PESUGIHAN BAPAK
...Bab 1 - Mimpi Buruk Ratu...
Di sebuah rumah tua yang megah dengan suasana minim pencahayaan, gadis bernama Ratu Azalea itu mencoba melangkah. Gadis berambut panjang yang dikuncir kuda itu mencoba menapaki lantai. Tubuh kurus dengan tinggi 165 cm itu tiba di anak tangga yang menuju ke lantai bawah dan kayunya mulai rapuh.
Rasa penasaran membuatnya menuruni anak tangga. Pijakannya itu sampai mengeluarkan suara yang membuat siapa pun akan khawatir ketika memajukan langkah lebih jauh. Udara di dalam ruangan bawah tanah itu terasa semakin dingin dan pengap.
Gadis bermata cokelat itu berusaha menatap tajam ke depan di ruangan yang minim pencahayaan tersebut. Sementara dari kejauhan, Ratu mendengar gemericik air yang menetes dari langit-langit. Mungkinkah hujan di luar sana, batinnya.
Embusan angin dingin mulai membuat tubuhnya merasa menggigil. Gadis berparas ayu itu berusaha menapakkan kaki jenjangnya semakin dalam menuju ke sebuah ruangan yang lebih lembab dari ruangan sebelumnya. Napasnya terasa makin sesak.
“Di mana aku sebenarnya?” lirihnya.
Pasalnya, Ratu tak pernah ingat kalau dia pernah ke tempat seperti itu. Pijakan di lantai semakin membuat telapak kaki kasar itu mulai tak nyaman. Ratu mencoba menajamkan lagi penglihatan sampai ia dapati lantai itu menghitam.
Tiba-tiba, suara pria tengah bersenandung dengan siulannya terdengar dan membuat gadis itu mendekat. Pria yang hanya bisa Ratu lihat punggungnya itu tengah bersenandung seraya memotong sesuatu di hadapannya.
Tak jauh dari pria itu, terdapat sebuah kursi yang membuat Ratu semakin terperanjat. Sosok seorang wanita berada di sebuah kursi dengan kedua tangan terikat ke belakang. Wanita berusia 40 tahun berwajah cantik itu terlihat pucat, matanya juga melotot. Mulut wanita itu juga terbuka menganga. Parahnya lagi wanita itu bersimbah darah dengan luka sabetan benda tajam di bagian tubuh depannya.
Ratu yakin kalau wanita itu sudah tewas. Gadis itu langsung bergidik ketika menyadari kalau suara yang sedari tadi dia dengar bukanlah tetesan air dari langit-langit yang bocor, melainkan suara tetesan darah yang terus menerus keluar dari dalam tubuh wanita itu.
Pria itu selesai dengan kegiatannya. Ia baru saja melakukan tindakan keji yang mengerikan. Kini, Ratu dapat melihat sosok anak kecil terkulai tak bernyawa di hadapannya. Bahkan dengan kondisi tubuh yang tak lengkap. Pria itu menyerahkan potongan tangan manusia ke sesosok makhluk kerdil yang terlihat melompat kegirangan.
Ratu ingin berteriak, tetapi tenggorokannya tercekat. Tubuhnya bahkan kaku tak bisa bergerak. Akhirnya, sepasang mata lentiknya saling bertemu dengan mata merah menyala milik makhluk kerdil itu.
“Ratu! Ratu, bangun Nak!”
Suara nyaring ibu panti membangunkan gadis itu dari mimpi buruknya. Peluh bercucuran ketika gadis itu tersentak dan mendapati langit-langit kamar yang sangat ia kenali itu.
“Bu Ros, hiks hiks!”
Ratu langsung menangis memeluk wanita renta berusia 55 tahun itu.
“Kamu pasti mimpi buruk lagi, ya?”
Bu Ros lagi-lagi bertanya seraya tersenyum. Anak perempuan berusia tujuh tahun berkepang dua, membuka tirai jendela kamar Ratu.
“Kak Ratu tadi gelagapan kayak nggak bisa napas. Aku panik tau, Kak. Terus aku panggil aja Bu Ros ke sini,” aku gadis kecil bernama Indah itu.
“Kenapa belakangan ini kamu sering sekali mimpi buruk? Apa mimpi makhluk kerdil itu lagi?” tanya Bu Ros pada Ratu.
Ratu hanya bisa menggeleng lemah. Ia meraih gelas di atas nakas samping ranjangnya. Meneguknya sampai habis.
Sudah sebulan ini Ratu kerap mengalami mimpi buruk itu. Akan tetapi, ia tak berani menceritakannya secara detail pada Bu Ros.
“Bersiaplah untuk ke sekolah, hari ini kamu masih ujian akhir, kan?”
“Iya, Bu.” Ratu mengangguk.
“Makanya kalau abis subuh jangan tidur lagi, Kak!” celetuk Indah.
“Hehe, habisnya aku ngantuk, Ndah.” Ratu bangkit meraih handuk.
“Nonton drakor terus, sih. Mentang-mentang dapat wifi gratis dari warung sebelah.”
Indah yang satu kamar dengan Ratu merapikan buku di tasnya. Gadis berusia tujuh tahun itu gaya bicaranya lebih dewasa dari usianya kalau Ratu pikir.
“Kalian jangan lupa sarapan dulu. Mbak Yam udah masak nasi goreng,” kata Bu Ros.
“Siap, Bu!”
Ratu dan Indah menyahut bersamaan.
Ratu dan Indah tinggal di panti asuhan sejak kecil. Menurut Bu Ros, Ratu dititipkan di depan panti saat berusia lima tahun. Namun, Ratu tak bisa mengingat masa kecilnya selama lima tahun sebelum dititipkan di Panti Asuhan Gembira.
Sedangkan, Indah ditinggalkan di depan panti asuhan sejak bayi. Mungkin, usianya baru beberapa hari kala itu. Tali pusatnya saja masih menempel. Ratu kini berusia tujuh belas tahun. Sebenarnya ada dua orang anak perempuan yang seumuran dengannya. Hanya saja salah satunya sudah diadopsi sejak berusia sepuluh tahun dan yang satu lagi baru saja menikah muda tahun lalu.
Pada kenyataannya, banyak yang ingin mengadopsi Ratu. Namun, gadis itu tak pernah ingin pergi dari Bu Ros. Ratu selalu membuat ulah agar dibenci para orang tua asuh dia tidak jadi mengadopsinya. Hanya ada satu orang tua asuh bernama Bapak Hadinata Praditha yang setiap beberapa bulan sekali mengunjungi panti dan tak pernah membenci Ratu. Namun, sudah tiga bulan ini Bapak Hadi tak berkunjung. Ratu mendengar kabar kalau beliau sedang sakit.
“Aku berangkat dulu ya, Bu.”
Ratu mengecup punggung tangan wanita tersayangnya itu. Di belakangnya, Indah dan anak-anak panti yang lain mengikutinya untuk salim pada Bu Ros.
“Pulang sekolah langsung pulang ya, jangan pada main!” kata Bu Ros memberi peringatan.
“Aku nggak janji ya, Bu. Aku kan kerja,” sahut Ratu mengedipkan satu kelopak matanya
Bu Ros membalas dengan senyuman hangat seraya mengangguk. Ia paham betul dengan watak gadis pekerja keras itu. Ratu tak pernah malas dan selalu saja ingin membantu keuangan panti asuhan. Wanita itu juga tak pernah memaksa Ratu untuk menerima orang tua asuh yang akan mengadopsinya.
“Ratu! Nanti malam bantuin aku di warung ya?” Suara seorang wanita berteriak lantang terdengar.
Ratu melangkah mendekat sebelum menyebrang menuju ke halte.
“Emang di warung nanti malam ada apa, Mbak?” tanya Ratu pada Raya si pemilik warung.
“Ada yang ulang tahun di warung, Mbak. Anak-anak muda gitu pada borong semua nasi kucing dan lauknya.”
“Wah, keren! Nah, anak muda kayak gini nih yang membantu perekonomian UMKM kecil kayak, Mbak. Jangan ngerayain ultah kafe mahal,” ucap Ratu.
“Kan, gak semua mahasiswa bisa ultah di kafe, Tu.”
“Oke, deh Mbak. Aku berangkat sekolah dulu, ya. Nanti malam aku ke sini.” Ratu lantas melambaikan tangannya pada Raya dan hendak menyeberang.
Hampir saja Ratu tertabrak sebuah sedan hitam yang berdecit ketika si pengemudinya menginjak rem secara tiba-tiba.
“Woi, kalau jalan pakai mata, dong!” seru seorang pria berambut gondrong nan ikal sebahu itu.
Ratu memicingkan mata dengan tatapan kesal. Namun, tatapannya tertuju pada sosok tampan dengan rambut cepak hitam dengan garis wajah tajam berlesung pipi. Pemuda yang menggemaskan dan membuat raut wajah Ratu melunak. Gadis itu melukis senyum manis kemudian.
“Wah, gue yang bentak dia, kenapa harus elu yang jadi perhatian dia, Dam?” keluh si gondrong pada pemuda di sampingnya.
“Maklum Bro, ketampanan turunan dari ayah gue emang selalu menarik buat dilihat para kaum hawa,” tutur pemuda bernama Adam itu tertawa kecil.
...******...
...To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Hati Yang Terkilan
si Ratu yg ngalami mimpi buruk...kok aku yg tegang gini../Facepalm//Facepalm/...
Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘
2024-08-02
0
Hati Yang Terkilan
mohon maaf Thor...aku mo nanya gimana tu nasi kucing...kurang ngarti aku Thor...
Salam Asli Sabahan.Malaysia.😘😘😘😘
2024-08-02
0
It's Bri
gapernah gagal😍
2024-06-05
0