Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Suram
Zion akhirnya menceritakan kejadian lima tahun lalu tentang dirinya yang tiba-tiba dijodohkan dengan Elin, bertepatan dengan saat ia tahu bahwa Farah sedang mengandung anaknya.
Ia juga menceritakan tentang Farah yang keguguran, meninggal dan menghilang di rumah sakit hingga saat ini tak ada kabar beritanya. Namun ada beberapa fakta yang tidak diceritakan Zion pada Nico, diantaranya adalah dugaan yang membuat Farah keguguran adalah Elin.
Ia juga tidak mengatakan kalau ia sempat menolak dinikahkan dengan Elin dan sampai saat ini membenci Elin. Ada beberapa hal yang disembunyikan oleh Zion dari Nico.
Ia membiarkan Nico beranggapan bahwa Lia yang ia kenal adalah Elin istrinya. Padahal Lia dan Elin adalah orang yang sama. Jadi, sebenarnya Zion tidak berbohong.
Nico menghela napas panjang setelah mendengar cerita Zion. "Jadii... elu pergi ke luar negeri karena takut dituduh pembunuh, sebab Farah keguguran di rumah elu? Elu takut keluarga Farah mencari elu karena kasus hilangnya Farah?" tanya Nico berasumsi.
"Hum. Meskipun sebenarnya Pak Hadi sudah mencoba menutupi kejadian di rumah gue waktu itu, tapi gue hanya mengantisipasi agar kejadian itu kagak menyeret gue dan keluarga gue," sahut Zion yang setengah bohong setengah jujur.
Pak Hadi memang sudah menutupi kasus itu agar keluarga Zion tidak terseret dengan kasus menghilangnya Farah. Tapi alasan utama Zion pergi ke luar negeri adalah karena Ingin menghindari Elin.
"Lalu... apa sekarang sudah ada kabar tentang Farah?" tanya Nico nampak sangat tertarik dengan pembicaraan ini.
"Gue kagak nanya sama Pak Hadi. Karena biasanya kalau ada kabar apapun, Pak Hadi bakal ngasih tahu gue," sahut Zion jujur.
"Hmm.. misterius sekali," gumam Nico dengan kedua alis yang saling bertautan, "btw, selama lima tahun berpisah sama bini elu, elu kagak kangen sama bini elu?" tanyanya kemudian.
"Ini bukan zaman batu, Bro! Gue bisa chatting, nelpon atau video call kalau kangen sama dia. Lagian, elu juga kagak 1 X 24 jam sama gue, apa elu tahu kalau gue cuma pulang sehari?" tanya Zion membuat alasan yang masuk akal agar Nico tak curiga dengan kebohongannya.
"Elu bener juga," sahut Nico terkekeh kecil, "lalu.. kenapa elu kagak pernah cerita ke gue kalau elu udah nikah?" tanyanya memicingkan sebelah matanya.
"Waktu itu elu belum nikah dan belum punya pacar, kalau elu tahu gue punya bini cantik yang gue tinggal di sini, gue takut elu bakal ngembat bini gue," sahut Zion mencoba mencari alasan agar Nico tak curiga.
"CK. Gue bukan pebinor dan bukan pula pagar yang suka makan tanaman," ketus Nico.
"Gue hanya jaga-jaga aja," sahut Zion enteng.
"Lalu, kenapa kagak elu bawa bini elu keluar negeri aja?" tanya Nico kembali membuat Zion memutar otak untuk berbohong, mencari alasan yang masuk akal.
"Karena dia punya cita-cita membuka toko kue impiannya. Kalau dia ikut gue lima tahun yang lalu, dia kagak bakal punya lima toko kue seperti sekarang," sahut Zion yang begitu cepat mencari alasan dan tanpa sengaja jawabannya itu memang setengah benar.
Benar karena Elin tidak akan memiliki toko kue seperti sekarang jika ia ikut bersama Zion ke luar negeri. Bohong karena aslinya ia sengaja meninggalkan Elin untuk menghindarinya.
"Elu udah cinta belum sama dia?" tanya Nico lagi.
"Udah. Gue udah cinta sama dia. Puas? Gue mau balik ke kantor, masih banyak kerjaan gue di kantor. Gue kagak punya waktu buat meladeni reporter gosip dadakan macam elu," tukas Zion seraya beranjak dari tempat duduknya. Ia tak ingin lagi di cecar dengan berbagai macam pertanyaan oleh Nico yang membuatnya pusing mengarang kebohongan untuk menjawab pertanyaan Nico.
"Haisshh...sok busy (sibuk), Lo!" sinis Nico. Ia kesal karena masih banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Zion, tapi sahabatnya itu malah buru-buru pergi.
Zion keluar dari ruangan VIP hendak kembali ke kantornya. Ia jadi terlalu lama beristirahat untuk makan siang gara-gara mendapatkan wawancara dadakan dari Nico yang super duper kepo. Tak lama kemudian, Nico juga keluar dari ruangan VIP tersebut.
"Hai, Lia! Kebetulan sekali ketemu disini," sapa seseorang pria menghampiri sebuah meja.
Mendengar nama Lia disebut, Zion pun menghentikan langkah kakinya dan mengedarkan pandangannya ke arah suara pria tadi. Ia takut Lia yang di maksud adalah Lia kekasihnya, selingkuhannya, sekaligus istrinya.
"Ada apa? Kenapa elu berhenti di sini?" tanya Nico karena melihat Zion berhenti.
Zion tak merespon pertanyaan Nico, netranya mencari sosok Lia yang dikenalnya. Sedangkan Nico ikut mengedarkan pandangannya, namun tak tahu harus mencari apa atau siapa.
"Shiitt!" umpat Zion saat netranya melihat sosok wanita yang dikenalnya berusaha di sentuh seorang pria.
Nico terhenyak mendengar Zion yang tiba-tiba mengumpat, apalagi saat melihat ekspresi wajah Zion.
"Jangan sembarangan menyentuhku! Kita hanya sekedar kenal, jangan berbuat di luar batas!" sergah wanita yang tidak lain adalah Elin, menatap tajam pria yang hampir saja menyentuhnya.
Ya, Elin pergi ke restoran ini untuk makan siang karena sedang malas memasak. Ia baru saja hendak menikmati makan siangnya, tapi tiba-tiba pria yang tidak lain adalah Franky menghampiri dirinya, bahkan ingin menyentuh dirinya. Tentu saja Elin merasa sangat kesal.
Dengan wajah suram, rahang yang mengeras dan kedua tangan yang terkepal erat, Zion melangkah ke arah Elin.
"Ada apa? Kenapa Zion terlihat sangat marah?" batin Nico. Ia bergegas menyusul sahabatnya yang mungkin akan melakukan sesuatu di luar kendali.
"Cantik, jangan galak-galak, dong! Aku, 'kan jadi tambah cinta," ujar Franky tersenyum seraya mengedipkan sebelah matanya genit, lalu mencicipi salah satu makanan yang ada di meja Elin.
"Tolong pergi!" pinta Elin tegas, ia menatap tajam pada Franky.
"Aku maunya di sini. Bersama bidadari cantik," sahut Franky malah menumpukan kedua sikunya di atas meja dan menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang bertautan. Ia tidak menyadari telah menginjak ekor singa dan membuatnya terbangun. Singa yang saat ini sudah siap menerkamnya.
Nico akhirnya tahu kemana arah Zion melangkah, karena ia melihat Elin berada di salah satu meja di dalam restoran itu dengan ekspresi kesal bercampur marah menatap pria yang duduk di depannya. Nico masih ingat dengan wajah Elin.
"Mampus! Gue kagak pernah lihat aura Zion sesuram sekarang. Mana gue nggak jago bela diri lagi. Gue kagak bisa menghalangi Zion kalau dia ngamuk," batin Nico was-was.
"Pelayan!" panggil Zion pada pelayan yang kebetulan melintas setelah mengantarkan pesanan pelanggan.
Elin terkesiap karena tiba-tiba mendengar suara suaminya. Matanya langsung melebar. Spontan ia menolehkan kepalanya ke samping dan menengadah. Netranya langsung menangkap wajah suram suaminya yang sudah berdiri di sebelahnya.
"Kak Zion ada di sini? Sejak kapan? Dia kelihatan sangat marah," batin Elin. Ia bergidik menatap aura suram di wajah suaminya.
"Tolong berikan bill makanan yang dipesan istri saya di meja nomor sepuluh ini," ucap Zion dengan suara berat nan datar, mengundang perhatian beberapa orang yang ada di dekat mereka.
"Ba - baik, Tuan," sahut sang pelayan sampai tergagap karena melihat aura suram dan mendengar suara Zion yang membuatnya bergidik.
Franky yang tanpa sengaja melihat nomor meja di depannya adalah nomor sepuluh pun langsung menengadah menatap ke arah sumber suara. Namun sayangnya ia tidak terlalu memerhatikan saat Zion mengatakan kata "istri" tadi.
"Siapa pria ini?" batin Franky menelisik penampilan Zion dari atas hingga bawah. Ia menatap Zion dengan alis yang saling bertautan karena Zion menatapnya dengan tatapan dingin.
"Kak..." panggil Elin seraya beranjak dari duduknya dan langsung memeluk lengan suaminya. Terlihat jelas rasa takut di wajahnya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
perasaan baru pertamakali ini deh lihat pak Hadi tersenyum hangat dgn sorot mata lembut.. soalnya sepanjang episode, klo aq baca dari awal & hampir mendekati akhir, pak Hadi gk pernah menunjukkan senyuman hangat & tatapan mata lembut, selalu tersenyum misterius, tatapan mata tajam, wajah datar, dan setiap ucapan yg dilontarkan selalu benar,.belum lagi beliau tipe orang misterius juga, tegas, berwibawa, dll.. apa aja deh.. pokoknya aq suka banget sama tokoh pak Hadi ini.. ❤️❤️❤️ sekebon buat pak Hadi, klo gk ada bapak entah gimana nasib cinta Elin & Zion ini ya.. 😅