Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Mood yang buruk
"Dek, tadi pagi Cahaya datang ke sana gak?" tanya Kai bicara melalui telepon.
"Gak ada mas."
Kai bingung setelah mendengar jawaban Kania. Jelas pagi tadi Aya minta izin untuk menjenguk Kania. Lalu tiba tiba dia tidak mau menjawab telepon dan membalas pesan. Meski Kai tahu Aya di kampus saat ini, tetap saja dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.
Mobilnya melaju menuju kampus untuk menjemput kekasihnya, begitu dia selesai dengan semua urusan pekerjaannya di kantor. Karena Aya masih tidak menjawab telepon, Kai pun menunggu tepat di depan gedung fakultasnya.
Tampilannya yang rapi, wajah tampan, dilengkapi mobil mewahnya membuat dia menjadi pusat perhatian. Hanya saja Kai tidak peduli pada tatapan tatapan memuja itu, dia terus menatap lurus kedepan menunggu pujaan hatinya.
Aya, Anggi dan Mentari berjalan keluar dari ruang jahit. Mereka sudah selesai hari ini dan sudah saatnya pulang.
"Mas Kai!" Mentari menyapa saat melihat Kai yang berdiri di dekat mobilnya tepat di depan fakultas mereka.
Kai melambaikan tangan, Aya dan Anggi menoleh ke depan.
"Mas ngapain ke kampus?"
Kai tidak langsung menjawab, dia malah tersenyum menatap Aya yang kini berdiri tidak jauh dihadapannya. Mata Mentari ikut melirik kearah mata Kai tertuju dan itu membuatnya langsung mengerti mengapa Kai datang ke Kampus.
"Kalian sudah mau pulang ya?"
"Iya. Mas Kai mau jemput Cahaya kan?" goda Mentari berbisik yang diangguki oleh Kai.
Anggi sendiri diam diam memperhatikan raut wajah Cahaya yang tampak datar saja sejak tadi. Dia tidak terlihat senang sama sekali.
"Kakak baik baik saja kan?" bisiknya yang membuat Aya menoleh padanya dan mengangguk pelan.
"Ay, pulang yok!" seru Kai.
"Sana pulang sama mas Kai." Mentari mendorong Aya mendekati Kai.
"Kita berdua duluan ya kak. Bye..." Mentari menarik Anggi untuk pergi meninggalkan Aya berdua saja dengan Kai.
"Kamu baik baik saja kan, Ay?!"
"Mmm..." angguknya.
"Ya udah yok kita pulang."
Kai membuka pintu mobilnya untuk Cahaya. Mau tidak mau Cahaya pun masuk ke mobil mewah itu dan mereka pergi meninggalkan kampus.
"Mau makan dulu gak Ay?"
"Boleh."
"Mau makan apa?"
"Terserah."
"Gimana kalau ayam penyet, mau gak?"
"Boleh."
"Oke."
Kai tampak bersemangat melajukan mobilnya menuju tempat makan ayam penyet yang enak. Dia sudah mencari tahu lebih dulu tempat itu sebelum mengajak Aya makan disana.
Mobilnya berhenti tepat di depan tempat makan ayam penyet.
"Ayo Ay." Membuka pintu mobil untuk Aya.
Mereka pun makan dengan nikmat sore itu, meski yang terdengar hanya suara makanan yang mereka kunyah. Baik Aya maupun Kai, tidak ada yang mencoba memulai pembicaraan.
Sebenarnya Kai sangat ingin mengobrol banyak hal dengan Aya, tapi dia urungkan saat mengetahui kekasihnya itu tampak sedang tidak mood untuk di ajak mengobrol. Dari pada salah memilih tema obrolan dan malah semakin mengacaukan mood Aya, kai pun memilih untuk fokus menikmati makanan sambil sesekali menatap wajah cantik yang selalu di rindukannya itu sambil tersenyum manis.
Selesai makan, Kai langsung mengantar Aya pulang. Dan membiarkan gadisnya itu menikmati kesendiriannya.
"Dek, gimana demamnya?"
"Sudah sembuh kok. Besok sudah boleh pulang."
"Syukurlah."
"Kak Cahaya gak ikut ke sini?" tanya Kania yang ternyata sejak tadi berharap Cahaya akan ikut bersama mas nya untuk datang menjenguk.
"Dia kecapekan dek. Biasa, sekarang kan dia sudah di semester akhir, jadi banyak tugas."
"Sayang banget ya, padahal bunda sangat ingin ketemu sama kak Cahaya." Kania tampak kecewa.
"Mungkin belum waktunya dek. Tapi mas janji akan segera mempertemukan bunda sama Cahaya." Kai duduk di pinggir ranjang sambil mengelus rambut adiknya.
Saat dua saudara itu mengobrol, Ken datang membawa setangkai bunga mawar merah masuk ke ruangan Kania.
"Ken, kamu datang sama siapa?" sambut Kania.
Mereka langsung berpelukan. Ken juga memberikan bunga itu pada Kania.
"Aku datang sendiri."
"Hmm, makasih bunganya ya."
"Kakak suka?"
"Suka banget."
"Cepat sembuh ya kak."
"Udah sembuh kok. Tapi baru boleh pulang besok."
Ken tersenyum lega, kemudian melirik kearah Kai yang juga tersenyum.
"Mas baru pulang kerja ya?" tanya Ken.
"Iya nih."
"Mas pasti capek. Pulang aja dulu gih. Biar aku yang jaga kak Kania." sarannya yang membuat Kai terharu dan mengusak kepala adik kecilnya itu.
"Gak apa apa nih mas pulang duluan?!"
"Iya gak apa apa. Aku aja yang jaga kak Kania."
"Ya udah kalau gitu mas pulang duluan ya." menepuk pundak Ken dan mengelus kepala Kania sebelum dia pergi meninggalkan rumah sakit.
Kai butuh istirahat sebentar. Mandi, berganti pakaian dan menelpon Cahaya untuk memastikan bahwa kekasihnya itu baik baik saja.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪