antara ibu dan anak tersebut.
"Iya, Ma. Ala mau!" jawab Ara begitu antusias dan tersenyum ceria di hadapan Kayla.
"Nah gitu dong. Anak Mama memang cantik dan pintar," puji Kayla seraya memeluk Ara dan dibalas dekapan hangat oleh putrinya. Namun di balik punggung Ara, Kayla tersenyum menyeringai.
Sepanjang perjalanan, Ara didoktrin oleh Kayla untuk menuruti apa yang diminta oleh Om Edo. Kayla mengatakan pada Ara jika Edo masih memiliki hubungan kerabat dengan keluarga mereka. Edo tengah bersedih karena putrinya meninggal dunia dan telah menganggap Ara seperti anak kandungnya sendiri.
Sehingga Kayla berusaha membujuk Ara untuk menerima jika Edo nanti semisal menganggap sebagai putrinya hanya untuk menghibur kerabat tersebut. Ara pun cukup mengerti dengan yang apa disampaikan oleh ibunya. Ia pun menganggukkan kepalanya.
Anak sekecil Ara yang masih polos mendapat iming-iming sesuatu hal yang sejak lama ia idamkan dari sosok sang Mama, otomatis membuat bocah berbulu mata lentik ini pun seketika menjadi anak penurut. Karena sejatinya seorang anak seperti kertas putih yang masih bersih dan kosong.
Tugas orang tua yang mengisi kertas tersebut. Ingin menjadikan buah hatinya seperti apa. Menjadi warna hitam, abu-abu atau berwarna sesuai jati diri yang terarah dengan baik atau sebaliknya.
☘️☘️
Dufan, Jakarta.
Edo tersenyum sumringah saat melihat Kayla berjalan dengan seorang bocah perempuan yang cantik menuju ke tempatnya berdiri saat ini. Ia meyakini bocah perempuan yang digandeng oleh Kayla adalah Ara, putrinya yang selalu diceritakan oleh mantan kekasihnya tersebut.
"Hai, cantik. Ini pasti Ara ya," sapa Edo seraya berjongkok di depan Ara.
"Iya, Om."
Kayla sempat merasa khawatir akan sesuatu hal saat melihat interaksi antara Edo dengan Ara. Namun ia berusaha menepis kekhawatiran tersebut. Berharap semuanya berjalan dengan lancar.
"Boleh enggak kalau Om minta sesuatu hari ini pada Ara cantik?" pinta Edo penuh kelembutan.
Ara pun menganggukkan kepalanya. Senyum semakin terpancar jelas di wajah Edo.
"Ara panggil Om Edo, Papa. Mau ya? Please..."
Edo bahkan saat ini memasang wajah memohon pada Ara dan tampak memelas. Ara pun teringat pesan ibunya dan juga iming-iming dari Kayla. Seketika Ara kembali menganggukkan kepalanya pada Edo.
"Good girl," ucap Edo seraya tersenyum bahagia.
"Ayo coba panggil Papa. Om mau denger nih," pinta Edo merayu Ara.
Selang beberapa detik, Ara yang sebelumnya masih terdiam akhirnya bersuara kembali.
"Pa_pa," ucap Ara terbata-bata.
"Nice," ucap Edo seraya memeluk Ara.
"Papa sayang kamu, Ara." Edo membisikkan kalimat-kalimat positif kepada Ara sebagai wujud seorang Ayah yang sangat merindukan dan mencintai putrinya.
Ara hanya terdiam saat dipeluk oleh Edo. Entah mengapa ia tak bisa membalas pelukan laki-laki yang ada di hadapannya sekarang. Semua yang ia lakukan hanya sesuai perintah ibunya saja. Perasaan bocah perempuan yang cantik dan menggemaskan ini sekarang mendadak rindu pada Papanya yakni Langit dan juga temannya di sekolah, Elang.
"Papa, Kak Elang." Ara hanya bisa mengucapkan kerinduan itu dalam hatinya.
☘️☘️
Medan.
Saat ini jam makan siang sedang berlangsung. Seminar tengah datang waktu ishoma. Dan ketika makan siang, Langit mendadak melamun. Entah mengapa dalam pikirannya saat ini hanya tertuju pada Ara, putrinya. Padahal sebelum berangkat ke Medan, ia menemani Ara di rumah cukup lama dan puas.
"Kenapa ya perasaanku kok enggak enak begini?" batin Langit yang tiba-tiba gelisah.
Drett...drett...drett...
Ponselnya yang berada di atas meja mendadak bergetar. Ada sebuah panggilan masuk untuknya. Dan ia pun melihat ternyata ibunya, Ayu Windarsih, yang menghubunginya. Tak butuh waktu lama, Langit pun mengangkat telepon tersebut.
"Ya, Ma. Ada apa?" tanya Langit to the point di sambungan telepon yang telah terhubung dengan sang ibu.
Deg...
Jantung Langit mendadak terkejut dan pupil matanya melebar tatkala mendengar penuturan dari ibunya. Seketika ponselnya tanpa sadar telah terlepas dari genggaman tangannya dan terjatuh di lantai.
Bersambung...
🍁🍁🍁
trs bpk kandung ny nikah di jodohin nenek kandung nya yg mau mantu sederajad tapi asal muasalnya picik semua
kasihan alea uh salah jalan, langit juga tersiksa pnya mak rempong sombong gini