Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Ola Jamu (Janda Muda)
Akhirnya aku bisa tenang dan damai mulai saat ini dan selanjutnya. Tidak akan ada lagi Mikel yang membuatku selalu dalam masalah. Walau benar adanya cinta ini tetap ada untuknya.
Tuhan!!! Aku harap kokohkan niatku, hapuslah namanya di dalam hatiku. Aku ingin hidupku bahagia, Lei yang selalu menjadi semangatku. Batin Ola.
***
Hari hari Ola setelah resmi menjadi janda terasa seperti lembaran baru dalam hidupnya. Meski berat, dia mulai terbiasa menjalani rutinitas yang sederhana namun penuh makna bersama Lei, putranya yang semakin tumbuh ceria dan aktif. Setiap detik yang ia habiskan dengan Lei menjadi momen berharga yang membantunya melupakan luka masa lalu.
"Anak Mama yang ganteng dan pinter, kemari!" pinta Ola.
Lei langsung ke Ola berlari kecil, lalu memeluknya.
"Hem, wangi sekali anak Mama ini," ucap Ola yang tersenyum.
Terkekeh Lei saat ini, selalu saja senyumannya itu mampu mengalihkan dunia kesedihan Ola. Senyuman Lei itu selalu menjadi obat yang paling ampuh.
"Lei mau gambar?" tanya Ola.
Lei kecil itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Tunggu disini, Mama akan mengambil dulu alat yang di butuhkan," pinta Ola.
Seolah mengerti balita itu duduk di atas karpet tebal di ruang keluarganya. Sabar menanti kedatangan mamanya.
***
Menjadi jamu (janda muda) bukanlah sesuatu yang dia bayangkan dulu, tetapi kini Ola menerimanya dengan hati yang lebih damai. Setiap pagi, Ola terbangun dengan kesadaran bahwa hidupnya baru saja dimulai lagi, tanpa beban masa lalu. Tidak ada lagi Mikel, tidak ada lagi drama. Ola bebas, meskipun keputusannya untuk hidup menyendiri masih terasa berat. Batin Ola sering kali terbelah antara keinginan untuk kembali bersosialisasi dengan masyarakat dan ketakutannya untuk menghadapi dunia luar yang mungkin masih akan memandangnya dengan pandangan sinis.
"Lei, kamu satu satunya alasan ibu tetap kuat," lirih Ola sambil memeluk Lei yang tengah bermain di pangkuannya. Lei hanya tersenyum, belum mengerti betapa besar arti dirinya bagi mamanya. Tapi Ola merasa cukup. Keberadaan Lei adalah sumber kekuatannya.
Setiap hari, Ola merancang kehidupannya dengan tenang dan perlahan. Dia tahu bahwa dunia luar tidak akan menunggunya, tapi Ola juga sadar, dia belum siap untuk kembali ke sana. Mungkin, ketika Lei berusia lima tahun dan mulai bersekolah, barulah dia akan menampakkan dirinya. Saat itu, apapun yang terjadi bahkan jika harus bertemu dengan Mikel, Ola merasa dirinya akan mampu menghadapinya dengan kepala tegak.
Sedangkan Axel dan Helda menjadi satu satunya jembatan yang menghubungkan Ola dengan dunia luar. Hanya mereka yang tahu keberadaannya, dan Ola merasa aman dengan rahasia yang mereka simpan bersama. Axel sering datang membawa cerita-cerita lucu dan kabar terbaru dari dunia yang telah Ola tinggalkan sementara. Helda selalu menghibur dengan candaannya yang membuat Ola sedikit tersenyum, meskipun ia tahu bahwa kehidupan tidak selalu akan semudah ini.
***
Di sisi lain, Nikita masih berada dalam situasi yang jauh berbeda. Berada dalam pengawasan ketat yang diatur oleh Axel dan Ola, Nikita hampir tidak memiliki kebebasan. Amarah dan ketidakberdayaannya sering meledak, membuat situasi semakin sulit. Nikita di kurung di dalam sebuah rumah yang tentunya penjagaan dari Axel yang ketat. Bahkan dengan Michelle yang masih kecil ikut berada disana, dengan situasi yang semakin buruk. Ola, yang melihat dari kejauhan, merasa simpati pada Michelle, anak yang tidak tahu apa apa tapi harus berada dalam situasi yang penuh tekanan karena mamanya.
"Nikita semakin sulit dikendalikan, Axel," ucap Ola.
Mereka sedang minum teh di halaman belakang rumahnya.
"Aku tidak ingin Michelle tumbuh dengan melihat mamanya seperti itu. Aku tidak ingin dia menjadi korban." lanjut Ola.
"Aku setuju. Michelle tidak bisa terus berada di bawah pengaruh Nikita. Aku akan mengurusnya. Aku punya tempat yang aman untuk Michelle." ucap Axel mengangguk, sudah memahami apa yang ada dalam pikiran Ola.
"Aku yakin kamu bisa, Axel. Tolong pastikan dia dirawat dengan baik, dia tidak pantas menderita karena kesalahan orang dewasa." yakin Ola.
Beberapa hari kemudian, Axel memutuskan untuk membawa Michelle ke panti asuhan yang selama ini dia dukung dengan donasinya. Di sana, Michelle akan mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang layak, jauh dari kekacauan yang ditimbulkan oleh Nikita. Axel memastikan bahwa Michelle akan tumbuh di lingkungan yang baik, di bawah pengawasan para pengasuh yang penuh cinta.
Namun saat Michelle dibawa dari Nikita, kemarahan Nikita meledak dengan hebat. Ia berteriak histeris, memohon agar putrinya dikembalikan, meski Axel tetap tenang dan tidak tergoyahkan oleh permohonannya. Nikita merasa dikhianati, dan hatinya penuh kemarahan yang mendidih.
"Apa yang kalian lakukan?! Kalian tidak berhak mengambil anakku! Michelle adalah milikku! Dia satu satunya yang aku punya!" teriak Nikita, dengan air mata kemarahan bercampur frustrasi di wajahnya.
"Kamu sudah kehilangan hakmu sebagai ibu, Nikita! Michelle tidak pantas melihat dan merasakan amarahmu yang terus membara. Ini bukan hanya tentang dirimu. Ini tentang masa depan Michelle. Harusnya kamu berterima kasih pada kami!" bentak Axel menatap Nikita dengan tatapan dingin.
"Dia anakku! Anak yang aku lahirkan! Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan, Axel! Kamu menghancurkan hidupku!" ucap Nikita meraung, berusaha melepaskan diri dari para pengawal Axel yang menahannya, tetapi sia sia.
Michelle, yang baru berusia 2,5 tahun, terlalu kecil untuk memahami apa yang sedang terjadi. Dia hanya memandang bingung ke arah mamanya yang sedang mengamuk dan Axel yang terlihat tenang. Anak itu tidak mengerti mengapa mamanya begitu marah, tapi dia merasakan ada sesuatu yang salah. Namun, dengan kepolosannya, Michelle tidak menangis. Dia hanya memandang sekeliling dengan tatapan bingung, dan balita itu bahkan tersenyum pada Axel yang mengulurkan tangannya untuk membawanya pergi.
Axel menunduk, meraih tangan kecil Michelle dengan lembut, dan menggendongnya.
"Ayo, Michelle! Kamu akan baik baik saja," pintanya dengan lembut.
Nikita, yang masih dikuasai oleh amarahnya, memukul-mukul pengawal yang menahannya.
"Lepaskan aku! Michelle!!"berontak kembali Nikita.
Namun, Axel tetap membawa Michelle menjauh, meninggalkan Nikita yang terjebak dalam kemarahannya. Di luar, Ola hanya mengamati dengan perasaan campur aduk. Dia tahu apa yang dilakukan Axel adalah hal yang benar, tetapi melihat Nikita yang begitu hancur tetap menyisakan sedikit rasa iba dalam hatinya.
Aku harap suatu saat nanti kamu akan paham maksudku, Nikita! Batin Ola.
"Kita sudah melakukan yang terbaik, Ola," ucap Axel setelah mereka keluar dari rumah itu.
"Michelle akan lebih aman di tempat yang baru." lanjutnya.
"Aku hanya berharap dia bisa tumbuh bahagia, tanpa terpengaruh oleh semua ini." ucap Ola mengangguk pelan.
Dengan Michelle yang kini berada di tempat yang aman, Ola merasa sedikit lega. Dia tahu perjalanan hidupnya masih panjang, tetapi langkah demi langkah, dia semakin mendekati kedamaian yang selama ini ia cari.
"Aku sudah bilang pada ketua panti semuanya. Jika waktunya sudah siap Michelle terima. Akan diceritakan kebenaran ini," ucap Axel.
"Kita bisa kapanpun datang untuk menjenguknya." lanjut Axel.
"Tapi aku sudah berpesan untuk menutup akses pada keluarga Smit. Takut akan menghancurkan psikisnya," lanjut Axel.
"Terima kasih Axel, kamu memang terbaik," puji Ola.
...****************...
Hi semuanya!! Jangan lupa komentar kalian semuanya ya.
Keren banget 🔥😍