Mengetahui pacarnya berselingkuh, membuat Diandra patah hati, tanpa sengaja malah meniduri keponakan pacarnya.
Karena kejadian itu, sang keponakan memaksa Diandra untuk memutuskan hubungannya, demi kedamaian keluarga, Diandra memilih meninggalkan kota itu bersama sahabatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Pernikahan
Udah dobel update yaa...
Jangan bosen buat tinggalin jejak.
Oh ya, mulai besok aku kayaknya nggak bisa dobel update, aku mau revisi bab awal, kayaknya banyak typo dan kata-kata yang pas, semoga aja cepat selesai, jadi bisa update lebih dari satu dalam sehari.
Dimas tak memberitahu ibunya, tentang kedatangannya bersama Diandra, dia hanya memberitahu pada asisten rumah tangga untuk membuat masakan istimewa.
Ada perasaan membuncah pada hatinya, jantungnya berdebar, berkali-kali dia menggigit bibirnya, untuk menahan agar tak tersenyum terus-menerus, jangan sampai wanita duduk di samping kemudi, menyangka nya gila.
Bahagia, satu kata yang kini menggambarkan lelaki yang beberapa bulan lagi berusia tiga puluh enam tahun, bagaimana tidak, penantiannya selama ini, berakhir sudah, dia akan kembali memperkenalkan wanita yang dicintainya pada sang ibu.
"Di, kalau aku lamar kamu, kira-kira diterima nggak?" pertanyaan itu tercetus, dan setelahnya Dimas merasa gugup bukan main, saat menunggu reaksi dari Diandra.
"Em, Aku sih mau, tapi apa keluarga kamu mau memaafkan kesalahanku dulu? Dan menerima putraku juga," Diandra senang mendengar jika Dimas benar-benar serius dengannya, sama seperti saat keduanya remaja, tapi mengingat dirinya yang pernah tidur dengan keponakan kekasihnya, bahkan menghasilkan seorang anak karena hubungan itu, apa mungkin Dewi dan Dessy mau memaafkan dan menerimanya?
"Kita bisa jelaskan sama-sama, harusnya mereka menerima kamu dengan tangan terbuka, dan memaafkan kamu, seperti kamu yang mau menerima aku dan memaafkan karena kesalahan yang aku lakukan dulu,"
"Apa kamu serius benar-benar mau menerima aku kembali? Kamu mencintai aku begitu?" tanya Diandra.
"Aku tunggu kamu selama enam belas tahun ini, kamu masih meragukan aku?"
"Tapi kenapa sejak kita kembali bersama, kamu nggak pernah cium aku? Padahal kita sudah sama-sama dewasa,"
Dimas melongo tak percaya, bagaimana bisa hanya karena mereka tak berciuman, cintanya diragukan?
"Kamu nggak cinta sama aku? Apa karena aku udah jadi seorang ibu, kamu udah nggak tertarik sama aku?"
"Astaga Diandra, masa kamu mikir kayak gitu sih, bukankah aku memang seperti itu, dulu maupun sekarang, aku hanya ingin menjaga kamu, aku nggak mau merusak kamu, aku akan melakukannya, usai kita menikah nanti,"
"Tapi kita udah dewasa, udah kepala tiga loh, sekedar ciuman aja, kan nggak merusak,"
"Kenapa kamu jadi frontal gini sih? Aneh banget," sahut Dimas heran, "Dengar sayangnya Dimas, aku mencintai kamu, benar-benar mencintai kamu, jika aku memulainya, aku yakin tak akan bisa menahan diri, bisa saja kita berakhir tidur bersama, memangnya kamu nggak keberatan? Kamu nggak marah nantinya sama aku?"
Diandra terkikik, "Ya nggak lah, aku malah seneng,"
Andai Dimas tak mengendalikan diri dengan baik, mungkin kini mobilnya sudah menabrak, hanya karena mendengar ucapan kekasihnya.
Dimas luar biasa normal, sebagai lelaki dewasa, dia memiliki gairah yang tinggi, apalagi pada wanita yang dicintainya, dulu ataupun sekarang, dia ingin sekali melakukannya, tapi dia tak mau kekasihnya marah, karena tindakan brutalnya ketika berada diatas ranjang, lebih baik menahan diri, dari pada ditinggalkan lagi.
"Sepertinya, kita harus secepatnya menikah, aku akan bilang ibu nanti, kamu mau kan?"
"Kamu kenapa nggak romantis sekali? Harusnya aku dilamar di tempat yang bagus, masa didalam mobil, yang terjebak kemacetan, nggak keren banget,"
Dimas menahan senyumannya, "Aku akan siapkan segera, tapi kamu harus terima aku ya!"
"Ya jelas diterima lah, masa nggak, memangnya aku bodoh apa? Udah kamu ganteng, kaya, baiknya luar biasa, dan yang utama kamu mencintai aku,"
Rasanya Dimas ingin berteriak, memberitahukan pada seluruh dunia, jika saat ini, dia bahagia, tapi tak mungkin dilakukannya, bisa-bisa dia dikatai gila.
"Aku akan menyuruh orang untuk segera mengurus kelengkapan administrasi pernikahan, aku juga akan segera mendatangi Aditya dan ibunya untuk meminta ijin menikahi kamu, juga pada putra kamu, apa kamu setuju?"
Kini, tanpa sedikitpun keraguan Diandra mengangguk, dia jelas setuju, cintanya pada Dimas, yang sempat dia simpan disudut hati terdalam, kini kembali tumbuh subur, seperti awal mereka bersama dulu. Mengenai kesalahan, yang pernah mereka lakukan, keduanya anggap, itu sudah impas.
***
Begitu tau siapa yang datang berkunjung, Dewi terkejut, tapi dia bahagia, bagaimana tidak, mantan calon tunangan putranya, yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri, datang ke rumahnya.
Belum lagi, saat Diandra mengaku, jika dia sebenarnya belum menikah, semua itu dia lakukan untuk menguji Dimas.
Namun ada yang membuat Dewi bertanya, "Jika belum menikah, lalu apa anak yang kamu dan kawanmu asuh, itu anak adopsi?"
Diandra menceritakan tentang kejadian enam belas tahun yang lalu, saat dirinya patah hati, mengetahui, Dimas mengkhianatinya, dia yang sedang kalut, tanpa sengaja meniduri seorang lelaki, dia juga menceritakan, jika dia baru menyadari hal itu membuahkan hasil, saat sudah menjalani perkuliahan.
Tak lupa Diandra meminta maaf, karena dia membuat Dewi kecewa, nyatanya dia tak jauh bedanya dengan Dimas.
"Sudahlah, tak apa, toh semua sudah berlalu, jadi selama ini, kamu tidak berhubungan dengan lelaki manapun, selain Aditya?"
"Aditya sudah Dian anggap sebagai adik sendiri, kami bekerja sama membesarkan Rainer, tak ada minta Aditya pada Dian, beberapa kali, Dian meminta dia menikah, tapi selalu di tolak, karena memang tak ada rasa, seperti layaknya lawan jenis,"
"Syukurlah kalau begitu," Dewi bernafas lega, "Lalu apa rencana kalian?" tanyanya.
Mereka berada di sofa ruang tengah, Dewi duduk bersebelahan dengan Diandra, sementara Dimas duduk di sofa singel.
"Karena Dian udah nggak ada keluarga, sebagai gantinya, aku mau menemui, ibu Kartini dan Adit, juga Rainer untuk segera melamar Dian, gimana menurut ibu?"
Dewi menatap keseriusan di wajah putra dan calon menantunya, "Kalian serius?"
Keduanya mengangguk yakin, "Dimas, akan minta ke pak Jaya, untuk mengurus administrasi pernikahan, lalu masalah resepsi, Dimas persilahkan ibu dan Dian juga mbak Dessy untuk mengurusnya,"
Diandra menggeleng, "Boleh nggak Bu, nggak usah resepsi, kita kumpul keluarga dan teman dekat aja, Dian malu, apalagi Dian udah punya buntut," pintanya.
"Tapi sayang, kolega bisnis aku gimana, masa nggak diundang, mereka pasti kecewa, lagian emang kamu nggak tau, kalau ada rumor di luaran sana yang bilang, kalau calon suami kamu, penyuka sesama jenis, aku perlu menepisnya,"
"Oke, tapi jangan semeriah pertunangan Denis kemarin, aku nggak mau, aku mau yang sederhana, kalau mau pesta, kita pesta kebun aja, pokoknya tamunya jangan banyak-banyak,"
Melihat perdebatan dua orang dihadapannya, membuat Dewi menggeleng, calon menantunya, sama sekali tak ingin numpang tenar dengan nama besar keluarganya, dari dulu, Diandra membuat Dewi takjub dengan sifatnya yang sederhana.
"Ibu setuju sama Dian, kalian bisa menikah di Bali, kita pakai milik kita Dimas, kita buat private party, khusus keluarga besar, teman dan kolega bisnis kamu," Dewi memberi usul.
Akhirnya mau tak mau Dimas setuju, apapun permintaan Diandra, dia akan penuhi, demi kebahagiaan wanita yang amat sangat dicintainya.
sungguh mantap sekali 👍✌️
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘