" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 34: Kabar Buruk
" Kehamilan Ibu sudah berjalan 6 minggu, tapi di sini ada sesuatu hal lain juga Bu. Ah iya, apa Ibu Rena datang kemari sendiri saja, dimana suami ibu?"
" Suami saya? Saya sudah bercerai bu dengan suami saya. Lalu maksudnya ada hal lain itu apa ya?"
Saat ini Rena sedang berada di poli kandungan dan tengah di periksa oleh dokter spesialis. Sang dokter sedang meletakkan sebuah alat di perut Rena untuk mengetahui perkembangan janin. Namun raut wajah dokter itu terlihat tidak baik saat menjelaskan rekaman USG di monitor.
" Maaf Dokter Saahara, apa kehamilan saya tidak berjalan dengan baik?"
" Panggil saja saya Dokter Aara, hmm begini bu. Sepertinya ibu harus datang ke bagian Onkologi. Saya melihat ada benda asing di rahim ibu. Coba ibu perhatikan, di bagian ini adalah janin, tapi dibawah ini ada benda lain yang menurut saya ini adalah sel kanker."
Jedeeer
Bagaikan disambar petir di tengah hari yang begitu panas, kabar tersebut begitu sangat tiba-tiba. Mengetahui dirinya hamil saja sudah cukup mengguncang, ini ditambah ada diagnosa lain yakni kanker walaupun masih belum jelas keberadaannya. Wajah Rena menjadi pucat mendengar penjelasan Dokter Aara. Ia sungguh tidak pernah menyangka akan hal tersebut. Tapi melihat wajah si dokter, agaknya semua itu akan benar adanya dan bukan hanya sekedar dugaan semata.
Dan kini penjelasan panjang lebar dari Dokter Aara sungguh tidak masuk ke dalam telinga Rena. Ia merasa tiba-tiba semuanya menjadi gelap dan bruk, Rena pingsan.
Dokter Aara memanggil perawat untuk membantu Rena kembali naik ke atas brankar. Bukan hanya itu, dia juga memanggil bagian onkologi utuk memeriksa Rena dengan menyeluruh dan memastikan dugaannya.
Seorang perawat ditugaskan oleh Dokter Aara untuk menghubungi keluarga pasien melalui ponsel pasien. Dan yang dihubungi oleh perawat adalah ibu dari Rena, perawat menemukan kontaknya dan langsung mengatakan kondisi Rena.
Tidak berselang lama kedua orang tua Rena pun sampai di rumah sakit. Wajah keduanya tampak bingung. Dihubungi bahwa putrinya pingsan dan hamil, padahal belum lama ini bercerai karena mantan suaminya impoten.
" Ini gimana Mas, lalu Rena hamil sama siapa?"
Mirya tentu sangat gelisah. Sedangkan Sukmajaya, dia hanya mendengus. Rasanya sungguh ingin sekali marah terhadap Rena. Tapi dia tidak bisa melakukan itu karena saat ini Rena terbaring lemah.
" Apa kita nemuin Raga lagi Mas, dan bilang kalau Rena hamil. Minta dia buat rujuk."
" Jangan gila kamu Mir! Walaupun aku kesal karena anak itu menyembunyikan fakta bahwa dirinya impoten, tapi aku nggak setuju ide mu itu. Apa hak kita minta Raga rujuk dengan Rena. Nanti kita tanya anak itu, siapa ayah bayinya."
Mirya mengangguk patuh, keduanya langung berjalan cepat menuju ke kamar dimana Rena dirawat. Saat masuk ke dalam ternyata di sana masih ada dokter, dan bukan hanya satu tapi dua.
" Selamat datang bapak dan ibu, Anda berdua apakah benar orang tua dari pasien?"
kedua orang tua itu menganggukkan kepala mereka cepat.
" Perkenalkan saya Sahaara Gemma Ananta, panggil saja saya Aara. Saya adalah dokter spesialis kandungan dan ini rekan saya Dokter Zara Yumma Dwilaga beliau adalah dokter spesialis onkologi. Kami akan menyampaikan dua kabar sekaligus. Kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya adalah saat ini saudari Rena tengah hamil sekitar 6 minggu, tapi kabar buruknya ada sel kanker pada rahim saudari Rena."
Jegleeer
Belum habis keterkejutan mereka dengan kabar kehamilan sang putri, kini mereka tambah terkejut dengan kabar bahwa Rena terkena kanker. Saking terkejutnya Mirya hampir ambruk. Beruntung Sukmajaya sigap menahan tubuh Mirya sehingga tidak jatuh ke lantai. Dokter Aara menjelaskan perihal kehamilan Rena. Selanjutnya adalah giliran Dokter Zara, dia menjelaskan perihal kanker yang diderita oleh Rena.
" Kami harus melakukan screening untuk memperjelas kanker yang diderita saudari. Apakah kanker tersebut termasuk kanker ganas atau tidak, dan juga stadiumnya. Tapi ada hal yang harus sampaikan, yakni kemungkinan terburuk. Ya, kemungkinan terburuk dari kanker yang diderita saudari Rena ialah pengangkatan rahim. Dengan begitu maka pasien tidak bisa melahirkan janinnya dan tidak akan bisa memiliki anak lagi. Tapi, ini adalah kemungkinan terburuk. Kami harus memeriksanya secara teliti, dan berharap semoga bukan itu yang harus kami lakukan."
Penjelasan panjang dari Dokter Zara cukup membuat Mirya dan Sukmajaya mengerti. Kedua dokter yang usianya seperti mereka itu terlihat bisa diandalkan.
" Baik dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk putri kami."
Dokter Zara dan Dokter Aara mengangguk, mereka melemparkan senyum dan mencoba menenangkan pasangan suami istri tersebut. Keduanya tahu bahwa hal yang menimpa mereka itu tidaklah mudah. Tapi baik Dokter Zara maupun Dokter Aara harus menyampaikan kondisi yang sebenarnya pada pasien dan keluarga pasien karena akan berhubungan dengan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Kedua dokter wanita itu meninggalkan ruang rawat. Dan Mirya menangis tergugu, ia tidak menyangka bahwa putri satu-satu nya harus mengalami hal seperti ini sekarang.
" Mas, kalau benar rahim Rena harus diambil, apa masih ada yang mau nikahin dia? andaikan Rena nggak cerai sama Raga," ucap Mirya lirih.
Namun Sukmajaya bergeming mendengar ucapan sang istri. Saat ini yang ada dalam pikiran pria itu adalah siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh.
Sukmajaya melirik ponsel milik Rena yang ada di atas nakas, ia lalu membuka dan mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia jadikan petunjuk perihal ayah bayi itu. Mulai dari membuka aplikasi pesan, media sosial hingga galeri foto.
" Bukannya ini pria itu," gumam Sukmajaya lirih. Ia kembali membuka aplikasi pesan dan fokusnya pada satu nama yang berada paling atas. " Haaah, dasar bajingaan!"
Sukmajaya yakin bahwa pria itu adalah ayah dari bayi Rena. Karena hanya pria itu yang berhubungan dengan Rena. Pacar Rena yang dulu tidak ia setujui, Jerez.
TBC