Follow dulu sebelum baca
- up seharian - hari kecuali Sabtu
- up mood g bias nggak di up
Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia.
Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekerasan yang ia sering dapatkan dari sang Ayah, tak membuat tekednya luntur karena hati kecilnya selalu yakin bahwa Ayahnya pasti akan menyayanginya suatu saat nanti.
Meski mental dan fisiknya sudah hancur ia terus menghujani sang Ayah dengan kasih sayangnya.
Sampai dimana satu kejadian menimpanya tepat di hari ulang tahun Ayahnya ia meninggal.
bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikut kisah ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruby Lane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16: FAMLIY POSSSESSIV ⋆ ˚。⋆୨ ୧⋆ ˚。⋆
𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 !!,
...----------------...
Yang begitu imut mata bulat itu berbinar dengan pipi yang mengembung lucu menceritakan kegiatan hari ini, ia paling menyukai ketika pipi gembul itu memerah kesal ketika menyebutkan Ayahnya nakal.
Agasta terkekeh mendegarkan cerita putrinya yang tengah. duduk di pangkuan Alaska
Kali ini Alaska menanggapinya dengan mengecup hidung yang memerah bak tomat sehabis menangis, lelahnya terbayar ketika berjumpa dengan kesayangannya dua hari di sibukkan dengan pekerjaan membuat dirinya stress bergelut dengan kertas dan orang orang yang menurutnya tak jauh berbeda. dengan seekor tikus, menyingkirkan hal itu dari pikirannya teralih
Melihat tubuh mungil adiknya ia baru menyadari bagaimana bisa keluarga Dirgantara mempunyai keturunan
Mahluk mungil sekecil ini dari mulai kaki, perut yang terlihat buncit, dan lagi kedua tangan yang terlihat gempal di padukan dengan wajah yang imut dan juga manis. Melihatnya saja seperti ini membuat jiwa Alaska ingin sekali menculiknya hanya untuk dirinya seorang
Agasta meleparkan kue di tangannya ketika tatapan putranya terlihat berubah, la tau arti tatapan itu sedangkan yang di lempar memejamkan matanya sejenak ketika remahan kue menyangkut di rambutnya sedangkan si mungil tertawa lucu melihat rambut hitam abangnya.
Masih ada adiknya disini Alaska bersikap tenang" Kau mengganggu saja, biarkan baby bersamaku hari ini. Aku tau kau lelah istirahatlah sedari pagi cukup membuatmu lelah.
perhatikan juga kondisimu..."
Agasta meminum secangkir kopi di tangannya, menikmati. Perkataan putranya memang ada benarnya tapi ia tak setua
itu dan lagi Alaska hanya ingin memonopoli putrinya. la aku mengurus seorang anak melelahkan di bandingkan kegiatannya sehari hari yang harus berurusan dengan senjata
dan juga kertas kertas yang berserakan di meja kerjanya, di balik itu semua pria itu menikmati kegiataannya sebagai seorang Ayah.
Sedangkan si mungil asik dengan camilan yang di berikan Alaska Ayah tidak lelah kau pikir aku setua itu dengusnya, Alaska mengangkat sebelas alisnya merespon" Kau tidak mau mengalah sedikitpun. Ya sudah kalau begitu tidak ada pilihan lain" ujarnya mengangkat Anya kepangkuannya, lantas beranjak berlari membawanya pergi sebelum Ayahnya sempat merespon
Agasta, membiarkan putranya kali ini meskipun dengan rasa kesal, ia akui akhir akhir ini putranya Alaska terlihat berbeda,
lebih sering membantah dalam hal emosi pun sama perubahan itu semua terlihat ketika Alaska mulai tertarik. dengan adiknya yang menggemaskan,Entah ia harus senang atau kesal, atas perubahan sikapnya mungkin kedepannya kedua putranya pun akan mengikuti jejak adik mereka Aidan.
Mata tajamnya menatap hamparan luas, sudah lama la tidak merasakan ketenangan, sebelum kaki melangkah pergi. kepalanya tiba tiba terasa pusing dengan suara suara aneh yang ia dengar.
Yayah tolong Anya Aman jahat hiks hiks
buang Anya, ya?
Yayah ndak cayang Anya lagi?
Akkhhhh cakit, ampun amant
Nafas Agasta tersegal, dadanya terasa di remas suara suara putrinya memenuhi kepalanya hanya sesaat. Tangannya menumpu pada meja menahan badannya yang sempat terhuyung, terlihat bulur keringat di dahinya "Apa
semua itu?" dengan wajah yang terlihat sedikit pucat.
Salah satu bodyguard yang berjaga menghampiri Agasta" Tuan anda baik bak saja?" Agasta menoleh dengan gelengan" Tidak, kemana putraku membawa putriku pergi "di halaman depan tuan bersama teman teman, tuan muda Aidan
...----------------...
"Ck kau mengganggu saja minggir sana, gue mau foto juga sama dengan mengusir saka yang berada tepat di sampingnya.
Mereka berebut untuk dekat dengan si mungil meskipun sudah ada pawangnya meraka tak peduli yang terpenting dapat foto.
Alaska menahan diri untuk tidak meninju wajah teman dari adiknya itu mengambil kesempatan dalam kesempitan saja.
"kalem bang itu wajah tegang" amat Aidan berujar sesat sebelum kamera menangkap foto mereka.
Bukan tanpa sebab ia memberi saran tidak ada senyuman di wajah Abangnya, suram sekali yang merupakan ciri khasnya Itu.
Tentunya karena keinginan Anya, saat di berikan ponsel olehnya Alaska si mungil lebih tertarik pada kamera di ponselnya.
Dan hal itu Alaska manfaatkan untuk mengambil banyak fotonya dengan adiknya ini, sudah banyak yang ia dapatkan.
Sebelum kebahagiannya luntur seketika teman teman Aidan datang dan si mungil malah menyapa mereka dan mengajak mereka untuk berfoto bersama.
Tapi ia di untungkan juga karena yang di gunakan adalah ponselnya.
Aidan buru buru lansung mengambil ponsel Abangnya untuk di kirim padanya.
"Lo! Ponsel gue sini"
Aidan tersenyum senang hasil foto bagus, nanti ia akan pajang di kamarnya tak mengindahkan amarah Abang pertamanya itu.
"Main sana! Jauh jauh dari mansion. Balapan di jalan sepupu lo juga ikut" usir Alaska.
Aidan bukannya pergi ia malah duduk tepat di samping Abangnya, sedangkan di sampingnya lagi temannya Xander yang memperhatikan si mungil yang tengah memakan permen lolipopnya.
"tumben marahin gue, malah ngusir ikut balapan, lo aneh." sinisnya "Bukan lo aja yang ingin deket sama baby tapi gue juga" Tangannya siap menyambut sang adik untuk duduk di pangkuannya namun di tangkis tangan si mungil yang
"menolak nou Anya au cini" melelaskan lolipop di dalam mulutnya, penolakan adiknya membuat Aidan terkejut.
Alaska tersenyum puas atas jawaban adiknya" tuh baby aja gak maunya sama Abang yakan sayang?"
Anya mendongak, memberikan anggukan, Aidan tidak percaya begitu saja pasti Abangnya menghasut adiknya.
Menunduk mengubah posisi agar bisa berhadapan dengan adiknya ia rela merendahkan diri di hadapan Abangnya sebelum suara di sebrangnya menghentikan niatnya.
...----------------...
"Nanti Arthur kau harus bersabar bertemu dengannya, Ayah sudah meminta izin darinya" mencekal lengan putranya yang ingin segera pergi dimana Anya berada.
"kenapa aku harus menunggu, dia sudah mengizinkannya yang berarti aku boleh datang kapanpun dan membawanya pergi dari sana" Menghebuskan nafasnya kasar" Dia memberikan waktu yang sudah di tentukan, Ayah sudah bersusah payah menemuinya Tuan Ricard emiliano Ditgantara,
jangan mengacaukannya nak. Bersabarlah sebentar lagi kita pasti akan bertemu dengannya
"sekarang kita pulang ibumu mengkhawatirkannya, cepatlah sembuh. Tetapi janjimu pada Ayah "
Arthur menahan gejolak amarah di dalam dirinya, ia tidak sakit sama sekali, tapi mau tak mau la mengganguk. Baiklah ia hanya harus bersabar.
"kapan waktu itu tiba?"
"ada fakta yang mengejutkan Anya bukan bagian dari keluarga Dirgantar "
"itu sudah pasti karena dia putriku Ayah" Tentu saja kabar baik untuknya hal yang mustahil terjadi di depan mata.
...----------------...
350 vote + Spam nexnya 100
Up lagi besok jika memenuhi target
Votenya
See you nex time
TBC
izin mampir ya Thor 🙏