Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA
Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.
[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]
Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.
love u😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Jam 04.00 pagi.
Pagi-pagi buta, Giass sudah ada di depan gedung apartemen Qiena dengan motor andalannya tanpa bersembunyi lagi. Hal itu dia lakukan karena apa yang dia tonton semalam telah membuka pikirannya kalau segalanya sesuatu butuh diusahakan. Selama ini hanya demi tidak membuat Qiena takut dia berdiri jauh, kini jika masih terus seperti itu dia pasti akan berlarut-larut menikahnya.
Giass itu sudah tidak sabar untuk mengikat Qiena dalam pernikahan, kalau terus diulur keburu ada saingan lain yang muncul. Itu akan jauh lebih merepotkan.
Dan, mungkin inilah yang disebut pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak lama setelah Giass diam menunggu disana dalam suasana sunyi dan dingin. Matanya menatap sosok yang keluar dari pintu gedung apartemen dengan sekantong plastik hitam di tangannya yang menggembung.
Seperti kantong sampah.
Seutas senyum pun tertarik di bibirnya.
"Tidak salah lagi. Aku memang harus segera menikahinya." gumamnya yang hanya didengar sendiri sambil mata menatap lurus kearah Qiena yang tak sadar bila sedang di pandangi.
Saat Giass sedang berbahagia tiba-tiba dia malah melihat Qiena nyaris jatuh sebelum akhirnya gadis itu berjongkok dengan mencurigakan. Takut sesuatu terjadi tanpa disadari, Giass pun mendatanginya segera setelah memarkirkan motornya dengan benar.
Begitu sudah dekat, Giass ikut berjongkok didepan Qiena dan bertanya. "Ada apa denganmu?"
Mendengar suara berat yang lumayan familiar, Qiena mendongak mengeluarkan wajahnya yang di sembunyikan di lipatan tangan diatas lututnya.
Wajah pucat lesu pun masuk ke mata Giass membuat remaja itu mengernyit khawatir. Tahu kalau Qiena sedang tidak sehat tanpa basa-basi, Giass langsung menggendongnya ala bridal style. Giass tidak takut di anggap sembrono sebab dia sudah mengklaim Qiena sebagai miliknya sadar atau tidak.
Kalaupun di grebek, tinggal di nikahi. Gampang itu mah...!
Gerakan cepat Giass tentu mengejutkan Qiena hingga membuat gadis itu ketakutan sebab ini kali pertama selain ayahnya ada lawan jenis yang menggendongnya.
"Turunkan aku!" lirih mencicit dari bibir tak berdarah Qiena seraya mendorong tanpa tenaga dada Giass sebagai bentuk penolakan.
Tapi, apa Giass peduli? Jawabannya, tidak.
Kali ini Giass akan aktif bergerak maju. Dia tidak mau seperti artis bujang lapuk yang harus menunggu 2 tahun untuk bisa menikah. Kalau bisa sekarang, Giass maunya sekarang.
Edan bocah iki!
"Tidak. Kau terlihat sakit, jadi aku akan membantu membawamu kembali ke apartemen mu. Tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk menolak ku, itu tidak akan berguna." tolak Giass lugas tanpa keraguan.
Jawaban itu sukses membuat jantung Qiena mau copot.
Dengan nada gemetar Qiena berkata kian lirih. "Ini tidak benar! Nanti ada yang lihat!"
Giass melirik Qiena sejenak sebelum menimpali. "Apa kita akan langsung dinikahkan begitu dilihat?"
Tubuh Qiena bergetar ketakutan mendengarnya. "A..apa yang kau bi.. bicarakan?!"
"Aku yakin kau tahu tanpa perlu ku beritahu." jedanya. "Ini bukan pertama kali aku mengajakmu menikah."
.
.
.
Ceklek!
Akhirnya, untuk kedua kalinya Giass kembali memasuki ranah pribadi Qiena. Bahkan kali ini langsung ke area paling pribadi. Membuat Giass mau tak mau membayangkan bila tak lama lagi dia juga akan merasakan tidur di kasur mungil itu berdua dengan Qiena tanpa halangan apapun.
Telinganya memerah memikirkan hal itu.
Qiena sendiri merasa ingin menangis di depan ayahnya, meminta maaf karena telah membiarkan seorang pria memasuki tempat yang tidak boleh dimasuki sebelum resmi menjadi suaminya. Tapi, sayangnya menstruasinya yang datang tiba-tiba membuka peluang bagi Giass untuk masuk lebih jauh.
Qiena tidak tahu harus bagaimana. Tapi satu yang dia tahu... Perutnya sakit!
Diletakkan dengan lembut tubuh sekal mungil Qiena ke atas kasurnya, memastikan Qiena nyaman lalu menyelimutinya. Hanya saja, sisi nakalnya keluar, dia tak langsung beranjak dan membiarkan tubuhnya dalam posisi mengurung Qiena yang berbaring, Giass sedang menikmati pemandangan indah meski tak berwarna juga menikmati reaksi takutnya yang benar-benar takut di terkam olehnya.
Dalam hati Giass bahagia karena dengan begitu menunjukkan bila Qiena benar-benar murni. Itu saja cukup untuk membuat Giass menjadi lebih agresif dan posesif.
Salahkan Qiena mengapa begitu mudahnya memasuki hati dan pikirannya hingga dia tak bisa berpaling. Alhasil, meraih mendapatkannya untuk dirinya sendiri adalah tujuannya saat ini.
"Takut?" tanyanya dengan suara rendah yang menggoda.
Tapi, Qiena justru semakin gemetar takut mendengar suara rendahnya.
"... Pergilah. Jangan sampai orang lain tahu." ujar Qiena menahan ketakutannya dengan suara lembut khasnya yang bergetar, karena belum pernah berada di situasi seperti ini.
Lagipula, dia juga takut orang lain akan bergosip buruk tentang dirinya mengingat selama ini dia amat terlindungi oleh ayahnya.
Sebagai orang yang belum pernah merasakan keganasan gosip, Qiena takut membayangkan suatu hari giliran dia yang merasakannya.
Sama sekali tidak menduga hal ini akan terjadi.
Seringai yang amat tipis muncul di bibir Giass tanpa diperhatikan oleh Qiena yang ketakutan. "Tapi, aku ingin sebaliknya..." katanya membuat darah Qiena kian menyusut dan rasa sakit diperutnya meningkat membuatnya mengerang kesakitan sampai wajahnya berkerut banyak. Tapi, Qiena hanya bisa menahannya karena tak ingin terlihat lemah, dia takut di apa-apakan oleh pria ini tanpa dia bisa melawan.
Meskipun situasinya memang begitu saat ini.
Nakalnya, Giass tahu kondisi Qiena sedang tidak baik tapi masih disengaja untuk terus menggodanya. "Aku ingin orang lain segera tahu kalau Qiena Luovanna adalah milikku... Semakin cepat semakin baik. Aku akan mulai dari Bibi tetangga yang sangat perhatian padamu itu. Beritahu dia kalau anak gadis tetangganya sudah ada yang melamar dan minta bantuannya juga untuk memuluskan segala sesuatunya. Bagus kan ideku?"
Qiena jatuh lemas seketika karena ulah jail Giass. Sudah perut sakit, emosinya masih di acak-acak oleh Giass. Kini perhatian Qiena berpusat pada rasa sakit menstruasinya. Itu paling penting saat ini.
Untungnya, Giass tidak melanjutkan ulah jailnya setelah melihat Qiena kian meringis kesakitan sampai-sampai keluar keringat dingin sebesar biji jagung.
Remaja itu bangkit dari atas tubuh Qiena dan langsung berjalan keluar kamar. Qiena tidak memperhatikan.
Giass bergerak sudah seperti dirumahnya sendiri, dia berjalan menuju dapur dan melihat apakah ada jahe, gula, madu, atau apapun itu yang bisa dia gunakan untuk membantu Qiena meringankan rasa sakitnya.
Setelah menemukan semua bahannya, Giass meyakinkan diri kalau dia bisa. Maklum, ini kali pertama dia melakukan hal seperti ini. Bahkan pengetahuannya tentang sakit bulanannya para kaum hawa pun baru dia ketahui sejak dia menyadari perasaannya yang berbeda untuk Qiena. Dari sana dia mulai belajar banyak hal tentang perempuan dari beberapa ahli atau survei bersamaan dengan dia mencari pengetahuan sebelumnya.
Meski gerakannya kaku dan lambat, Giass masih bisa menyelesaikannya dengan baik.
Diapun tersenyum senang melihat hasil kerjanya yang berhasil dia selesaikan.
"Tidak buruk. Ternyata aku cukup mampu." katanya memuji diri sendiri.
Lalu, dibawanya semua hasil kerja keras pertamanya.
Ada segelas minuman jahe, segelas air putih hangat, semangkuk kecil bubur polos walau sedikit kuning karena gosong, dan bantal air panas yang dia temukan diatas nakas di dalam kamar Qiena tadi sebelum keluar.
Dia kembali masuk ke kamar Qiena dan langsung melakukan perawatan pertamanya juga.
Jadi, di dalam kamar itu Giass dengan sangat serius membantu Qiena makan dan minum juga membantu mengompres perutnya. Semuanya dia lakukan dengan jantung yang berdetak kencang juga perasaan puas bisa melayani calon istrinya.
Ternyata cukup menyenangkan juga melakukannya.
Akhirnya dia tahu mengapa orang tuanya tak pernah lelah mengumbar kemesraan. Ternyata, karena rasanya luar biasa.
.
.
.
.
.
.
.
ditunggu up lagi yah thor