Sinopsis :
Kyara Azura disiksa sampai mati oleh Juan dan Mulan. Kyara sangat menyesal karena percaya penuh pada mereka sebelumnya. Terlebih karena Kyara sudah membantu mereka membunuh suaminya sendiri, Miko Aditama, karena Kyara pikir suaminya lah yang membunuh ibunya.
Penyesalan Kyara membawa Kyara kembali ke masa lalu, ke 3 tahun yang lalu. Saat dirinya kabur di malam pengantin.
Kyara sadar dan harus merubah masa depan. Dia pun menyayangi suaminya, memberi perhitungan pada Juan dan Mulan, dan mencari pembunuh ibunya yang sesungguhnya.
Apakah Kyara berhasil mengubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 : Pembunuhan Kedua
Sudah 7 tahun lamanya Rani meninggal. Selama itu juga Sandriana bungkam. Dalam hati kecil Sandriana, ingin sekali dia membocorkan semua rahasia, tapi Soni tak sedetikpun lengah mengawasi Sandriana, apalagi kini Sandriana punya putri cantik berusia 5 tahun yang harus dia lindungi. Jika Kyara sampai lengah atas keselamatan Kyara, Zola akan mengambil Kyara darinya.
Suatu hari, diakhir pekan, Kyara tengah bersama Zola, jadi Sandriana pergi ke makam Rani. Di sana Sandriana melihat Miko menangis sambil menabur bunga di pusaran makam ibunya. Miko sudah besar, menjelma menjadi remaja laki-laki berusia 17 tahun yang tampan.
"Mama, kenapa Mama pergi? Apa benar kata Tante Mawar kalau Mama bunuh diri? Karena Mama tidak terima saat tau Soni ternyata anak haram Papa? Apa Mama tau, setelah Mama pergi, Papa membawa Tante Mawar dan Soni masuk ke rumah Kita. Mereka jahat, Ma. Tante Mawar sering mukul Aku. Saat Aku melawan, Tante Mawar dan Soni malah menuduhku berbuat kejam pada mereka. Hati Aku sakit Papa membela mereka. Apa Aku sekalian saja berubah kejam?" kata Miko sambil menangis.
"Miko?" Sandriana memberanikan diri menyapa Miko. Setelah kejadian itu, Sandriana tidak berani mendekati Miko lagi.
"Tante Anna?" Miko tidak menyangka bertemu Sandriana di makam ibunya.
"Kamu sering di pukul oleh ibu tirimu?" tanya Sandriana.
"Dimana-mana ibu tiri emang jahat. Sekarang Aku sudah besar, Aku sudah bisa membalas."
"Bagus," jawab Sandriana. Tatapan rasa bersalah Sandriana tidak bisa dia sembunyikan.
"Tante Anna kenapa sudah lama tidak bicara padaku?"
"Maafkan Tante, Miko, Tante punya alasan kuat melakukan ini."
Miko langsung memeluk Sandriana. "Dulu selain Mama, Tante lah yang selalu baik padaku. Bukannya Tante mau Aku jadi menantu Tante? Sekarang saja Tante. Aku mau tinggal sama Tante saja. Jadi anak atau jadi menantu Tante," pinta Miko. "Aku benci tinggal dirumah itu!" tambah Miko.
"Tidak bisa sekarang, Sayang. Kyara masih kecil, belum bisa jadi istri Kamu," jawab Sandriana. Sesaat Sandriana berpikir, lalu memutuskan sesuatu.
"Miko, Tante ingin bicara penting. Bukan di sini. Tapi nanti sore. Sejam lagi Tante akan mengirim pesan untukmu, lokasi tempat pertemuan Kita. Tante minta nomor telepon Kamu."
Miko agak heran dengan sikap aneh Sandriana, namun Miko tetap memberikan nomor ponselnya. Mereka tidak tau, orang suruhan Soni setiap detik mengawasi mereka, dari jauh, tanpa sepengetahuan mereka.
Setelah bertukar nomor ponsel, Sandriana ziarah sebentar lalu pergi meninggalkan Miko. Orang suruhan Soni yang selama ini mengawasi 24 jam Sandriana, melaporkan pada Soni tentang Sandriana yang akan segera bertemu Miko lagi.
Di kediaman Aditama, Soni baru saja dapat telepon dari anak buahnya, mengenai sikap mencurigakan Sandriana. "Orang ini harus mati hari ini juga, beraninya dia ingin memberitahu Miko kejadian 7 tahun yang lalu," kesal Soni. Soni menyusun rencana mengerikan.
Soni turun ke bawah, memanggil istri dan anaknya. "Clara, Juan, bagaimana kalau malam ini kita camping?" ajak Soni, berpura-pura manis.
"Ye, Aku mau Pi," jawab Juan, yang kalau itu masih berusia 9 tahun.
"Tumben ngajak kemah? Biasanya selalu sibuk," sahut Clara.
"Tidak mau ya sudah," jawab Soni.
"Jangan ngambek dong Sayang, Ayo Kita berangkat. Aku suruh pembantu dulu menyiapkan barang-barang Kita," jawab Clara.
"Kita camping di mana, Pi?" tanya Juan.
"Nanti kalian akan tau."
Satu jam kemudian, Miko mendapat pesan dari ibunya Kyara, mereka akan bertemu di pabrik tak terpakai Aditama group, yang lokasinya dua jam dari kota. Tempat itu di pinggir kota. Pabrik itu sudah setahun bangkrut dan tak pernah lagi dipakai.
Sandriana juga mengirim pesan pada Zola, kalau dia ingin Zola merawat Kyara dengan baik. Kalau bisa, setelah dewasa, Kyara harus menjadi istri Miko. Setelah mengirim pesan pada mantan suaminya, Sandriana kemudian berangkat. Dia tidak bodoh, Sandriana melihat anak buah Soni mengikuti mobilnya.
"Rani, sebentar lagi Aku datang. Maafkan Aku Rani." Sandriana menangis sambil menyetir mobil.
Sesampai di tempat, hari sudah sore. Betapa terkejutnya Sandriana melihat Soni sudah berada di sana duluan. Anak buah Soni juga tiba.
"Jadi hari ini Kamu memutuskan mati?" Suara Soni membuat Sandriana bergidik ngeri.
"Cepat atau lambat bau bangkai yang Kamu tutupi pasti akan tercium."
"Kalau begitu, Aku akan memindahkan bangkai itu ke laut, jadi tidak akan ada yang tau tentang bangkai itu selain diriku. Bagaimana kalau anakmu saja yang mati?"
"Mantan suamiku orang yang cukup berpengaruh. Dia akan mengejarmu sampai ke ujung dunia jika Kau berani membunuh putri Kami."
"Papaku saja bisa ku kelabui apalagi Zola Candra. Aku, Soni Aditama, tidak ada yang bisa melawanku. Mau buktinya?" Soni mengeluarkan pistol dari balik jasnya. Dia mengarahkan pistol ini ke Sandriana.
"Bayangkan kalau pistol ini ku todong di wajah cantik putrimu," ancam Soni.
Soni sukses membuat Sandriana kembali ketakutan, seperti 7 tahun yang lalu.
"Jangan bunuh putriku." Sandriana dengan putus asa langsung berlutut di hadapan Soni. "Bunuh Aku saja, anakku tidak tau apa-apa." Tubuh Sandriana gemetar penuh peluh.
"Kalau begitu, sebelum Kau mati, bilang pada Miko kalau ibunya mati bunuh diri, bukan ku bunuh. Setidaknya nyawa putrimu aman setelah Kau mati," titah Soni.
Sandriana mengangguk dengan pasrah.
"Ayo Kita sembunyi dan lihat bagaimana wanita ini menepati janjinya," titah Soni pada anak buahnya. Merekapun bersembunyi menunggu Miko datang.
Belum sampai 10 menit, Miko akhirnya datang. Miko melihat wajah Sandriana pusat pasi.
"Tante Anna kenapa?" tanya Miko.
"Tante tidak Papa. Ada yang mau Tante katakan padamu. Mengenai kematian Mamamu." Miko melihat Sandriana sangat gugup, sampai suaranya gemetar.
"Kenapa dengan mendiang Mama?"
Batin Sandriana terus menimbang, apa yang harus dia katakan. Apakah dia akan berbohong atau dia akan jujur meskipun nyawa Kyara jadi taruhannya.
Sandriana sudah memutuskan. Sandriana langsung menggeleng.
"Kamu harus janji jaga anak Tante, Miko. Dengan begitu Tante bisa tenang. Jadilah suaminya, lindungi Kyara setiap detik. Kamu mau kan?" pinta Sandriana, matanya berkaca-kaca.
"Iya Tante, Miko janji."
"Ibumu di cekik Soni sampai mati lalu di dorong dari tangga," kata Sandriana bicara dengan cepat.
Dor
Alangkah terkejutnya Miko mendengar suara tembakan. Sandriana langsung tumbang bersimpah darah. Soni menembak dada Sandriana, tepat di bagian jantung.
"Tante Anna ..." Miko memeluk tubuh Sandriana yang bersimpah darah. Sandriana sudah kehilangan nyawanya.
"Bangun Tante ..." Miko menangis.
Soni keluar dari persembunyiannya. "Tidak sia-sia Aku belajar menembak sejak remaja, sangat tepat sasaran," ucap Soni.
"Ternyata benar kata Tante Anna, Kamu membunuh ibuku."
"Lalu Kamu mau apa? Kamu sendiri tidak bisa melawanku. Lihatlah, saksi mata satu-satunya sudah mati. Seharusnya sejak dulu dia mati," jawab Soni. "Kamu sudah terlanjur tau. Kamu dan anak wanita ini akan ku bunuh juga," ancam Soni.
"Aku tidak takut. Aku akan melindungi anak Tante Anna dan diriku sendiri." Miko berdiri. Tanpa basa-basi langsung menendang pistol Soni hingga terjatuh.
"Ku bunuh Kau!" teriak Miko, langsung mencekik leher Soni, sekuat tenaga.
semoga sehat selalu dan semangat membuat karya baru lagi..