Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Bian yang memang sangat berusaha untuk mencuci otak Maura. Apalagi Maura yang benar-benar memang gadis polos yang pikirannya mudah di ubah-ubah. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang merasa ada yang salah yang dia lakukan. Kegusaran yang terlihat jelas di wajahnya.
"Kau harus sadar Maura. Jika apa yang kau lakukan hanya merugikan dirimu sendiri dan menyakiti dirimu kau, kau mempunyai keluarga dan jangan sakiti keluargamu dengan keegoisan mu..."
"Cukup!" tiba-tiba terdengar suara bentakan yang membuat mulut Bian diam dan tidak berbicara lagi dan ternyata itu adalah Rafa. Rafa dengan gagah berdiri di depan Bian
"Apa yang kau katakan hah! Kau ingin mempengaruhi calon istriku?" tanya Rafa dengan wajah yang tampak tidak suka pada Bian.
"Bukan aku yang mempengaruhinya, tetapi kau. Kau telah mencuci otaknya dan membuat dia menjadi wanita yang bukan dirinya sendiri. Kau membuat dia menjadi wanita jahat!" tegas Bian.
"Ck!" Rafa berdecak kesal dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.
"Apa katamu. Aku telah mencuci otaknya dan membuat dia menjadi wanita jahat. Lalu apa kamu dan juga orang-orang itu yang hanya bisa berbuat jahat padanya. Aku sama sama sekali tidak pernah mencuci otak Maura. Jika dia membatalkan pernikahan denganmu, maka terimalah dengan baik dan bukan mengatakan orang jahat. Apa kau pikir wanita yang kau katai sejak tadi itu wanita yang tidak bisa mengambil keputusan di dalam hidupnya. Apa kau pikir setelah kau berselingkuh dan menikahinya hanya untuk bisa dekat dengan adiknya, lalu kau pikir wanita yang kau selalu tanamkan untuk menjadi baik akan menerima semua perlakuanmu dan menutup mata dengan perbuatanmu!" tegas Rafa yang mampu membuat Bian terdiam
"Kau dengarkan aku baik-baik. Maura mau menjadi seperti apa itu bukanlah urusanmu. Kau dengan dia sudah tidak ada urusan apa-apa lagi dan kau jangan sekali-sekali mempengaruhi calon istriku. Jika menurutmu dia berubah menjadi jahat dan tidak menjadi baik seperti apa yang kau katakan. Maka berkacalah dan semua itu karena perbuatanmu. Dan satu lagi Maura tidak terpengaruh oleh siapapun dan dia hanya menjadi diri sendiri dan seharusnya sejak dulu menjadi seperti itu!" tega Rafa.
"Sekarang kau pergi dari sini dan jangan kau ganggu calon istriku!" tegas Rafa.
Bian mengepal tangannya dengan emosi dan Bian yang langsung pergi. Setelah mendapatkan kata-kata penegasan dari Rafa.
Rafa membalikkan tubuh dan melihat ke arah Maura yang diam terpaku. Mata Rafa melihat ke arah tangan Maura yang saling menggenggam erat dan terlihat begitu sangat takut.
Maura sejak kecil memang selalu ditanamkan jika dia harus menjadi baik agar orang baik kepadanya. Jika dia harus banyak mengalah agar mendapat kehidupan yang tenang dan sekarang terbawa ketika dia dewasa dan makannya selalu diam saja dengan apapun yang dilakukan kepadanya dan tidak memberikan kesempatan dirinya untuk protes atau membela diri.
Otak Maura sudah disetel oleh Jessica sejak kecil sehingga Maura tidak bisa melakukan apa-apa dan sedikit-sedikit hanya merasa jika Apa yang dia lakukan adalah salah. Padahal hadiah jelas-jelas sudah hampir dibunuh oleh Jessica tetapi masih menganggap jika apa yang dilakukan salah..Kata keluarga yang dia cintai masih tertanam di dalam pikiran Maura.
"Kau baik-baik saja?" tanya Rafa yang sudah berdiri di hadapan Maura. Maura menganggukkan kepala.
"Maura pikirkan bagaimana kehidupanmu selanjutnya. Maura apa yang kau lakukan bukan suatu dosa. Kau hanya mencari keadilan untuk dirimu sendiri. Bukan mengalah yang akan membuatmu dicintai orang lain, ketika harus mencintai dirimu sendiri, kau harus sayang pada dirimu sendiri dan itu yang akan membuat dirimu dicintai dan dihargai orang lain!" tegas Rafa yang membuat Maura menganggukkan kepalanya
"Jika perasaan kamu kurang tenang hari ini. Kita akan lanjutkan besok saja tidak ada yang harus diburu-buru!" ucap Rafa yang tidak ingin memaksa Maura. Saat Rafa ingin berlalu dari hadapan Maura tiba-tiba Maura menahan tangan Rafa.
"Aku tidak akan mengundurkan niatku dan juga tidak akan melakukan fitting besok hanya karena ini. Apapun yang dia katakan tidak akan mengubah pikiranku. Aku melakukan semua ini bukan semata-mata hanya ingin membalas dendam tetapi aku juga ingin menjadi diriku sendiri dan ternyata inilah diriku. Selama ini aku hanya menjadi diri orang lain yang sudah diisi baterai sejak kecil," ucap Maura yang menyadari hal itu.
Rafa tersenyum mendengarnya, Dia sangat suka jika melihat wanita itu kembali semangat dan tidak mudah terpengaruh. Selama ini Rafa bukan hanya membantu niat maulah tetapi juga terkadang memperbaiki mental Maura yang sudah dirusak sejak kecil.
**
"Argggghhh!" teriak Jesslyn histeris yang berada di kamarnya menyapu semua barang-barang yang ada di meja rias.
"Bajingan!"
"Kau wanita jahat!"
Jesslyn seperti orang kesurupan yang tidak tahu apa salahnya. Dia heboh sendiri dengan raut wajah yang begitu marah. Pintu kamar terbuka. Jessica yang masuk ke dalam kamar itu begitu terkejut melihat kamar Jesslyn yang sangat berantakan dan terlebih lagi Jesslyn masih berteriak dengan kencang yang memegang kuat rambutnya.
"Jesslyn apa yang kamu lakukan?" tanya Jessica.
"Mama bohong!" teriaknya.
Jessica benar-benar kebingungan dengan perkataan Jesslyn. Sepertinya kemarahan Jesslyn adalah kesalahannya.
"Mama mengatakan akan lakukan sesuatu yang membuat pernikahan mereka tidak jadi dan apa buktinya. Semuanya berjalan dengan lancar. Lalu aku bagaimana?" teriak Jesslyn.
Jessica terdiam, lagi-lagi janji yang diucapkan kepada Jesslyn tidak ditepati dengan baik. Bagaimana tidak. Boro-boro bisa membunuh Maura dan sekarang Jessica justru tidak bisa tenang karena Rafa sedang mencari orang yang ingin mencelakai Maura.
"Sekarang lihat semuanya! Aku akan menjadi penonton dengan semua kebahagiaan mereka. Ini yang Mama inginkan, kalau begitu kenapa menyelamatkanku dan tidak membiarkan ku mati saja?" suara Maura semakin kencang.
Prang.
Jessica yang melamun dikejutkan dengan suara barang pecah.
"Jesslyn sudah cukup!" Jessica langsung menghampiri Jesslyn untuk kembali menenangkan Jesslyn
"Jangan menghentikan ku!" teriak Jesslyn.
"Jika papa kamu pulang dan melihat semua tingkah kamu. Dia akan marah besar. Kamu tidak ingat saat di rumah sakit, dalam keadaan kamu yang seperti itu papa kamu marah pada kamu dan bukan malah membela kamu. Lalu sekarang kamu ingin mengulangi hal yang sama hah!" Jessica mencoba untuk mengingatkan Jesslyn.
"Aku muak dengan semuanya Mah. Aku muak!" teriak Jesslyn.
"Aku sangat mencintai kak Rafa dan aku tidak ingin melihat dia menikah dengan wanita itu. Wanita itu sudah merebut kak Rafa dariku. Dia wanita jahat!" teriak Jessica.
"Mama sudah berjanji akan melakukan sesuatu untukku, lalu apa? Lihat sekarang. Mama sama sekali tidak melakukan apapun. Aku akan menonton mereka, aku tidak ingin semua ini?" teriak Jesslyn.
"Mama akan berusaha untuk membatalkan pernikahan mereka. Kamu tenang!" Jessica masih saja menjanjikan sesuatu pada Jesslyn.
Jesslyn yang sudah penuh dengan air mata terlihat tidak percaya dengan apapun yang dikatakan Jessica.
"Kamu jangan seperti orang bodoh yang menangis seperti ini! kamu jangan lemah. Kamu harus percaya pada Mama!" tegas Jessica.
"Aku tidak tahu harus percaya pada Mama atau tidak yang terpenting aku tidak ingin mereka berdua menikah. Aku menginginkan pernikahan itu gagal!" tegas Jesslyn.
"Aku harus bertindak kah, aku bisa menggunakan kelemahan Maura untuk membatalkan pernikahan ini," batin Jessica yang ternyata tidak kehilangan akal dan masih berusaha.
Bersambung