Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Insiden
Sayang, I miss you. Aku akan segera pulang…see you soon…
Kagendra menerima pesan teks singkat yang tak terduga dari kekasih hatinya. Ia ingin membalas pesan tersebut, tapi ia tidak ingin menjadi bimbang lagi. Jika ia membalas pesan teks tersebut, maka keputusannya untuk menerima perjodohan dari Akinya akan kembali goyah. Setelah membaca pesan teksnya, ia langsung menutup aplikasi chatnya. Ia pasrah dengan nasibnya.
****************
“Neng, hari ini pulang ya.” Perintah Rostita di ujung telepon sana.
“Ada apa, Bi?” tanya Sadiyah pada bibinya.
“Lusa keluarga Aki Musa akan datang untuk berkunjung dan mungkin cucunya akan datang juga untuk langsung melamar kamu.” Jawab Rostita.
“Iya, Bi.” Jawab Sadiyah lesu.
Sadiyah membereskan berkas pekerjaannya untuk bersiap-siap pulang ke rumah keluarga besarnya.
Sadiyah pulang ke rumah keluarganya dengan menggunakan motor. Fokusnya dalam mengendarai motor terganggu oleh pikiran mengenai perjodohannya.
Bruk….
Sadiyah kaget melihat mobil yang ada di depannya berhenti, ia berusaha untuk menghentikan laju motornya tapi ia terlambat untuk mengerem motornya sehingga menabrak mobil yang berhenti di depannya. Sadiyah dan motornya pun terjatuh ke arah samping.
Orang yang ada di dalam mobil pun kaget karena ada yang menabrak mobilnya dari belakang. Ia pun keluar dengan emosi.
“Hei, kamu bisa gak sih bawa motor.” Lelaki tinggi dan tegap itu berdiri menjulang di hadapan Sadiyah yang sedang berusaha bangun dan membetulkan letak motornya.
“Maaf, Pak. Saya tidak sengaja menabrak mobil anda.” Sadiyah meminta maaf pada pria yang berdiri menjulang di hadapannya dan terbelalak kaget melihat bagian belakang mobil yang ditabraknya terlihat penyok.
Pria itu pun melihat belakang mobilnya yang penyok dan menghela nafasnya dengan kasar. Ia memejamkan matanya sejenak untuk meredam emosinya sebelum ia membicarakan masalah mobilnya yang penyok. Sebelum mulutnya mengeluarkan kata-kata, Sadiyah menginterupsinya.
“Ini kartu nama saya, Pak. Saya akan bertanggung jawab membetulkan mobil anda yang penyok. Hanya saja, sekarang saya harus segera pergi karena ada urusan yang harus saya lakukan.” Sadiyah memberikan kartu namanya dengan takut-takut, tak dirasa tangan dan sikunya yang sakit karena jatuh dari motornya tadi.
“Sok sibuk sekali kamu sampai-sampai tidak ada waktu untuk menyelesaikan urusan kamu dengan saya.” ujar pria itu pedas.
“Maaf, Pak. Bukannya saya sok sibuk. Tapi saya harus cepat pulang, Pak.” sahut Sadiyah takut.
“Saya gak mau tau. Sekarang juga masalah ini harus selesai.” Pria itu mencekal tangan Sadiyah dan menyeretnya untuk masuk ke dalam Cafe yang dekat dengan tempat kejadian.
“Iya, Pak. Saya parkirkan dulu motor saya.” Sadiyah mendorong motornya ke tempat parkir di depan Cafe.
Pria itu mengikuti Sadiyah dari belakang. Setelah Sadiyah memarkirkan motornya, pria tersebut kembali mencekal tangannya dan menyeretnya ke dalam Cafe.
“Duduk!” perintah pria tersebut.
Sadiyah duduk takut-takut di depan pria itu.
Pria itu memanggil waiter dan memesan minuman.
“Kamu mau pesan minum apa?” tanya pria itu ketus.
“Air putih saja, Pak.” sahut Sadiyah
Pria itu mendengus mendengar jawaban Sadiyah.
“Bagaimana cara kamu bertanggung jawab?”
“Huh?” Sadiyah kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu.
“Jangan pura-pura kaget sama pertanyaan saya?”
“Oh iya, Pak. Maaf. Nanti saya akan bayar biaya untuk membetulkan mobil anda yang penyok.” sahut Sadiyah.
“Sini handphone kamu.” pria itu meminta ponsel Sadiyah.
“Untuk apa, Pak?” tanya Sadiyah heran.
“Jangan banyak tanya. Kemarikan handphone kamu dan buka kuncinya.” perintah pria itu lagi.
Pria itu memijit angka-angka dan terdengar ponselnya berbunyi. Pria tersebut mengembalikan ponsel Sadiyah dan membuka ponselnya sendiri lalu menyimpan nomer Sadiyah.
“Awas jangan berani-berani untuk mengganti nomer telpon kamu atau tidak mengangkat panggilan dari saya.”
Sadiyah menerima kembali ponselnya dan menyimpan nomer pria tersebut dengan nama Cowok Bengis, lalu menyimpan dalam tasnya, takut jika pria tersebut melihat nama yang disimpan olehnya.
“Saya sudah boleh pamit, Pak?” tanya Sadiyah takut-takut.
Pria tersebut mengibaskan tangan kirinya menandakan agar Sadiyah pergi dari hadapannya.
****************
semangat