Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 15
Desta segera menghampiri Allan yang baru saja selesai mengganti perban di kening Giany. Sorot matanya menyala memancarkan kemarahan. Namun, tak sedikit pun Allan terpengaruh. Sang Dokter sangat santai seolah tidak mengindahkan kehadiran suami dari pasiennya itu.
"Saya suaminya Giany. Saya yang berhak atas dia. Jadi saya minta istri saya dirawat dokter wanita."
Allan terkekeh seolah mengejek. "Mengaku suami? Yakin?" Kemudian berdiri tepat di hadapan Desta dan menatapnya tajam. "Kalau begitu kenapa perlakuan kamu tidak seperti seorang suami, malah lebih mirip tukang pukul."
Sontak bola mata Desta memerah mendengar ucapan laki-laki di hadapannya. Namun, ia tak dapat berkata banyak, sebab yang diucapkan Allan memang benar adanya.
Ia melirik Giany yang terlihat cukup ketakutan dengan keberadaannya, kemudian meneliti beberapa bagian tubuh Giany yang lebam karena hasil perbuatannya. Wajah, lengan dan kaki, belum lagi bagian yang tertutupi di balik pakaian.
"Lihat! Semua itu adalah hasil kekerasan yang kamu lakukan," ujar Allan mengikuti arah pandangan Desta.
Desta kembali melayangkan tatapan tidak bersahabat kepada Allan.
"Itu semua bukan urusan kamu! Pokoknya saya mau istri saya dirawat dokter wanita, kalau tidak saya akan minta istri saya dipindahkan ke rumah sakit lain saja!" seru Desta tak terima dengan ucapan Allan, yang mana membuat Allan kembali terkekeh.
"Sudah salah malah ngotot. Kamu waras?" sindir Allan.
Tak terima, Desta mencengkram kerah kemeja Allan, namun Bibi Sum segera menghalangi. Takut jika nanti terjadi perkelahian antara Desta dan Dokter Allan di sana.
"Den, ini rumah sakit. Jangan buat keributan di sini," bisik Bibi Sum membuat Desta perlahan melepas tangannya.
Laki-laki itu menyadari posisinya yang salah. Lagi pula, Allan adalah dokter di rumah sakit itu. Jika ribut dengannya, maka Desta akan tetap dipersalahkan. Ia juga masih ingat dengan keras nya kepalan tinju Allan yang pernah mendarat mulus di wajahnya.
Allan merapikan kemejanya yang sedikit berantakan karena ulah Desta. Walaupun dirinya sedang sangat marah, namun sebagai seorang dokter, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan emosi yang berlebihan.
"Tolong, Mas. Pergi dari sini. Aku belum mau bertemu dengan Mas Desta," lirih Giany tanpa berani menatap sang suami.
"Giany, kamu tahu aku tidak sengaja ..."
"Tolong, Mas!" Belum selesai ucapan Desta, sudah dipotong duluan oleh Giany.
Desta menghela napas panjang. Tidak ingin memperkeruh keadaan, ia memilih mengikuti keinginan Giany.
"Bibi, saya harus ke kantor." Desta melirik jam di pergelangan tangannya. "Waktu saya terlalu berguna kalau dihabiskan untuk ribut dengan orang seperti ini," ucapnya menyindir Allan.
Giany diam dan masih tak berani lagi menatap wajah suaminya. Sedangkan Allan tampak tidak begitu peduli dengan ucapan Desta.
Setelah kepergian Desta, Allan tersenyum ramah kepada Bibi Sum dan Giany.
"Maaf, saya tidak bermaksud membuat keributan atau ikut campur dalam masalah ini," ucap sang dokter.
"Tidak apa-apa, Dokter," ucap Bibi Sum mewakili Giany yang kini diam membisu.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu. Kalau butuh sesuatu, kalian bisa hubungi petugas di depan."
"Baik, Dokter."
Allan kemudian beranjak meninggalkan ruangan itu. Sementara Bibi Sum langsung mendekati Giany. Ia mengusap bahu istri majikannya itu.
"Mbak Giany, yang kuat ya ... Mbak Giany pasti masih bisa hamil lagi."
Giany hanya mengangguk. Jika teringat kepada calon buah hatinya yang pergi sebelum terlahir, bola matanya seketika basah oleh air mata. Tidak ada luka yang lebih sakit dibanding kehilangan anak.
Menyadari kesedihan Giany, Bibi Sum hanya dapat memeluknya.
*********
Sambil menggerutu kesal, Desta menuju mobilnya yang terparkir di depan sana. Ia masih bertanya-tanya, mengapa Dokter Allan sampai seperti itu dalam membela Giany.
Meskipun dirinya mengakui tidak mencintai Giany, namun suami mana yang senang melihat istrinya diperhatikan oleh lelaki lain. Terlebih, untuk pertama kali, ia merasa Giany tidak mengindahkan kehadirannya.
Desta segera menyalakan mesin mobil dan menuju kantor. Sepanjang jalan, bayang-bayang dokter Allan yang meniup dengan lembut bekas luka di kening Giany bermunculan di benaknya.
"Siialan itu dokter! Lihat saja, lain kali kalau ketemu di luar, akan aku beri dia pelajaran yang berharga."
*****