"Suamiku...
"Aku dan anak mu datang...
"Akan kutemukan pembunuh mu, dan membalas perbuatan mereka pada mu!"
Seorang wanita muda bersimpuh di depan makam, sambil mengendong bayi dalam dekapannya. Wajah pucat wanita itu tidak dapat menutupi kecantikan yang ia miliki.
"Aku akan membalas perbuatan mereka yang telah merenggut kebahagiaan Gabriel. Bahkan kau tidak sempat bertemu putra mu, Silvio!"
Monica Dimitrov, menangis pilu ketika mendapat kabar bahwa suaminya Silvio tewas terbunuh dengan luka tembak memenuhi sekujur tubuhnya. Enam butir peluru tajam bersarang di kepalanya.
Sangat kejam pembunuh itu!
Kabar kematian Silvio, membuat Monica yang sedang mengandung terguncang, ia harus melahirkan Gabriel meskipun belum waktunya.
"Aku harus menemukan pembunuh itu. Kematian Silvio selalu menghantuiku", janji Monica dengan dua tangan terkepal menatap nisan suaminya.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, ikuti terus ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANJI
Sayang... bagaimana rasa masakan ku, enak tidak?", tanya Monica menatap suaminya. Keduanya sedang menikmati makan siang di meja makan.
Luigi mengangguk-anggukkan kepalanya, tanpa kata.
"Huhh, kau ini menyebalkan sekali Lui. Sudahlah aku tidak akan memasak lagi untuk mu", ujar Monica sambil mencebikkan bibirnya kesal.
"Not bad.."
"Dasar laki-laki menyebalkan!", gerutu Monica sambil menyantap makanannya. "Hm...ternyata enak juga masakan ku", ucapnya tersenyum sambil memejamkan matanya.
Suara sendok berdentang di atas piring.
"Hmmstt..
Monica membelalakkan matanya, ketika merasakan bibir hangat Luigi melumat bibir nya. Terasa kenyal, nikmat seperti biasanya.
"Aku lebih menyukai bibir mu di bandingkan makanan. Rasanya jauh lebih lezat", goda Luigi sambil membingkai wajah cantik istrinya.
"Lui hentikan! Nanti ada yang melihat kita", protes Monica sambil mencubit perut rata suaminya.
"Aww...kau menyakiti suami mu, sayang. Apa kau tega melukai suami mu lagi, hem?".
"Kamu memang layak untuk di hukum, karena nakal", seloroh Monica melebarkan kedua matanya.
"Well. Aku siap menerima hukuman mu", bisik Luigi di telinga Monica sambil mengigit lembut daun telinga istrinya itu.
Monica mengangkat sedikit wajahnya. Merasa geli. Godaan suaminya itu menjalar ke seluruh tubuh. "Hm...sayang jangan menggoda ku. Kita sedang di meja makan". Monica berucap dengan suara bergetar sambil memejamkan matanya.
Nyatanya yang dikuatirkan Monica benar terjadi, Soria dan seorang pelayan lainnya membawa potongan buah begitu kaget melihat bos mereka sedang bercumbu mesra di meja makan seperti itu. Spontan Soria memberi isyarat pada anak buahnya agar pergi, begitu pun wanita paru baya itu membalikkan badannya.
Selama ia bekerja dengan Luigi, tidak pernah melihat bos-nya itu begitu bahagia seperti sekarang. Jangankan bercumbu seperti itu, membawa perempuan saja tidak pernah ia lakukan ke rumah itu.
Sekarang mansion mewah berukuran besar itu, begitu hangat sejak kehadiran Monica dan Gabriel. Luigi juga sekarang lebih banyak menghabiskan waktu berada di sana. Tentu saja Allegri senang ketika merasakan kasih sayang penuh Luigi. Ditambah memiliki Monica dan Gabriel sekarang membuat bocah itu selalu ingin dekat-dekat dengan Monica Luigi dan Gabriel.
*
Senja berganti kelabu. Perlahan langit orange mulai berubah menjadi hitam gelap.
Monica masuk ke kamar, setelah sebelumnya bersama Gabriel yang sekarang sudah tertidur di kamarnya. Malam ini Gabriel di temani Allegri. Bocah tampan itu merengek minta tidur bersama Gabriel. Dan Monica mengizinkannya.
"Drt..
"Drt ..
Monica duduk di tepi tempat tidur, melihat siapa yang menelepon suaminya di saluran khusus karena Luigi sedang mandi. Seketika raut wajah Monica berubah menatap layar handphone Luigi.
"Ceklek..
Luigi keluar kamar mandi. Handuk tebal masih melingkar di pinggangnya. Ia menatap istrinya yang terlihat sedih sambil memegang handphone miliknya.
"Siapa yang menelepon ku, hem?"
Tanpa menjawab, Monica menjulurkan tangannya ke arah Luigi. Memberikan handphone itu pada pemiliknya.
Luigi tersenyum melihat tingkah istrinya tersebut. Kemudian melihat layar handphone. "Carlo?"
Melihat nama Carlo seketika raut wajah Luigi berubah. Pasti ada hal penting sampai Carlo menghubungi nya di saluran pribadinya.
Luigi segera menelpon balik orang kepercayaannya itu, tanpa pergi dari hadapan istrinya. Karena ia tidak mau menutupi apapun dari Monica. Ia sudah berjanji akan selalu jujur apapun yang terjadi pada istrinya.
"Ada apa kau menelpon ku, Carlo?"
*Maaf mengganggu anda tuan. Gudang penyimpanan barang barang terbakar. Tepatnya sengaja di bakar orang!*
Kabar yang di sampaikan carlo membuat raut wajah Luigi berubah dingin dengan sorot mata tajam. Tangannya mencengkram kuat handphone miliknya.
*Orang kita berhasil menangkap pelakunya. Saat ini sedang di interogasi, siapa yang telah menyuruh nya mengusik bisnis anda*
"Aku ke sana sekarang. Jangan lakukan apapun pada penyusup itu, hingga aku datang! Kau paham Carlo!", perintah Luigi dengan tegas sebelum memutus panggilan telpon itu.
Monica tak bergeming dari tempatnya. Jemari tangannya saling meremas sambil menundukkan wajahnya. Luigi menatap istrinya. Ia tahu Monica panik.
Luigi segera menghampiri, berjongkok di hadapan istrinya sambil menggenggam erat tangannya yang dingin dan gemetaran.
"Aku harus ke Catania malam ini. Aku janji ini terakhir kalinya aku menyelesaikan bisnis di sana", ucap Luigi berusaha menenangkan Monica.
Perlahan Monic mengangkat wajahnya, menatap dengan tatapan sendu ke manik Luigi.
"A-ku takut Lui. Aku mohon jangan pergi. Aku mohon tinggalkan pekerjaan itu. A-ku mohon".
"A-ku takut kau kenapa-kenapa. Aku tidak mau kehilangan mu, Lui", ucap Monica pelan dengan mata berkaca-kaca menatap suaminya.
Kedua tangan Luigi terangkat menghapus air mata Monic yang sudah menganak di sudut matanya. "Aku janji ini yang terakhir. Aku akan menyerahkan semua bisnis itu pada Carlo. Kau tenangkan diri mu. Aku hanya ingin tahu siapa dalangnya yang bisa membahayakan anak buah ku sewaktu-waktu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi, mereka memiliki keluarga juga".
Ucapan Luigi membuat Monica menitihkan air matanya. Terlebih Luigi menyandarkan wajahnya pada paha Monica.
"Aku tahu kecemasan mu. Aku tidak mau membahayakan kalian. Tunggu aku sayang, aku akan secepatnya kembali", ucap Luigi penuh perasaan. Ia tahu Monica sangat mengkuatirkan dirinya. Keselamatan nya. Monica kerap menyatakan perasaan nya itu ketika mereka sedang berdua.
Jemari lentik Monica mengusap rambut hitam suaminya yang tampak lembab. Kedua matanya pun basah. "Aku mencintai mu, Luigi. Aku akan menunggu mu kembali..."
...***...
To be continue
Smg kesehatan n ingatan Luigi cpt pulih. Sabarlah Monic, ini hanya sementara, tdk lama lg, semuax akan kembali spt semula.
Cinta & hati Luigi hanya untukmu ♥️♥️♥️😘😘😘