berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kerja pertama Jaka
Ditengah malam, Jaka bersama dengan Aya, dan kedua anaknya, masih duduk di bus malam.
"Aya, apa Nunu baik-baik saja?."
Tanya Jaka yang bertanya pada Aya.
"Sudah tidur yah, mungkin dia lelah."
Jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
"Syukurlah, maaf Aya jika ini buat kamu tidak nyaman."
Ucap Jaka pada Aya.
"Tidak apa-apa yah, ini pelajaran buat kita, kita tidak perlu percaya dengan orang lain.
Ucapku Aya yang memberi tau pada Jaka.
"Benar Aya, ternyata penipu itu bisa melibatkan keluarga sendiri, bukan hanya orang lain saja."
Jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
Mereka berdua pun hanya tersenyum.
Waktu pun terus berjalan, dan mereka pun akhirnya sampai di warung kopi milik nya.
"Akhirnya sampai juga Aya, apa kamu lelah?."
Tanya Jaka yang langsung membuka pintu warung kopi milik nya.
"Tidak sama sekali, aku justru bersemangat."
Jawab Aya pada Jaka.
Warung satu kotak, tanpa lampu dan tanpa air, setiap hari mereka selalu meminta air pada tetangga depan warung nya.
Sesampainya di rumah, Nunu masih tertidur pulas, tidak seperti saat dirumah orang tua Jaka.
"Yah, perasaan anak kecil itu lebih peka,
sepertinya Nunu merasakan hal yang tidak bisa membuat nyaman saat berada di rumah kakek nya."
Ucap Aya yang tiduran di dekat Nunu.
"Sepertinya memang seperti itu, bahkan Nunu mungkin merasa kan kegelisahan didalam hati nya."
Jawab Jaka yang mengusap rambut Aya.
"Tidur lah, besok pagi kamu harus berjualan lagi, aku juga ada kerjaan, mungkin bisa aku ambil selama aku belum dapat yang pasti."
Ucap Jaka yang memberi tau pada Aya.
"Apa kamu mau bekerja Jaka?, apa kamu yakin dengan ucapan kamu."
Tanya Aya yang tidak tau jika Jaka ada yang menawarinya pekerjaan.
"Yakin, aku juga tidak mau bergantung hidup dari warung saja, kita butuh modal agar kamu bisa jualan bakso seperti yang kami inginkan."
Jawab Jaka yang sudah tau jika Aya ingin berjualan bakso.
"Bagaimana kamu bisa tau Jaka, aku sendiri tidak pernah memberi tau kamu."
Tanya Aya yang kaget saat mendengar ucapan dari Jaka.
"Aku tau dari menu masakan yang sudah kamu tulis, sepertinya kamu sedang berlatih membuat bakso."
Jawab Jaka yang tersenyum pada Aya.
"Jangan diambil pusing Jaka, itu hanya
keinginan ku, tadinya aku mau pakai untuk tabungan aku yang kemarin kamu pinjam kan pada Kak Yani."
Ucap Aya yang membuang nafas nya dalam-dalam.
"Sepertinya kamu harus ikhlas Aya, apapun yang mereka pinjam,
tidak pernah kembali, mereka pun tidak peduli kita bisa makan atau tidak."
Ucap Jaka yang akhirnya mengajak Aya untuk tidur sejenak.
Waktu pun terus berjalan, malam yang panjang, kini berubah menjadi terang.
"Akhirnya, matahari bisa menerangi alam ku."
Ucap Aya yang terbangun saat sinar matahari masuk melalui celah-celah dinding kayu warung nya.
"Aya, jam berapa sekarang?."
Tanya Jaka yang baru terbangun dari tidurnya.
"Jam enam pagi Jaka, mau kemana kamu?."
Jawab Aya yang langsung bangun dari tempat tidurnya sambil bertanya kembali pada Jaka.
"Aku mau kerja Aya, kamu tau kenapa kerjaan ini aku ambil?."
Ucap Jaka yang bertanya pada Aya.
"Mungkin kamu bosan dirumah."
Jawab Aya yang menduga pada Jaka.
"Bukan itu Aya, sebenarnya mental aku down, mental aku kena disaat aku yang seorang laki-laki, tidak bisa bekerja seperti para laki-laki lain Aya."
Jawab Jaka yang menerangkan maksud dari pekerjaan nya.
"Aku tidak pernah merasa jika kamu jadi beban ku Jaka, kita berusaha untuk kesejahteraan kita bersama."
Ucap Aya yang langsung memeluk tubuh Jaka.
"Aku sangat menyayangimu Aya, jika aku harus memilih antara keluarga dan kamu, aku akan memilih mu, karena kamu yang selalu setia menemani ku."
Ucap Jaka yang merasakan dirinya sendiri.
"Kita sama-sama belajar yah, aku tidak akan meninggalkan kamu, sampai saat nanti."
Jawab Aya yang masih memegang erat tubuh Jaka.
"Harta berlimpah juga percuma Aya, jika kita tidak bisa merasakan kebersamaan ini.''
Ucap jaka yang akhirnya bersiap untuk pergi bekerja.
Satu bulan kemudian 🌒..
"Hari ini aku gajian Aya, kamu bisa beli apa yang kamu butuhkan."
Ucap Jaka yang bersemangat untuk pergi bekerja.
"Aku tidak meminta apapun, bisa lihat kamu bahagia saja, aku sudah cukup senang."
Jawab Aya yang sedang menyiapkan bekal makanan untuk Jaka.
Hari yang ditunggu Jaka akhirnya tiba,
Jaka sudah berharap jika dia ingin membelikan handphone baru untuk Aya.
Nasib memang, Jaka kembali tertipu.
"Jaka, gaji kamu tinggal dua ratus ribu yah, soalnya kemarin kan kamu sudah kasbon."
Ucap mandor yang memberi tau pada Jaka.
"Saya kasbon?, saya belum pernah kasbon pak."
Jawab Jaka yang merasa tidak pernah mengambil kasbon saat dia bekerja.
"Aishhhh, kamu jangan bercanda, daftar nama kamu sudah ada di list kasbon."
Jawab pak Doni yang memberi kan daftar kasbon pada Jaka.
"Siapa yang mengambil nya pak, tapi saya benar-benar tidak mengambil kasbon."
Tanya Jaka yang masih tetap pada pendiriannya.
"Si Dani yang sudah mengajukan kasbon setiap minggunya, kamu tanyakan saja pada Dani."
Jawab pak Doni mandor Jaka.
"Dani!, bukannya dia sudah keluar pak.''
Jawab Ridho yang merupakan salah satu dari teman Jaka.
"Oh iya, bukannya kamu teman dekat nya, Dani sendiri yang bilang kalau kamu masih saudara dengan nya."
Ucap pak Doni yang memberi tau pada Jaka dan Ridho.
"Waduh, kalau begitu saya juga kena tipu dong."
Jawab Ridho yang merasakan hal yang sama seperti Jaka.
"Ketipu berapa kamu Ridho?."
Tanya pak Doni yang terlihat bingung saat itu.
"Kata Dani, uang saya tinggal ambil sama Jaka, sisanya satu juta lagi."
Jawab Ridho yang melihat wajah Jaka.
"Aduh, sebuah bencana kalau begini, aku saja tidak dapat gaji, sekarang aku harus ganti satu juta pada kamu, lihat lah uang ku saja sisa dua ratus ribu."
Ucap Jaka yang merasa tidak percaya dengan apa yang dia rasakan saat ini.
"Kalau begitu, kamu saja yang ganti, kan kamu saudara nya."
Ujar Ridho yang tidak mau tau pada Jaka.
"Saudara dari mana, aku kenal dia dari temanku, aku sendiri tidak punya kontak nomor ponsel nya."
Jawab Jaka yang tidak mau kalah dengan Ridho.
"Aduh bagaimana ini, jika Jaka bukan saudara nya Dani, berarti kita semua sudah ditipu oleh Dani."
Ucap Jaka yang langsung lemas saat itu juga.
"Ya sudah, sekarang kita tinggal cari si Dani nya, kita minta tanggung jawab nya,
jangan semuanya dilimpahkan pada Jaka, kasihan dia."
Saran Pak Doni yang langsung memberi jalan pada kejadian itu.
"Habis sudah pak, saya baru kerja sudah kena tipu begini, rasanya sangat sakit dan kecewa."
Ucap Jaka yang duduk di bawah pohon, yang berada di proyek nya bekerja sebagai kuli bangunan.
"Sabar jaka, ambil hikmah nya saja, ini saya ada sedikit tips untuk kamu, tidak seberapa, setidaknya bisa buat bisa kamu berikan pada istri mu."
Ujar Pak Doni yang memberikan sedikit uang tambahan, pada Jaka yang dianggap rajin oleh pak Doni.
"Terima kasih pak, saya permisi untuk pulang saja."
Ucap jaka yang sudah terlihat sangat sedih.
"Hati-hati Jaka, sebaiknya kamu jangan terlalu baik dan terlalu percaya pada orang."
Ucap pak Doni yang berpesan pada Jaka.
Akhir Jaka pun langsung pulang ke warung nya.
"Ayah pulang mah, kata mamah hari ini ayah gajian."
Ucap Nana yang langsung berlari mendatangi ayahnya yang masih berjalan.
"Iyah, hari ini memang ayah gajian, ayo kita kasih kejutan buat mamah."
Jawab Jaka yang langsung menggendong Nana.
Didalam kamar saat malam hari saat suasana mulai gelap.
"Aya, ini uang hasil gaji aku."
Ucap Jaka yang memberikan uang lima ratus ribu pada Aya.
"Ayah, apa kamu tidak salah memilih pekerjaan?, mana ada gaji sebulan Lima ratus ribu yah?."
Tanya Aya yang langsung menanyakan pada Jaka.
"Aku tertipu oleh Dani, orang yang memberi aku pekerjaan, justru dia juga yang mengambil gaji sebulan ku Aya."
Jawab Jaka yang langsung lemah saat memberi tau pada Aya.
"Ya sudahlah, ambil pelajaran nya saja,
Kita bersyukur, masih satu bulan, bagaimana jika kamu bekerja lebih dari satu bulan, yang ada kita hanya bisa membayar hutang.
Jawab Aya yang tersenyum dan langsung memeluk Jaka.
Beruntung nya Jaka, Aya masih bisa menerima apapun kondisi dan keadaan Jaka.
Lalu, bagaimana Jaka dan Aya bisa berhasil,
kita lanjut di bab berikutnya.
🙏🙏🙏