DIKIRA TUKANG OJEK Ternyata Pengusaha
Kring... Kring, bunyi ponsel Arkan di dalam saku celananya, Arkan menepikan motornya ditepi jalan dan mengambil ponselnya di saku celana yang masih berbunyi karena ada panggilan masuk. Saat Arkan melihat nama Senja di layar ponselnya Arkan segera menekan tombol hijau yang bergambar telpon itu.
"Halo dek, assalammualaikum, ada apa dek?" tanya Arkan di telponnya. Arkan sudah biasa mendapat telpon dari kekasih yang sangat di cintainya jam begini.
"Waalaikumsalam mas." Jawab Senja diseberang telpon.
"Mas bisa gak jemput aku dikafe?" tanya Senja lagi. Senja bekerja dicafe sebagai pelayan sedangkan Arkan hanya ngojek
"Kapan dek." Tanya Arkan lagi ditelepon.
walaupun Arkan tau Senja pulang jam segini, namun Arkan sengaja bercanda dengan kekasihnya itu.
"Sekarang mas, adek udah mau pulang tau?" jawab Senja kesal pada kekasihnya itu.
"Apa mas lagi sibuk ya?" tanya Senja lagi.
"Eh, enggak kok. Oke sekarang mas kesana ya dek, di tunggu ya?" Arkan langsung melajukan motornya ke restoran tempat Senja bekerja.
"Iya, hati-hati di jalan ya mas." Senja mengingatkan kekasihnya agar berhati-hati dan tidak terburu-buru membawa motornya.
"Oke dek assalammualaikum." Ucap Arkan di akhir telpon.
"Waalaikumsalam," jawab Senja, kemudian Senja memasukkan ponselnya ke dalam mini bag yang di pakainya, Setelah itu dia duduk di halte menunggu Arkan kekasihnya datang menjemputnya.
Sedangkan di rumah Pak Handoko yaitu orang tau Senja, sedang duduk Kakak perempuan Senja yang bernama Amira yang di panggil sebagai Mira.
Di sana juga ada Kakak lelaki Senja yang bernama Arsen. Keduanya adalah Kakak yang baik, Kakak yang selalu melindungi Senja setiap ada masalah. Namun setelah menikah dengan Firman kelakuan Mira berubah.
"Kak Arsen." panggil Amira kepada kakak sulungnya.
"Heum," jawab Arsen berdehem tanpa menoleh kepada Mira.
"Kak, aku tidak habis pikir deh sama Papa dan Mama, bisa-bisanya mereka mau menikahkan Senja dengan orang miskin itu," yang dimaksud oleh Mira adalah Arkan, yaitu Arkana Argantara nama lengkapnya.
Mira yang dulunya menjadi tameng untuk Senja, kini berubah karena pengaruh dari suaminya yang tamak dan suka main perempuan.
Begitu juga dengan Arsen dia yang dulunya sangat peduli pada Senja dan kedua orang tuanya kini juga berubah, Arsen mengira kalau adiknya Senja tidak becus mencari suami.
"Iya , Kakak juga berpikir begitu, harusnya Senja cari suami yang berada bukan tukang ojek, Mama juga apa nggak malu nanti punya menantu orang miskin, apa kata tetangga." Arsen hanya menggeleng kepala.
"Itulah kak yang jadi masalahnya." Timpal Amira atau di sebut Mira.
"Setidaknya Mama tu carilah suami untuk Senja yang kerja kantoran, kayak mas Firman dan Mbak Desi." Mira membanggakan Firman suaminya yang kerja kantoran.
Begitu juga Desi istrinya Arsen yang banyak gaji karena jadi orang kepercayaan Kakeknya Arkan. Tapi semua tidak tau kalau butik tempat Desi bekerja adalah milik Kakeknya Arkan yaitu milik Arkan juga.
"Sudahlah harus nya kita senang kalau Senja menikah, masalah miskin itu urusan dia, dia yang memilih," Arsen tidak mau ambil pusing, dia masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan.
Arsen pasrah saja kalau adiknya memilih lelaki miskin itu berarti adiknya mau hidup miskin. Bagi Arsen asalkan adiknya tidak meminta darinya sudah cukup.
"Kok kakak senang sih?" tanya Mira pada Kakaknya.
"Ya iyalah senang, berarti Senja akan hidup susah dan menderita, jadi dia tidak akan bersaing dengan kita, hahaha." Arsen tertawa.
Sedangkan Amira mengernyitkan dahinya bingung karena dia belum paham yang di maksud oleh kakaknya itu.
"Kenapa bingung kayak gitu apa kamu belum paham?" tanya arsen lagi.
"Iya hehehe." Jawab Amira cengengesan. Arsen menyentil jidat adik nya itu karena dikira bodoh.
"Kamu enggak mau 'kan kalau Senja lebih diatas kita ?" tanya Arsen pada Amira. Lama Mira berfikir, sekarang barulah dia paham maksud Kakaknya itu.
"Tumben kakak pintar, hehehe." Amira meledek Kakaknya
"Sialan, Kakak memang dah pintar sejak dulu. Ya udah kakak mau pulang takut Mbakmu nanti cari kakak gak ada di rumah." Akhirnya Arsen bangkit dari duduknya dan langsung keluar dari rumah orang tuanya itu.
Triit, bunyi klakson motor Arkan dan berhenti di depan halte tepat dimana Senja menunggunya. Senja yang sedikit terkejut dengan bunyi klakson itu langsung menoleh dan berdiri. Senja tersenyum karena Arkan sudah datang menjemputnya.
Lelaki yang berprofesi sebagai tukang ojek itu memang selalu dapat di andalkan, bukan hanya di segi fisik, Arkan juga begitu baik memperlakukan dirinya bahkan selama menjalin hubungan dengannya, Arkan tidak pernah berkata kasar.
Senja selalu dimanja oleh Arkan, walaupun yang Senja tau kalau Arkan hanya seorang tukang ojek.
"Maaf lama menunggu," ucap Arkan karena membuat kekasihnya itu menunggu lama.
"Gak apa-apa mas, aku tau kok mas sibuk." Senja paham kalau kekasihnya itu harus bekerja keras dan dia tidak boleh egois.
"Ayo pulang." Ajak Arkan sembari memakaikan helm kepada Senja. Setelah Senja siap duduk di belakang, Arkan langsung menjalankan motornya membelah jalan yang sudah padat dengan kendaraan lainnya.
"Kita mau kemana?" tanya Arkan saat sudah setengah jalan.
"Pulang lah mas. masak mau ke penghulu." Jawab Senja asal.
"Ya siapa tahu Kamu udah kebelet nikah." jawab Arkan bercanda.
"Mas diam lah, Aku malu tau?" Senja langsung menutup dan memalingkan mukanya ke arah lain.
Arkan yang melihat Senja membuang mukanya karena malu dia hanya menyunggingkan senyum.
"Memang kamu gak mau nikah sama mas?" tanya Arkan semakin menggoda kekasihnya itu. Arkan sangat suka melihat kekasihnya itu salah tingkah.
"Tau ah." Senja merajuk dan memonyongkan bibirnya. Arkan yang melihat itu dikaca spion jadi gemes sendiri. Menurut Arkan Senja adalah gadis cantik yang unik, Arkan sudah sangat yakin kalau Senja adalah gadis yang diidamkannya, gadis polos yang sederhana, yang tidak banyak menuntut, dan tidak matre.
"Bibir itu di kondisikan, apa mau mas cium." Arkan tidak henti-hentinya menggoda Senja. Senja yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Arkan yang selalu menggodanya, dia langsung mencubit pinggang Arkan agar diam.
Tanpa terasa motor mereka sudah sampai di rumah Senja. Arkan langsung memarkirkan motornya di depan teras rumah Senja. Kemudian Senja pun turun dari motor dan mengajak Arkan mampir.
Senja berjalan di depan, dia masuk kedalam rumah, sedangkan Arkan hanya mengikuti Senja di belakang.
"Duduk dulu mas!" Senja menyuruh Arkan duduk di sofa ruang tamu. Arkan pun hanya patuh dan langsung duduk di sofa yang di tunjuk oleh Senja.
"Mas mau minum apa biar aku buatkan?" tanya Senja menawarkan minuman untuk Arkan.
"Gak usah, mas gak haus kok." Jawab Arkan menolak.
"Aku tinggal dulu mau mandi dah gerah ni." Senja langsung melangkahkan kakinya tanpa menunggu jawaban dari arkan.
Arkan menelisik kesemua penjuru ruangan itu, Disana nampak beberapa figuran yaitu foto Senja dan ada juga foto keluarga Senja termasuk Amira dan juga Arsen.
Amira yang dari dapur setelah selesai minum, dia berniat masuk ke kamarnya lagi, seketika melihat ada Arkan yang duduk di sofa ruang tamu. Mira berjalan menghampiri Arkan dan berkata.
"Hei ngapain kau kesini, apa kamu nggak malu datang kesini dengan pakaian dekil dan lusuh." Hardik Mira Pada Arkan yang dibencinya. Amira tidak menunjukkan sikap baiknya sedikitpun pada Arkan.
"Ma...maaf Mbak, tadi saya hanya mengantar Senja pulang." Jawab Arkan dengan terbata - bata karena terkejut.
"Wah, sudah main antar-antar, hebat, apa kamu tidak sadar diri? lihat penampilan kamu itu udah macam pengemis tapi berani kamu datang dan masuk ke rumah ini." Sambung Amira yang baru masuk ke dalam rumah saat pulang kerja. Firman menghina Arkan dan merendahkan penampilan Arkan.
Amira yang melihat suaminya sudah berada di rumah, dia langsung menghampiri dan mengambil alih tas kerja suaminya.
Mama Ratih yang berada di kamar langsung keluar karena mendengar suara riuh dari menantunya yang menghina Arkan.
"Firman..." bentak Mama Ratih pada Firman.
"Kam..." belum selesai Mama ratih berucap, Amira langsung menyahut.
"Bela terus orang miskin ini." kata Mira dan dia langsung berjalan masuk kedalam kamar bersama suaminya.
"Mama Ratih hanya bisa geleng kepala dan berjalan menghampiri Arkan.
"Nak Arkan udah lama datang? maaf ya atas sikap Firman." Mama Ratih meminta maaf karena merasa tidak enak hati dengan sikap Anak serta menantunya itu.
"Enggak apa -apa Tante. Saya tadi mengantar Senja," ucap Arkan dengan sopan.
Mama Ratih melihat meja hanya kosong, kemudian bertanya.
"Nak Arkan mau minum apa biar Mama buatkan? bisa-bisanya Senja tidak menawarkan minum untuk mu." Sekali lagi Mama Ratih merasa tidak enak hati.
"Enggak usah Tante, Arkan pulang saja ini udah mau magrib." Tolak Arkan masih saja sama saat Senja menawarkan minuman untuknya tadi.
"Eh jangan panggil Tante ,panggil Mama, sama dengan Senja, panggil Mama!" Mama Ratih Meminta Arkan memanggilnya Mama biar sama dengan Senja.
"Iya Tan, eh Mama." Arkan merasa canggung.
"Kalua begitu saya pamit dulu Ma, assalammualaikum." ucap Arkan sembari melangkah keluar.
"Waalaikumsalam." Jawab Mama Ratih.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
2024-11-10
3
Edy Sulaiman
awal yg baik mulai baca...
2024-10-15
1
Ani Mariani
e
2024-11-11
0