Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Mommy
Amber tersenyum tipis mendengar penuturan teman baiknya. Meskipun Arion sudah berkali-kali merayunya dan memintanya secara terang-terangan untuk berhubungan, Amber masih belum bisa meyakinkan dirinya.
Benar, Arion memang baik. Ia adalah tipe laki-laki yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya. Namun belum tentu, Arion akan bisa bertanggung jawab jika terjadi hal-hal di luar perkiraan mereka.
Amber tidak mendengarkan perkataan Renata tentang Arion, wanita itu mengalihkan pembicaraan mereka pada kelas balet yang semakin hari semakin banyak anak yang mendaftar.
Jika hanya mengandalkan dua pengajar, maka mereka akan kesulitan untuk menghandle semua anak-anak itu. Maka, kini Amber meminta Renata untuk mencari pengajar baru yang bisa mereka andalkan untuk membantu mengurus rumah balet.
Setelah pertemuan dengan Renata, Amber langsung pulang ke rumahnya sebelum hari semakin malam. Wanita itu menyempatkan diri untuk berbelanja bahan-bahan masakan untuk mengisi lemari pendinginnya.
...****************...
Pukul lima pagi, Amber sudah bersiap di depan rumahnya. Wanita itu sedang menunggu sopir yang biasa datang untuk menjemputnya.
Hanya berselang lima menit, sebuah mobil sedan berhenti di halaman depan rumah wanita itu. Amber segera naik dan bergegas menuju kediaman Arion.
Sesampainya di rumah Arion, Amber langsung ke kamar Aara dan mendapati gadis kecil itu baru saja terbangun dari tidurnya. Dengan cepat, Amber segera menyiapkan pakaian serta perlengkapan sekolah yang harus dibawa oleh Aara.
"Ayo mandi, Sayang. Mama Amber sudah siapkan air hangat," ujar Amber.
Wanita itu melihat Aara bermalas-malasan di atas tempat tidur, namun wajahnya nampak sedih, tidak seperti hari-hari biasanya.
Amber mendekati Aara, mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut.
"Kenapa? Ada apa? Apa Aara sedang sedih?" tanya Amber.
"Aara mimpi mommy," jawabnya pelan. Amber menarik napas dalam-dalam.
"Mama Amber berjanji, jika mommy sudah ada waktu, Mama Amber akan antar Aara ke tempat kerja mommy. Bagaimana?"
Aara mendongak, menatap Amber dengan wajah datar. Entah apa yang sedang ada dalam pikiran gadis kecil itu, Amber berusaha untuk tetap membujuknya.
"Sekarang ayo mandi, kita turun untuk sarapan lalu ke sekolah. Aara harus jadi anak yang baik dan pintar agar mommy bangga pada Aara," bujuknya.
Butuh waktu cukup lama agar Aara bersedia turun dari tempat tidur. Namun Amber terus sabar, ia tahu jika Aara memang sedang sedih, jadi wanita itu berusaha untuk menghibur Aara dengan berjanji mengajaknya pergi ke mall sepulang sekolah.
Setelah segala bujukan dan rayuan, akhirnya Amber berhasil. Ia segera membawa Aara ke kamar mandi dan mengurus gadis kecil itu hingga ia selesai bersiap untuk pergi sekolah.
Tok ... Tok ... Tok ....
"Daddy!" seru Aara saat melihat wajah Arion mengintip di balik pintu kamarnya.
"Daddy sudah menunggu di ruang makan. Kenapa Aara belum turun?" tanya Arion. Ia mendekati Aara dan menggendong putrinya.
"Nanti Aara mau pergi ke mall, makan es krim," ucap Aara.
Arion mengernyitkan dahi, mengalihkan pandangan pada Amber yang berdiri di dekat mereka.
"Akan aku jelaskan nanti," sela Amber sebelum Arion bertanya.
Mereka bertiga keluar dari kamar dan segera menuju ruang makan, menikmati sarapan pagi bersama seperti hari-hari biasa.
Setelah sarapan pagi, Arion menggendong Aara keluar dari rumah, sementara Amber berjalan mengikuti laki-laki itu di belakangnya.
"Baik-baik di sekolah, ya, Sayang. Siang nanti Daddy akan menjemputmu," ujar Arion.
"Benarkah?" tanya Aara dengan mata berbinar.
"Hmm." Arion mengangguk dan menurunkan Aara dari gendongannya.
"Kalau begitu kami pamit, Tuan," ucap Amber. Ia mengambil alih Aara dan menggandeng gadis kecil itu masuk ke dalam mobil.
"Baik, hati-hati."
Saat Amber hendak naik, seorang wanita berjalan mendekat. Ia melirik Amber dengan tatapan sinis, namun Amber mengabaikannya.
"Kakak!" sapa wanita itu pada Arion.
...🖤🖤🖤...