NovelToon NovelToon
PESUGIHAN BAPAK

PESUGIHAN BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Tumbal
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Junaeni

Ratu tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia tak pernah menyangka kalau akan menjadi pewaris harta berlimpah milik Hadinata Praditha dari Desa Gandasturi. Akan tetapi, gadis itu malah disambut cibiran dan dikucilkan oleh para warga desa yang curiga kalau kedatangannya akan menambah musibah. Apalagi di desa tersebut tengah dilanda teror makhluk kerdil yang dianggap “peliharaan” pesugihan bapaknya.

Kedatangan Adam yang tengah melakukan kegiatan KKN di desa, membuat secercah kebahagiaan bagi Ratu. Adam yang juga menyukai Ratu, berusaha membela gadis itu. Namun, kejadian mengerikan yang menyisakan sebuah misteri muncul silih berganti menghantui.

Ratu dan Adam mulai curiga bahwa ada rahasia besar di balik pesugihan keluarga Praditha. Apalagi ketika nyawa mereka malah terancam menjadi sasaran makhluk kerdil dan juga seseorang yang misterius.

Mampukah Ratu dan Adam bertahan hidup untuk menghentikan teror makhluk kerdil di Gandasturi?


Note : Buat yang plagiat, ATM, auto kutilan sebadan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 - Menghentikan Pesugihan

...Bab 27 - Menghentikan Pesugihan ...

...**********...

Keesokan harinya, Siti masuk ke kamar Ratu setelah mengetuk cukup lama dan tak ada jawaban dari kamar gadis itu.

“Non Ratu? Non, saya masuk, ya?”

Perlahan daun pintu itu Siti dorong seraya melongok ke dalam kamar. Tetap tak ada jawaban. Sampai Siti terkejut kala mendapati Ratu masih tergeletak di dekat pintu kamar mandi.

“Ya ampun, Non Ratu ngapain tidur di kamar mandi?”

Siti segera menepuk pipi Ratu yang tak lama kemudian terjaga.

“Non, ngapain tidur di sini?” tanyanya.

“Aku? Tidur di sini?” Ratu mengubah posisi berbaring menjadi duduk.

Ia menoleh ke sekeliling dan mendapati kalau ia masih berada di kamar mandi. Kepalanya terasa pusing. Tubuhnya juga terasa ngilu dan sakit. Gadis itu mengingat kejadian yang semalam. Hal mengerikan yang membuatnya sampai tak sadarkan diri.

“Amir! Bagaimana kondisi Amir?” tanya Ratu pada Siti seraya bangkit.

Gadis itu ingat kalau sosok anak kecil yang ia lihat semalam adalah Amir.

“Amir? Amir anaknya Pak Ardi?” tanya Siti seraya memberikan handuk pada Ratu.

“Iya, anaknya Pak Ardi. Kamu tahu kondisinya sekarang?”

“Ndak, Non.” Siti menggeleng.

“Tunggu di sini. Aku mau mandi dulu. Lalu, kamu antar aku ke rumah Pak Ardi,” pinta Ratu.

“Memangnya ada apa sih, Non?” Siti menggaruk kepalanya meski tak gatal.

“Nanti saja aku ceritakan. Pokoknya kamu antar saya ke rumah Amir!” titah Ratu.

Siti akhirnya mengangguk. Gadis itu lalu merapikan tempat tidur sang majikan yang dilanjutkan dengan membersihkan kamar Ratu.

...***...

Ratu dan Siti menaiki delman menuju rumah Amir. Perasaan yang Ratu rasakan kalut tak karuan. Sesekali ia menggigit ujung kukunya sampai Siti menarik tangan gadis itu ke bawah.

“Non, jangan gitu nanti berdarah!” kata Siti padahal memang sudah terlihat ujung kuku sang majikan terluka.

Sesampainya di dekat rumah Amir, nampak beberapa warga telah hadir di sana. Hal yang Ratu takutkan pun terjadi. Ada kertas minyak berwarna kuning telah dikibarkan. Bendera kuning yang menandakan kalau salah satu penghuni rumah telah tiada. Siti turun dari delman lebih dulu. Dilanjutkan Ratu dengan langkah hati-hati.

“Siapa yang meninggal, ya?” gumam si pengendara delman.

“Iya ya, siapa yang meninggal ya?” imbuh Siti.

Tak lama nampak Adam yang keluar dari rumah Amir, tengah berbincang dengan seseorang melalui gawai yang ia dekatkan ke telinga. Pemuda itu menoleh ke arah Siti dan Ratu. Ia bergegas menyambut kedatangan kedua gadis tersebut seraya memutuskan panggilan di ponselnya.

“Ada apa kok pada ke mari?” tanya Adam.

“Si-siapa, siapa yang meninggal, Dam?” Ratu terbata-bata ketakutan.

“Amir yang meninggal,” sahut Adam.

“Inalillahi waa Innailaihi rajiun. Kapan meninggalnya, Mas Adam?” tanya Siti.

“Tadi ayahnya menemukan Amir jam lima subuh pas mau ambil wudhu,” jelasnya.

“Ketemu di mana? Kok, bisa? Dia meninggalnya kenapa?” Ratu terlihat panik dan mengguncang kedua bahu Adam.

“Wow, wow, wow, tenang dulu, Tu. Kamu ini kenapa sampai panik gitu?” Adam mengernyit.

Pemuda itu memegang tangan Ratu dan menurunkan dari lengannya.

“Tau nih, saya juga bingung. Non Ratu panik banget tanya-tanya soal Amir dan bahkan ngajak buru-buru ke sini buat liat kondisi Amir. Eh, taunya Amir udah meninggal,” sahut Siti.

“Kamu ikut aku, Tu. Kita bicara di mobil! Terus elu, Ti, tolong ambilin minum buat Ratu,” pinta Adam.

Pemuda itu menarik tangan Ratu untuk menjauh. Lalu, dia membawa gadis itu menuju ke mobilnya. Tatapan Ratu masih tampak terlihat ketakutan. Bahkan lebih cemas dari sebelumnya sambil menggigit ujung jarinya.

“Giliran sama Non Ratu aku kamu, giliran sama aku malah gue elu. Hmmmm, pasti ini Mas Adam ada apa-apanya sama Non Ratu,” gumam Siti.

Gadis itu hendak berbalik mencari air mineral dalam kemasan gelas, tetapi ia malah menabrak Adit.

“Heh, ngapain ada di sini Luh?” seru Adit.

“Mau ngelayat Amir, lah. Ngomong-ngomong air minum sebelah mana, Mas?” tanya Siti.

“Dih, dateng-dateng langsung cari minum,” sungut Adit.

“Buat Non Ratu. Buruan sebelah mana, tolong ambilin!” pinta Siti.

“Ratu? Mana orangnya?”

“Lagi dibawa sama Mas Adam ke mobil,” sahut Siti.

“Mau diapain di mobil?”

“Jangan ngeres, deh! Mereka ada pembicaraan empat mata tau!” Siti menepuk bahu Adit yang gempal.

“Siapa yang ngeres? Orang gue cuma tanya.”

“Udah buruan ambil minum sana! Aku mau ketemu Pak Ardi dulu deh buat bela sungkawa. Nanti kita ketemu lagi di sini.” Siti lantas meninggalkan Adit yang masih menatapnya bingung.

Sementara itu di dalam mobil, Adam menyerahkan tisu pada Ratu yang mulai menangis setelah menceritakan tentang mimpinya malam itu. Mimpi mengerikan di mana ia melihat Amir dihabisi oleh para makhluk kerdil.

“Amir memang ditemukan dekat sumur penuh luka, tetapi warga masih berasumsi kalau ada harimau yang turun gunung dan melukai Amir,” ucap Adam.

“Bukan harimau, Dam. Dia dibantai oleh makhluk kerdil. Makhluk pesugihan bapakku. Makhluk yang sekarang menuntut aku menjadi majikannya,” ucap Ratu.

Gadis itu percaya sepenuhnya pada Adam dengan menceritakan semuanya. Dia yakin Adam akan menjaga rahasia dan membantunya lepas dari penerus pesugihan sang ayah.

“Kamu nggak percaya ya sama aku?” Ratu menatap tajam ke arah Adam.

“Aku cuma mau kamu jangan menyalahkan diri kamu hanya gara pendapat kamu kalau kamu penerus pesugihan bapak kamu itu. Itu kan cuma pendapat kamu. Mungkin saja kalau benar pendapat warga, apalagi tadi Mas Karyo juga meyakinkan warga kalau itu terkaman hewan buas seperti macan,” kata Adam.

Sebenarnya pemuda itu bukannya tak percaya pada Ratu. Hanya saja, ia tak ingin rasa bersalah akan membuat gadis itu lebih ketakutan dan malah bisa menjadi depresi.

“Nggak, Dam. Ini karena aku. Pesugihan bapak mulai mencari tumbal. Dan aku yakin akan ada tumbal selanjutnya. Aku harus menghentikan pesugihan ini,” ucap Ratu.

“Anggap saja kamu benar, ya. Lalu, bagaimana menghentikannya?” tanya Adam.

“Mungkin, aku harus pergi seperti bapak. Karena aku tak pernah punya penerus, mungkin dengan begitu pesugihan ini akan terhenti,” ucap Ratu.

“Pergi? Pergi dari desa ini?” tanya Adam.

“Pergi dari dunia ini, Dam.”

“Hah? Omongan macam apa itu? Jangan gila kamu, Tu! Kamu mau mengakhiri hidup kamu sendiri, begitu? Bisa saja kan makhluk kerdil itu berpindah ke Sari atau penerus keluarga Hadinata lainnya yang belum kamu ketahui?”

“Gak, Dam. Aku penerus satu-satunya yang memiliki darah yang sama dengan bapak. Sari bukan anak bapak. Jadi kalau aku mati–”

“Jangan ngaco!” bentak Adam mulai tak sabar menghadapi ide konyol Ratu.

Tiba-tiba, keduanya dikejutkan dengan ketukan di jendela mobil. Karyo tersenyum ke arah Adam setelah membuat ketukan kedua.

“Ada apa, Mas?” tanya Adam seraya membuka pintu mobil.

“Non Ratu, bisa ikut saya?” tanya Karyo.

Ratu yang sedang menyembunyikan wajahnya di balik tisu, menoleh pada Karyo.

“Ikut ke mana?” tanya Ratu.

...*********...

...To be continued ...

1
Zuhril Witanto
lanjut....
Zuhril Witanto
lanjut lah ....
Zuhril Witanto
kok gak pernah up thor
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
up dong kak ...
Ainun Asya Rzky
/Cry//Cry/ kak ve.... kngeeeeen
.. novel2 horor kak ve... emang terbaik.... 👍👍
Zuhril Witanto
semangat up kak....
Zuhril Witanto
lanjut thor
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...

Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...

Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
𝓿𝓪𝓷𝓲𝓪
semangat up nya kak vie
Bunda silvia
Bagus cuman nunggu up lama
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
Karyo mencurigakan...
Mama Jasmine
ishhhh si karyo ganggu aja
rodiah
hadeuuuh mas karyo juga misterius itu...
Haryati
wih mas Karyo selalu muncul....curiga nih curuga
Mama Jasmine
mengerikan 😖😖😖
Haryati
haduh Adam hayoook cepat bertindak sebelum banyak korban lagi
Zuhril Witanto
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!