Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.
Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.
Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.
Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.
Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raab 34: Kesaktian Akar
*Ratu Abadi (Raab)*
Gempar Senyap adalah pendekar berbadan gemuk. Meski tidak terlihat berotot, tetapi badannya jelas besar. Seimbang jika bergulat dengan Pendekar Gundul Berakar yang berbadan lebar kekar tapi tidak tinggi dan tidak muda.
Gempar Senyap menyandang senjata tajam jenis sabit tanpa gagang dua bilah. Sepertinya dia kebal senjata tajam karena tangannya tidak teriris ketika menggenggam sabit yang tepian dalam dan luarnya sangat tajam.
Sementara itu, kakek Gundul Berakar sudah berdiri mengangkang di tengah-tengah panggung yang sudah menderita banyak kerusakan. Ada sesuatu yang berbeda pada kedua kaki si kakek, yaitu keberadaan objek seperti akar yang lebat dan tebal menyelimuti kedua kaki itu. Akar itu bahkan menembus papan yang dipijaknya, kian memperkuat jeratannya.
Memang seperti itulah cara pertarungan Pendekar Gundul Berakar. Dia akan bertarung tanpa berpindah posisi. Meski banyak pendekar menilai cara tarung seperti itu sangat berbahaya karena tidak bisa melompat atau bergeser menghindar, tetapi tidak bagi si kakek. Buktinya dia masih hidup sampai tua.
“Eaaakkrr! Eaaakkrr! Eaaakkrr!” teriak Gempar Senyap seperti orang kesetanan sambil mengencangkan otot-ototnya yang tidak menonjol.
“Eeeh, berisik sekali dia saat bertarung. Waktu jadi penonton, dia seolah-olah tidak ada,” komentar Aji Ronggoloyo.
“Dia pasti takut menghadapi Pendekar Gundul, makanya dia berteriak seperti itu untuk mengusir setan yang menakutinya,” kata Tangpa Sanding.
“Eaaakkrr!” Gempar Senyap kembali berteriak, padahal dia hanya melesatkan dua senjata sabit terbangnya.
Setelah melesatkan senjatanya, Gempar Senyap berlari maju dengan tinju yang kulitnya berubah warna menjadi ungu gelap.
Seng seng!
Kakek botak cukup menangkiskan tangannya yang mementahkan dua sabit milik Gempar Senyap. Kedua sabit itu terpental dalam kondisi tetap melesat terbang.
Gundul Berakar lanjut menyambut serangan tinju Gempar Senyap yang mengandung racun. Meski tahu tinju lawannya beracun, tetapi tanpa sungkan Gundul Berakar menangkap tinju itu.
Sreetr!
Dari kedua tangan Gundul Berakar muncul akar-akar sinar hijau yang menyala seperti lampu neon. Akar-akar sinar itu seperti tumbuh dalam waktu yang sangat cepat, menjalar menjerat kedua tangan Gempar Senyap.
Gempar Senyap terkejut saat melihat warna tinjunya memudar dan kembali ke warna kulit asli. Sepertinya ilmu Genggaman Akar Setan melakukan penyedotan terhadap racun itu.
Jalaran akar sinar hijau itu hanya sebatas kedua siku Gempar Senyap.
Set set! Ting ting!
Pada saat itu, dua senjata sabit milik Gempar Senyap datang dari dua arah menyerang kepala gundul si kakek berjenggot domba.
Namun, Gundul Berakar cukup menggerakkan sedikit kepalanya dalam menyambut serangan senjata tersebut. Dua suara dentingan seperti besi adu besi tercipta, ketika kepala botak itu terkena dua senjata sabit.
Kedua sabit kembali melesat ke arah lain karena terpantul. Yang mengejutkan, kepala Gundul Berakar tidak tergores sedikit pun. Suara denting tadi bahkan menunjukkan bahwa seolah-olah kepala itu juga berbahan logam.
Mendapati kedua tangannya dipasung oleh akar dan racunnya justru disedot, ditambah kedua senjata sabit terbangnya tidak mampu melukai kulit si kakek botak, Gempar Senyap menjadi agak panik.
“Eaaakkrr! Eaaakkrr! Eaaakkrr!” teriak Gempar Senyap berualang-ulang sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan ilmu pamungkasnya.
Syass!
Tiba-tiba terjadi ledakan energi cahaya merah di kedua tangan Gempar Senyap. Ledakan itu ternyata mampu menghancurkan akar-akar sinar hijau yang menjerat tangannya.
Tidak hanya itu, ledakan sinar merah juga menyerang Gundul Berakar. Namun, tubuh atas kakek itu hanya tersentak mundur.
Ledakan itu juga membuat kedua tangan Gempar Senyap lepas dari cengkeraman. Kesempatan itu dia ambil untuk menjauhi Gundul Berakar.
Set!
Gempar Senyap menarik pulang kedua sabit terbangnya menggunakan tarikan tenaga dalam.
Seperti para pendekar lainnya, ketika senjata polosnya tidak berfungsi, maka akan ditingkatkan. Gempar Senyap menyalakannya dengan energi panas.
“Eaaakkrr!”
Sambil berteriak kencang, Gempar Senyap menyalakan kedua senjatanya seperti lampu neon. Warnanya kuning.
Set!
Sreetr!
Dua sabit menyala itu melesat menyerang kepada Gundul Berakar. Kakek botak itu cepat menyambut dengan melesatkan akar sinar hijau.
Akar-akar sinar itu menangkap kedua sabit di udara. Akar-akar melumpuhkan kedua sabit lalu balas melesatkannya menyerang tuannya sendiri. Gempar Senyap terkejut. Senjatanya yang sakti justru diperbudak oleh lawannya.
Gempar Senyap buru-buru menggunakan ilmu perisainya guna menangkis senjatanya sendiri.
Sing!
Dari telapak tangan Gempar Senyap muncul sinar ungu berwujud perisai mini. Sinar yang muncul sekejap itu mementalkan kedua senjata.
Karena Gundul Berakar tidak memiliki kendali jarak jauh terhadap kedua senjata itu, maka kedua sabit terbang terpental hilang kendali lalu jatuh ke tanah berumput dalam kondisi padam.
“Aaarrkk…!” teriak Gempar Senyap keras dan panjang sambil menggebuk-gebuk dadanya, menunjukkan kehebatannya menggagalkan serangan balik Gundul Berakar.
Coss! Coss!
Gempar Senyap lalu menggenggam kuat kedua tangannya. Maka muncullah dua sinar merah yang berpijar seperti kembang api bakar besar.
Bomm!
Terdengar suara ledakan ketika Gempar Senyap mengadu kedua tinjunya sendiri.
“Heaaakkrr!” teriak Gempar Senyap lagi.
Dia lalu berlari maju dengan tubuh yang berguncang-guncang mendatangi Gundul Berakar.
Sreetr!
Gundul Berakar kembali melesatkan akar-akar sinar hijaunya menyambut kedatangan Gempar Senyap.
“Eaaakkkrr!” teriak Gempar Senyap sambil tiba-tiba menghindar dengan melesat pendek ke samping, lalu melesat lagi ke arah Gundul Berakar dengan tinju sudah siap menghancurkan.
Gundul Berakar tidak bisa ke mana-mana karena kedua kakinya dia pasung sendiri.
Sreetr!
“Hah!” kejut Gempar Senyap saat tiba-tiba dari bawah lantai panggung muncul akar-akar sinar, tepat di bawah lintasan tubuhnya.
Lesatan tubuh besar itu mendadak berhenti karena dijerat oleh akar-akar sinar hijau. Ketika akar sinar menjalari tubuhnya, Gempar Senyap memilih menghentakkan kedua tangannya kepada Gundul Berakar yang jaraknya tinggal empat jangkauan lagi.
Coss! Syoks!
Dua bola sinar merah berpijar dan menghantam tubuh Gundul Berakar dengan telak.
“Gilaaa!” teriak Gempar Senyap saat melihat Gundul Berakar tetap berdiri kokoh, meski bajunya hangus terbakar tanpa api.
Gundul Berakar memperlihatkan badan kekarnya yang kotak-kotak.
Melihat ilmu pamungkasnya tidak melukai lawan sedikit pun, Gempar Senyap akhirnya pasrah tubuhnya dirayapi akar sinar yang rasanya sakit dan tidak nyaman.
“Aaaakkrr! Aku kalaaaakhrr!” teriak Gempar Senyap.
Gong!
“Berakhir! Pemenangnya adalah Pendekar Gundul Berakaaar!” teriak Wadi Mukso.
Pengumuman itu membuat Pendekar Gundul Berakar membebaskan Gempar Senyap dari jeratan akar sinar.
Gempar Senyap lalu melangkah pergi dari panggung dengan wajah yang menunduk. Sepertinya dia malu kepada Pandan Duri karena kalah oleh kakek-kakek.
“Mengerikan sekali kesaktian si gundul itu,” kata Aji Ronggoloyo kepada Tangpa Sanding.
“Ingat, dia akan menghajarmu jika kau bertemu tarung dengannya di babak berikutnya,” kata Tangpa Sanding.
“Tidak, tidak, tidak. Aku yakin lawanku adalah Kutu Air,” kata Aji Ronggoloyo.
“Apakah kau tidak ingin bertarung denganku, Aji Loyo?” tanya Pandan Duri yang sudah menjadi bagian rekan ngobrol mereka.
“Jangan sampai. Aku tidak mau berurusan dengan ular, apalagi ular perempuan seperti kau,” sangkal Aji Ronggoloyo.
“Kau mempermalukan gelompok pendekar sombong saja,” kata Pandan Duri.
“Kau tidak lihat, aku mengalahkan Nini Kuolot?” kata Aji Ronggoloyo.
“Kau mengalahkan nenek-nenek,” timpal Pandan Duri lagi.
Aji Ronggoloyo hanya merengut. (RH)
ya begitulah Om. semua demi cinta dan kerinduan😘🤣