Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Hari telah berganti. Doni baru saja selesai mandi. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
Tok! Tok!
"Don, kamu sudah bangun belum?" Ucap Sinta memanggil Doni.
"Iya, ma. Doni baru selesai mandi." Jawab Doni.
"Syukur kalau begitu. Jangan lupa hari ini sidang terakhirmu. Ya udah mama tunggu kamu di meja makan." Ucap Sinta mengingatkan Doni jika hari ini adalah sidang terakhirnya.
Doni berpikir sejenak.
*Astaga, kenapa aku bisa lupa?* Batin Doni sambil meno nyor kepalanya sendiri.
"Don, apa kamu dengar?"
"Iya, ma." Jawab Doni.
Doni baru ingat jika hari ini adalah sidang terakhirnya bersama Dina. Tinggal menunggu ketuk palu dia akan terbebas dari statusnya itu.
"Aduh, harus ijin nih. Kok aku sampai lupa ya kalau hari ini sidang terakhir? Hm, lebih baik aku ijin melalui telepon aja. Kalau harus ke kantor dulu aku bolak balik."
"Eh, bentar. Tapi, mobil aku kan masih di kantor. Ah s1al. Oh, aku pesen taksi online aja. Lagian nanti setelah sidang aku juga masuk ke kantor. Ya, begitu saja. Bayar bolak balik tak masalah. Daripada aku yang bolak balik nyetir." Ucap Doni bermonolog.
Doni gegas mengenakan pakaian kerjanya. Setelah selesai, Doni keluar kamar dan bergabung bersama mamanya di meja makan.
"Pagi, ma. Bapak belum pulang, ma?"
"Hm, dua hari lagi katanya baru balik."
"Oh." Jawab Doni singkat.
Bapak Doni kerja sebagai pemandu wisata.
"Nanti mama mau ikut, Don." Ucap Sinta yang akan ikut Doni ke pengadilan agama.
"Tapi, kita naik taksi online aja ya, ma. Mobil Doni masih di kantor."
"Iya gak apa-apa. Ya udah kita sarapan dulu. Nanti telat lagi."
"Iya, ma."
Mereka berdua pun menikmati sarapan masing-masing.
*****
Beralih ke Randi.
Randi sedari kemarin tak berani keluar dari apartemennya. Menurutnya apartemennya adalah tempat teraman jika nanti polisi mencarinya. Karena teman sekantor pun tak ada yang mengetahui tempat tinggal Randi.
"Sementara gue harus sembunyi dulu. Pasti si bos gak terima istrinya kena pukulan gue. Mana sampe pingsan pula. B4ngke emang. S1al amat hidup gue. Mau nyulik pake cara halus aja tetep gagal. Lagian ngapain juga itu Doni nolongin istri si bos? Besok kalo gue udah aman bakal gue beri dia pelajaran." Ucap Randi.
Tiba-tiba suara perutnya berbunyi.
Krukk! Krukk!
"Nah, perut gue pakai laper segala. Gue pesen online aja kali ya. Huh, rumit amat hidup gue sekarang."
Randi pun mengambil ponselnya. Dia memesan makanan lewat aplikasi Wusfood.
Sebenarnya Randi tak mau memegang ponselnya karena banyak yang menghubunginya. Tapi, karena kepepet untuk memesan makanan mau tidak mau dia menggunakan ponselnya itu.
Setelah 30 menit menunggu, pesanan Randi pun datang. Randi gegas menyantap makanan tersebut karena saking laparnya.
****
"Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘alamin tepat pada pukul 09.00 di jam tangan saya, sidang pleno I saya nyatakan ditutup."
Tok. Tok. Tok.
Doni merasa lega setelah perceraiannya dengan Dina berjalan dengan lancar.
"Doni. Akhirnya kamu sudah resmi berpisah dengan wanita ular itu. Selamat ya." Ucap Sinta.
Sinta merasa senang karena Doni telah resmi bercerai dengan Dina.
"Iya, ma. terima kasih." Jawab Doni.
Doni pun mengajak mamanya untuk pulang. Karena setelah itu Doni akan berangkat bekerja.
*****
Di sebuah kontrakan kecil. Dina sedang bermalas-malasan. Karna memang Dina tak memiliki pekerjaan dan kegiatan. Kontrakannya yang berantakan saja dia abai.
"Hhah, gara-gara Rabdu, aku jadi begini lagi. Baru aja menikmati tinggal di tempat yang enak dan bagus malah apes lagi. Mana uangku bentar lagi menipis. Hmm."
Ting! Ting!
Suara HP Rania berbunyi pertanda ada pesan baru masuk.
Dina gegas membuka pesan tersebut. Ternyata pesan dari Doni.
"Ngapain ini orang ngechat aku. Tumben!" Ucap Dina.
Dina membuka pesan dari Doni.
"Woah, resmi bercerai? Tapi, kenapa aku gak dapet undangan atau apa?" Ucap Dina sedikit kaget.
"Ah, malah bagus sih. Aku udah gak perlu repot-repot lagi. Resmi jadi janda sekarang. Oh, bagusnya sekarang aku cari laki-laki kaya aja lagi. Siapa tau aku bisa hidup enak lagi." Ucap Dina.
Dina tak memikirkan resiko untuk kedepannya. Dia hanya menuruti egonya sendiri.
Singkat cerita, malam harinya Dina kembali ke sebuah diskotik. Dia berencana menggait laki-laki kaya. Dia melihat ada seorang laki-laki sedang duduk dan minum sendirian.
"Wow, sepertinya dia sendirian aja. Dan penampilannya juga sepertinya berduit. Coba deketin ah." Ucap Dina.
Dina pun mendekati laki-laki tersebut.
"Hai, boleh gabung?"
"Boleh."
Dina pun duduk di samping laki-laki tersebut.
"Kenalin, nama aku Dina, namamu siapa?"
"Tofan. Kamu mau minum?"
"Boleh."
Tofan pun menuangkan alkoholnya ke dalam gelas kecil yang ada di depannya. Lalu gelas tersebut dia berikan kepada Dina.
Dina menerima gelas tersebut dan langsung meminumnya.
"Lagi?"
Dina mengangguk.
Sekali lagi Dina meminum segelas alkohol yang diberikan Tofan.
"Dina, apa kamu mau bersenang-senang?"
"Jika kamu mau, aku juga mau."
Tofan mengulas senyum.
Lalu Tofan mengajak Dina memesan kamar. Di dalam kamar mereka saling bergulat. Malam ini begitu panas untuk mereka berdua.
Jika Dina sedang menikmati malamnya dengan bergulat.
Beda lagi dengan Ayu. Ayu saat ini sedang berada di kamar dengan David, dan dia menginginkan sesuatu.
"Mas, aku pengen makan pecel." Ucap Ayu.
"Pecel?"
"Iya, Mas. Cariin dong, pengen banget nih."
"Aduh sayang. Tapi, ini sudah malam. Mau cari dimana?"
"Gak mau tau, Mas. Pokoknya aku mau pecel." Ucap Ayu dengan nada ngambek.
David bingung dengan istrinya yang tiba-tiba menginginkan pecel. David keluar dari kamar dan menemui Hani.
Hani saat ini sedang menonton TV.
"Ma, aku mau bicara."
"Hm, apa sayang?"
"Ma, masak malam-malam begini Ayu minta pecel, mau nyari dimana coba?"
"Haa? Minta pecel?" Ucap Hani sedikit kaget dengan permintaan Nani.
"Iya, ma. Mana maksa pula."
"Jangan-jangan Ayu." Hani berpikir dan menduga-duga.
"Jangan-jangan kenapa, ma?"
"Mama harus memastikannya dulu. Kamu tunggu di sini aja."
Hani pergi meninggalkan David dan menuju ke kamarnya. Setelah itu Hani keluar dengan membawa suatu barang. Hani menuju kamar Ayu.
Tok! Tok! Tok!
"Sayang, ini mama, apa mama boleh masuk?"
"Iya, ma. Masuk aja." Jawab Ayu dari dalam kamar.
Hani pun membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Sayang, apa kamu pengen makan pecel?"
"Iya, ma. Tapi, Mas David gak mau nyariin. Padahal nih pengen banget."
"Sayang, coba kamu gunakan alat ini, mama udah siapkan alat ini sedari kamu mau menikah dengan David. Coba kamu cek dulu, mama kok curiga."
"Hmm, mama mengira aku hamil?"
"Dicoba dulu sayang."
"Ya udah, sebentar ya ma."
Hani mengangguk. Ayu masuk ke dalam kamar mandi.
7 menit Ayu keluar dari dalam kamar mandi.
"Gimana sayang."
Ayu menunjukkan alat tersebut kepada Hani. Mata Hani membulat dengan sempurna.
"Sayang, seperti dugaan mama. Kamu positif hamil sayang. Besok kamu harus periksa ke dokter sama mama ya. Kalau tau begini, David harus mencari apa yang kamu mau."
"Apa ma? Ayu hamil?" Ucap David tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
"Iya, sayang. Ayu hamil."
"Alhamdulillah. Sayang, kamu hamil." Ucap David merasa bahagia.
"David, buruan kamu cari pecelnya. Harus dapet."
"Hhah, iya ma. David akan hubungi Jonathan untuk membantu mencari pecel."
David pun menghubungi Jonathan untuk membantunya mencari pecel sesuai kemauan Ayu. Sebelumnya Jonathan bingung tapi, David menjelaskan maksud meminta tolong padanya. Akhirnya Jonathan paham.
David pergi keluar, keliling guna mencari pecel. Dalam perjalanan Jonathan menghubunginya kalau Jonathan sudah mendapatkan pecelnya. Lalu David meminta Jonathan untuk mengantarkannya ke rumah.
Singkat cerita Ayu sudah menerima pecel yang dia ingin. Satu jam sudah Ayu menahan. Akhirnya dia bisa makan pecel.