"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Demi Merebut Hati Hana
Sekitar 30 menit pak Arman sudah datang dengan membawa beberapa tentengan.
"Loh apa saja ini banyak sekali" tanya bapak Malik.
"Nasi goreng seafood pak" jawab Arman.
"Lalu ini apa?" sambil menunjuk kantor kresek warna putih dan hitam.
"Oh, itu martabak manis dan jus buah pak" dengan senyum sumringah nya.
"Waduh banyak sekali Arman, bagaimana cara ngabisin nya ini.." kata bapak Malik.
"Hana.. Hana.. Sini nak" panggil bapak Malik dari ruang tamu.
Tapi Hana tak kunjung datang ataupun menyahut.
"Hana?" panggil bapak lagi.
"Loh kok ngga ada suara, apa tidur ya" gumam pak Malik kepada Arman.
Pak Malik segera menghampiri Hana ke kamar, di buka nya pintu pelan - pelan tanpa mengetuk.
Benar saja Hana ketiduran.
"Ya Ampun nak, dia tidur.." gumam bapak dari depan pintu.
Bapak segera menutup pintu tanpa membangun kan Hana dan kembali ke ruang tamu.
"Hana nya tidur, Arman. Kayanya kecapean hari pertama kerja" ucap bapak Malik.
"Iya mungkin Hana kecapean pak" jawab Arman datar.
Dalam hati Arman ada penyesalan "Duh, kenapa tadi ngga aku paksa makan yah" gumam nya dalam hati.
"Oiya pak kalau begitu saya pamit dulu" kata Arman sambil memakai ransel nya.
"Loh kamu ngga makan dulu, ini kamu beli makanan sebanyak ini mubazir kalau ngga ke makan. Biasanya paling Hana nanti bangun untuk sholat dan makan" kata bapak.
"Ngga usah pak" jawab Arman lagi.
"Oh, tidak - tidak kamu harus makan dulu ini disini, kamu kan sudah beli 3 bungkus begini" pak Malik berusaha menahan pak Arman.
Belum Arman menjawab, pak Malik berjalan ke arah dapur untuk mengambil 2 buah piring dan sendok.
"Ayo, kita makan dulu. Kamu juga pasti lapar kan Arman?" kata bapak Malik.
Pak Arman hanya mengangguk dan sangat murah senyum di hadapan pak Malik.
Hitung - hitung untuk mengambil hati calon mertuanya dulu, baru hati anaknya menyusul.
Akhirnya mereka makan berdua sambil mengobrol dengan asik, bahkan setelah makan pun mereka melanjutkan obrolan nya dengan makanan selanjutnya yaitu martabak.
Suara yang terbahak - bahak terdengar sampai ke kamar Hana, membuat Hana terbangun.
"Loh bapak ketawa sama siapa sih, sekencang itu arrrgh" Hana merasa terganggu.
Hana mencoba bangun dari ranjang nya yang sangat empuk itu, dan keluar kamar menghampiri bapak.
"Wah kamu udah bangun?" sapa pak Arman kepada Hana yang berada di belakang bapak.
Bapak menoleh "Keganggu suara kita ya nak" tanya bapak.
Tanpa menggubris pertanyaan bapak dan pak Arman, Hana menunjuk ke arah jam dinding yang berada di atas kepala pak Arman.
Pak Arman dan bapak sekejap menoleh ke arah yang di tunjuk Hana.
Jam dinding menunjukkan pukul 22.30 malam.
"Sudah malam, bukan waktu nya bertamu" Hanya kata - kata itu yang keluar dari mulut Hana.
Lalu Hana kembali ke kamar nya.
Bapak dan pak Arman tertegun saat di tegur Hana barusan.
Pak Arman menjadi alah tingkah dan bergegas untuk pulang.
"Oiya pak, kayanya terlalu lama saya disini. Sampai mengganggu Hana tidur. Kayanya saya pulang sekarang pak" kata Arman.
"Waduh, maafin Hana ya Arman.. Mungkin Hana lagi lelah banget makanya jadi judes begitu" kata bapak membela Hana.
"Oh gak apa pak, saya ngerti.."
Pak Arman berdiri dan bersaliman pada calon mertua nya itu.
Pak Malik pun mengantar pak Arman sampai depan teras.
"Arman terimakasih banyak atas suguhan nya ya, bapak jadi malu.." kata bapak.
"Sama - sama pak semoga bapak senang, semoga Hana juga senang dan mau makan apa yang saya bawa ya pak" kata Arman.
"Oh tentu dong, nanti saya beri tahu Hana" jawab pak Malik.
Pak Arman mengangguk dan melajukan motor nya ke jalan.
Sampainya dirumah, Pak Arman mencoba menghubungi nomor WhatsApp Hana.
"Assalamualaikum Hana, Jangan lupa makan dan
kembali berisitirahat, ini nomor ku Arman" pesan singkat itu terkirim.
Pak Arman merebahkan tubuhnya di atas kasur spring bed nya, dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Hari ini begitu menyenangkan" gumam Arman sambil menatap langit -langit di dalam kamarnya.
"Akan ku dapatkan hati nya secepat mungkin" katanya sangat berambisi.
Arman pun memejamkan matanya dan tertidur.
....
2 hari berlalu.
Pesan singkat itu belum mendapatkan balasan juga.
Sesekali pak Arman mengecek ponselnya, berharap ada pesan yang masuk. Pesan dari Hana.
Sampai malam tiba, ternyata pesan itu juga belum mendapat balasan.
Pak Arman di buat gelisah, ingin rasanya ia menelfon Hana, bahkan ingin mendatangi Hana lagi. Tapi ragu, ia takut mengganggu.
Tapi malam ini sangat gelisah, Arman mencoba menelfon ke nomor Hana.
2 kali berturut- turut tidak di angkat juga.
Rasa gelisah nya bertambah, bahkan perut lapar pun tak ia rasakan.
Sedangkan Hana sedang asik ngobrol bersama Gita di teras rumah Hana.
Setelah bercerita panjang lebar tentang kejadian 2 hari lalu pada Gita, Gita berkata "Benar kata ku kan! pak Arman itu bukan hanya sekedar suka karena kamu pinter! Tapi suka sama kamu ini loh!sama diri kamu! Sama wujud kamu!" katanya Menggebu.
"Santai dong git santai, kok menggebu begitu kamu!" jawab Hana.
"Habis aku jadi kesel, kenapa setiap pelajaran matematika, kamu di buat kesel terus karena di suruh maju. Tapi pada akhirnya ternyata pak Arman nyimpen rasa. Ih itu sih ngga profesional kalau menurut ku! Tapi dia ngerjain kamu!" Gita jadi terbawa emosi.
"Awas aja kalau ketemu, aku pukul dia nanti! Selama ini hanya cari perhatian sama sahabat ku tapi caranya ngga adil" ucap Gita melanjutkan emosinya.
Gita melipat tangan nya di depan dada nya. Tatapannya sinis menatap Hana.
Hana hanya senyum - senyum melihat tingkah Gita yang tidak terima kepada masa lalu tersebut.
"Terus - terus gimana kelanjutannya Han?" tanya Gita lagi.
"Ya, setelah aku usir depan bapak, jam 10 malam deh kayanya dia WA aku. Tapi ngga aku balas! Biar aja! Enak saja dia! 2 tahun loh aku di kerjain sama dia!" ucap Hana.
Gita cekikikan mendengarkan nya.
"Eh Pesan apa? Kaya mana guru Galak itu deketin cewek sih! Aku penasaran Hana!" Gita memaksa ingin melihat dan membaca langsung pesan tersebut.
"Tunggu aku ambil ponsel ku di dalam." jawab Hana sambil berjalan ke arah kamar.
Gita di tinggalkan nya sendiri di teras.
Tiba - tiba Hana berteriak "Gitaaaaaaa" sambil berlari ke teras rumah.
"Git, guru Galak itu barusan nelfon aku hahaha" kata Hana tertawa.
"Mana coba lihat?!" kata Gita.
Hana memberikan ponselnya pada Gita, Gita pun segera mengeceknya.
"Hahaha yaa Ampun pak Arman sedang jatuh cinta yak haha, kasian banget ngga di balas sampai 2 hari. Pasti pak Arman lagi gelisah banget nunggu balasan kamu han!" ujar Gita yang berbicara sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha biar saja git, aku kalau inget waktu dia mengajar kita benar - benar bikin bulu kuduk merinding" kata Hana.
"Hahaha bulu kuduk? Seperti melihat hantu ya hahaha menakutkan!" jawab gita melanjutkan tawa nya.