NovelToon NovelToon
Rawon Kesukaan Mas Kai

Rawon Kesukaan Mas Kai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Beda Usia / Keluarga / Karir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:933
Nilai: 5
Nama Author: Bastiankers

Shana dan Kaivan, pasutri yang baru saja menikah lima bulan lalu. Sikap Kaivan yang terlalu perfeksionis kadang menyulitkan Shana yang serba nanti-nanti. Perbedaan sikap keduanya kadang menimbulkan konflik. Shana kadang berpikir untuk mengakhiri semuanya. Permasalahan di pekerjaan Kaivan, membuatnya selalu pulang di rumah dengan amarah, meluapkan segalanya pada Shana. Meski begitu, Kaivan sangat mencintai Shana, dia tidak akan membiarkan Shana pergi dari hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bastiankers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Kaivan benar. Dia menepati janjinya untuk sering pulang menemui Shana. Di sela-sela waktunya meski harus bolak-balik Jakarta-Bogor. Dia memanfaatkan sedikitnya waktu yang dia punya. Memanfaatkan sebaik-baiknya. Semuanya.

Kadang dia pulang ke rumah tengah malam, dan subuh sudah berangkat ke Bogor lagi. Seringnya Kaivan memanfaatkan hari libur seperti di hari Sabtu dan Minggu untuk seharian menemani Shana di rumah. Kalau kata Kaivan, “Buat kamu apa, sih, yang nggak aku upayakan? Kamu ‘kan prioritas aku.”

“Sayang~” Suara bernada itu terdengar saat Shana masih belum bergerak untuk memilih dress yang tepat. Karena di malam Minggu ini, Kaivan mengajaknya jalan-jalan. Mereka akan menikmati malam ini layaknya orang pacaran. “Lho? Kok kamu belum siap-siap?” Kepalanya menyembul dari balik pintu.

“Mas …” Shana menoleh, “Aku tuh bingung harus pake yang mana. Kayaknya semuanya udah nggak cocok buat aku,”ujarnya sambil menunduk, memerhatikan perutnya yang sudah semakin terlihat buncit.

Kekeh Kaivan terdengar seiring langkahnya mendekat, dia usap kepala Shana sembari duduk di sampingnya. Mereka terduduk di sisi ranjang, “Sayang … mau kamu pake apa aja cantik kok,”ujarnya.

Shana mengembungkan pipi, “Mas … aku lagi nggak butuh gombalan. Kamu lihat perutku, semua dress itu udah nggak kelihatan menarik kalau aku pake lagi.”

“Mana? Coba aku lihat,”ujar Kaivan seraya membuka lemari baju Shana. Matanya menyapu setiap dress yang berjejer rapi sesuai warna. Lalu, tanpa banyak berpikir, Kaivan menarik satu midi dress berwarna toska. “Ini. Pake. Cepat, ya.”

Setelah Kaivan keluar kamar, Shana pun segera memakainya. Tak lupa juga dia poles wajahnya dengan makeup se-simpel mungkin. Rambutnya dia gerai saja. Lalu, setelah semuanya selesai, Shana berdiri di depan cermin untuk membingkai dirinya sendiri.

“Cantik,”celetuk Kaivan sambil menghampiri Shana. Dia memeluk Shana dari belakang. Mengecup kepalanya, lalu leher belakangnya. “Udah, kan? Yuk, berangkat!”ujar lelaki itu sambil menarik tangan Shana. Mereka pun berjalan beriringan menuju mobil.

Sesaat sebelum mereka memasuki mobil, lebih tepatnya saat Kaivan sedikit merapihkan kancing kemejanya, Shana menyadari sesuatu. “Mas … kok penampilan kamu nggak kayak biasanya? Kita cuma mau malam mingguan, kan?”

...***...

 “Ayo, dong. Masa kamu mau di mobil aja? Semuanya udah pada nungguin tuh,”ujar Kaivan dari luar. Tangannya bersidekap di kaca mobil yang sudah diturunkan. Senyumnya mengembang saat melihat Shana menutup wajahnya dengan telapak tangan. “Sayang.”

“Kamu ih, nggak bilang kalau mau ke acara. Kalau gitu, aku maksimalkan penampilan aku tadi,”lirih Shana. Dan, sesaat terdengar kekehan Kaivan. “Kamu sengaja, ya, Mas?”

“Sengaja gimana? Kamu udah cantik kok. Yuk, turun!”

“Nggak mau! Ayo, pulang!”

“Lho? Kok gitu?”

Shana tidak menjawab lagi karena Kaivan membuka pintu mobil tanpa meminta izinnya. Lalu, tangan Kaivan segera meraih tangannya. “Kamu tuh cuma nggak pede aja. Malam ini, kamu adalah wanita yang paaaaaling cantik.”

Shana menurunkan sebelah tangannya yang menutupi wajah, karena sebelahnya lagi sudah Kaivan genggam. Dia menoleh, “Serius?”

“Dua rius malah!”

“Aaaaa …,”rengek Shana hampir menangis karena Kaivan terdengar mengejeknya. “Aku nggak mau! Nanti yang ada teman-teman kamu ngetawain penampilan aku.”

“Nggak! Nggak akan.”

“Pasti, Mas. Kamu tuh nggak percayaan banget.”

“Mana? Mana orangnya? Biar aku cekik lehernya kalau sampai ngetawain kamu.” Kaivan celingak-celinguk dengan mata melotot. Melihatnya, Shana cekikikan. Setelah memastikan Shana tidak lagi menatapnya kesal, Kaivan menggenggam erat tangannya. Menciumnya, “Aku akan jagain kamu kok. Nggak akan aku biarin seseorang menyakiti kamu.”

Lalu, dengan ajaibnya, Shana dengan mudah mengikuti arahan Kaivan. Mereka berakhir di depan si Pemilik Acara. 

“Wah, semenjak Bapak resign auranya makin-makin, ya …?”ucap Kaivan setelah menyalami tangan Pak Reyhan.

“Aura saya makin apa nih? Aur-auran maksud kamu?”balas Pak Reyhan yang mengundang kekehan Kaivan. Mata Pak  Reyhan menyipit ke arah punggung Kaivan. “Eh, kamu bawa istri? Kok istrinya sembunyi, sih?”

Shana yang mendengar itu langsung menyembulkan kepala dari balik punggung Kaivan. Sedangkan, Kaivan menggeser badannya sedikit agar Shana bisa terlihat. “Kenalin, Pak. Ini Shana.” Kaivan menoleh pada Shana, “Shan, ini Pak Reyhan. Atasan yang sering aku ceritain.”

Keduanya pun bersalaman. 

“Wah … kamu sering gibahin saya ternyata,”ujar Pak Reyhan. Tentu saja bercanda karena Kaivan adalah bawahan yang tergolong dekat. Juga mengetahui candaan ala bapak-bapak di depannya ini.

Keduanya pun larut dalam obrolan, sampai-sampai Shana hanya menjadi pendengar setia di sana. Sesekali mengangguk ketika diberi pertanyaan, dan kebanyakan Shana hanya diam. Sampai akhirnya Kaivan menyadari bahwa mereka sudah terlalu lama. Dan akhirnya keduanya pun berpamitan pulang.

Shana pikir, mereka akan langsung pulang ke rumah. Ternyata tidak, Kaivan menepikan mobilnya di taman yang dahulu mereka datangi. Keduanya turun dan menghampiri bapak-bapak yang menjual bakso di depan jalan untuk memesan dua mangkok bakso.

Keduanya duduk bersisian di kursi panjang sambil menunggu bapak penjual bakso. Lalu lalang orang melintas dengan gelak tawa masing-masing. Suasana sangat ramai apalagi ada event yang diadakan untuk anak kecil. 

Bapak penjual bakso datang membawakan pesanan mereka. Kaivan dengan cepat menyicip kuahnya. “Hmmm … enak. Udah lama nggak makan bakso pinggir jalan,”gumamnya.

Shana yang masih memerhatikan anak-anak kecil yang mengikuti event, langsung menoleh. “Kangen rasanya?”

Kaivan mengangguk, mulutnya penuh oleh pentolan, “Kangen rasanya, sama … apa, ya? Kangen … suasananya?” Dia mengedikkan bahu.

“Suasana?”gumam Shana masih mengaduk baksonya. “Suasana dengan siapa?”

Kaivan hampir saja tersedak. Untung saja dia selalu menyiapkan air putih jika sedang memesan makanan. Diteguknya tiga kali, lalu menatap Shana dengan satu alis yang terangkat. “Kamu lupa?”tanya nya, “Ya, sama kamu lah. Dulu, sebelum—oh iya, kemarin Tante Mona nyamperin aku ke kantor.” Dengan cepat Kaivan mengganti topik.

Gerak Shana yang hendak menyuapi baksonya tertahan. Tangannya mengambang di udara, “Ibu ngomong apa?”

Embusan nafas Kaivan terdengar pelan, dia meletakkan mangkok baksonya di atas meja batu bundar di hadapannya. “Shan, nggak apa-apa kok kalau kamu bantu-bantu di outlet papamu lagi. Itung-itung ngisi waktu luang kamu. Lagian di sana juga banyak pekerja, jadi aku pikir kamu nggak bakal kesepian.”

Apa katanya? Kesepian?

Mendadak muak mendengar ucapan itu. Shana segera meletakkan mangkok baksonya di sebelah mangkok Kaivan. Dia tidak jadi memakannya, entah mengapa tiba-tiba nafsu makannya hilang. Padahal mereka belum menyicipi apapun. Pun sewaktu di acara Pak Reyhan, Shana kikuk jika mengambil satu hidangan.

Mata Shana memandang lurus ke depan, tepat pada air mancur yang berada di hadapan mereka. “Mas … ada hal yang nggak kamu mengerti. Jadi, tolong jangan paksa aku,”gumamnya. Entah mengapa jika menelisik lebih jauh alasannya, dadanya semakin sesak. Tangannya pun menjadi dingin. Atau mungkin, ini karena udara yang semakin dingin.

Shana menoleh saat tangan Kaivan menggenggam tangannya. Mengusir rasa dingin di sana, memberikan kehangatan. “Aku nggak paksa kamu kok. Tapi, jika suatu saat kamu mau mencobanya, aku izinkan.”

1
kanaikocho
Alur yang brilian
Bastiankers
terima kasih sudah berkunjung
Kiran Kiran
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!