NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:811
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7: Bayangan Baru di Antara Api

Kegelapan yang semakin pekat malam itu menimbulkan rasa mencekam, tetapi ada sesuatu yang lebih menakutkan daripada sekadar kegelapan. Mira merasa dirinya terjebak di antara kekuatan yang tidak ia pahami, berhadapan dengan takdir yang mulai terkuak. Evano, yang selama ini bersikap penuh misteri, tampak lebih terhubung dengan kekuatan-kekuatan yang melingkupi mereka daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, di balik kebingungannya, Mira tahu ini bukan akhir dari pertanyaannya—melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar.

Malam yang sunyi itu dipecahkan oleh suara langkah cepat di antara pepohonan. Kedua sosok itu langsung siaga. Evano berbalik dengan gerakan cepat dan anggun, sementara Mira, meski masih belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, mengumpulkan seluruh keberanian yang tersisa untuk menghadapi apapun yang akan muncul.

Dari dalam kegelapan, seorang sosok lain muncul. Pria tinggi berkulit coklat dengan rambut hitam panjang yang diikat rapi di belakang kepalanya. Matanya yang tajam berkilat dalam bayangan, dan wajahnya penuh determinasi. Dalam genggamannya, ia membawa sebuah pedang panjang yang tampak sangat berat, namun ia mengayunkannya dengan mudah, seolah pedang itu adalah perpanjangan dari tubuhnya.

"Mira, Evano," sapanya, suara dalamnya bergema di antara pepohonan. "Aku tak menyangka akan menemukan kalian berdua di sini pada saat yang sama."

Mira menatap pria itu dengan penuh tanda tanya. "Siapa dia?" tanyanya pada Evano tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok misterius yang mendekat.

Evano tetap tenang, meski jelas ia tidak terkejut dengan kehadiran orang baru itu. "Namanya Arlen. Dia salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang dua dunia ini. Dan seperti kita, dia juga bukan manusia biasa."

Arlen tersenyum tipis, wajahnya tidak menunjukkan ancaman, tetapi juga tidak sepenuhnya bersahabat. "Aku lebih dari sekadar tahu," katanya dengan nada santai, namun tajam. "Aku telah mengikuti jejak kalian selama ini. Aku tahu tentang kekuatan kalian, dan tentang apa yang terjadi di dunia ini—pertarungan yang sedang disiapkan."

Mira masih merasa ragu. "Mengapa kau peduli? Apa hubunganmu dengan semua ini?"

Arlen menatap Mira, dan sesaat ia tampak mempertimbangkan jawabannya. "Aku berasal dari garis keturunan yang sama tuanya dengan milikmu, Mira. Tapi aku bukan Phoenix atau vampir. Aku berasal dari klan yang berbeda, sebuah klan yang hidup di antara kedua dunia ini. Kami adalah Penjaga, mereka yang ditugaskan untuk menjaga keseimbangan."

Mira semakin bingung. "Penjaga?"

Evano memotong dengan cepat, "Penjaga adalah kelompok netral, mereka ada untuk memastikan bahwa baik Phoenix maupun vampir tidak melampaui batas mereka. Mereka menjaga keseimbangan antara dua kekuatan ini. Tapi mereka juga memiliki agenda mereka sendiri."

Arlen mengangguk perlahan. "Benar. Dan aku di sini bukan hanya untuk menjaga keseimbangan kali ini. Sesuatu yang besar sedang mendekat, dan kalian berdua berada di pusatnya."

Mira merasa kepalanya berputar. Setiap kali ia merasa mulai memahami apa yang terjadi, sesuatu yang baru muncul dan mengguncang pemahamannya. "Apa yang kau maksud dengan 'sesuatu yang besar'?"

Arlen melirik ke arah Evano, seolah ingin memastikan pria itu setuju dengan apa yang akan ia katakan. "Ada kekuatan yang lebih tua dari vampir dan Phoenix. Kekuatan yang telah lama tersembunyi, tetapi kini mulai bangkit. Kalian mungkin berpikir bahwa konflik hanya ada antara dua ras ini, tapi kenyataannya tidak sesederhana itu."

Evano menambahkan, suaranya lebih tegas. "Kekuatan-kekuatan yang tersembunyi ini ingin memanfaatkan perang antara vampir dan Phoenix untuk keuntungan mereka. Jika kita tidak siap, mereka akan menghancurkan kedua dunia ini dan mengambil alih. Dan Mira… kau adalah kunci untuk menghentikan mereka."

Mira menatap Evano dengan penuh kebingungan dan ketidakpercayaan. "Aku? Bagaimana mungkin?"

Arlen menjawab sebelum Evano sempat berbicara. "Karena kau adalah yang pertama dalam ratusan tahun yang memiliki darah Phoenix dan vampir yang saling terkait begitu dalam. Kekuatanmu tidak hanya berasal dari satu sisi, tapi dari gabungan kedua dunia itu. Kau bisa menjadi jembatan atau pemicu kehancuran."

Mira terdiam, merenungi kata-kata Arlen. Dia tidak pernah meminta kekuatan ini. Dia tidak pernah memilih untuk menjadi bagian dari dunia yang begitu rumit dan penuh intrik ini. Namun, tampaknya ia tidak punya pilihan. Takdir ini sudah tertulis dalam darahnya, dan kini ia harus menghadapi konsekuensinya.

Ketika Mira hendak bertanya lebih jauh, tiba-tiba angin berhembus lebih kencang, membawa aroma aneh yang asing dan menyengat. Arlen dan Evano langsung saling berpandangan dengan tatapan penuh kewaspadaan. Mata mereka menyipit, mendeteksi sesuatu yang berbahaya.

"Darah Kegelapan," gumam Arlen, hampir tidak terdengar. "Mereka sudah tiba."

Sebelum Mira sempat bertanya siapa atau apa itu, bayangan-bayangan mulai bermunculan dari antara pepohonan. Sosok-sosok hitam bergerak cepat di antara kegelapan, seolah menyatu dengan malam. Mereka tampak seperti manusia, namun bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar, dan aura mereka memancarkan kekuatan yang mengerikan.

"Darah Kegelapan adalah makhluk yang lahir dari kegelapan murni," kata Evano cepat, matanya fokus pada para bayangan yang mendekat. "Mereka bukan vampir, bukan Phoenix. Mereka adalah sisa-sisa dari kekuatan lama yang terbangun. Dan mereka bukan teman."

Arlen menghunus pedangnya dengan satu gerakan cepat, mempersiapkan diri. "Mereka adalah utusan dari kekuatan yang lebih besar. Ini baru permulaan."

Ketika salah satu bayangan melompat ke arah mereka, Evano bereaksi dengan cepat. Dengan satu gerakan tangan, bayangan itu terhempas ke tanah, tubuhnya terbakar dalam sekejap oleh api biru yang muncul dari udara tipis. Mira menyaksikan dengan kagum sekaligus ngeri. Dia pernah melihat kekuatan Evano sebelumnya, tetapi tidak pernah sekuat ini.

Arlen berlari maju, menebas satu bayangan lain yang menyerang dari sisi kiri. Gerakannya cepat dan mematikan, menunjukkan bahwa ia tidak hanya berbicara besar—dia adalah pejuang yang terampil.

Namun, jumlah mereka terus bertambah. Mira bisa merasakan aura kegelapan yang semakin kuat, dan meskipun Evano dan Arlen berhasil melawan beberapa dari mereka, serangan itu tidak berhenti. Mira merasakan dadanya mulai sesak, adrenalinnya melonjak saat ia melihat betapa berbahayanya situasi ini.

Tapi ada sesuatu yang mulai membara di dalam dirinya. Rasa takut berubah menjadi keberanian yang tumbuh dalam perutnya, dan api kecil yang dulu ia kendalikan kini merespons emosinya. Tanpa sadar, tangannya terangkat, dan seketika, lingkaran api menyala di sekeliling mereka, memisahkan para makhluk bayangan dari mereka bertiga.

Api itu berbeda dari biasanya. Nyala api itu biru, seperti milik Evano, tetapi juga merah oranye, seperti api yang selalu ia kenal. Gabungan dari kedua kekuatan itu membentuk dinding pelindung yang membuat para makhluk bayangan ragu untuk mendekat.

Evano menatap Mira dengan kagum, sementara Arlen mengangguk setuju. "Kau mulai menyadari kekuatanmu, Mira," kata Arlen, meski suaranya terdengar tegang. "Tapi ini baru awal. Mereka tidak akan berhenti di sini."

Mira menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan api yang masih berkobar di sekeliling mereka. Dia belum sepenuhnya mengerti kekuatannya, tapi satu hal yang ia tahu pasti—ini baru permulaan. Kegelapan yang lebih besar sedang mendekat, dan mereka harus siap menghadapi apapun yang akan datang.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!