Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemandangan indah
Setelah kepergian pria tersebut, Justru Winda kepikiran. Ia ingat kata-kata Erlangga kemarin, saat anak itu menangis dan menyebut kalau Mamanya membawa laki-laki lain. Timbul pikiran negatif dalam diri Winda.
"Apa jangan-jangan Mamanya selingkuh? Masa iya? Apa kurangnya Papa Erlangga? Tampan, berkarisma, dan... aduh Winda kenapa kamu jadi mikirin laki orang. Astagfirullahal adim, ngapain juga aku ngurusi rumah tangga orang?" Lirihnya.
"Woy, Winda! Kamu ngapain ngomong sendiri?" Suara Jeje mengejutkannya.
"Astagfirullah...Jeje, kamu ngagetin saja!"
"Habis kamu sih kayak orang stres melamun dan ngomong sendiri. Itu kemarin pesanan undangan atas nama Diandra sudah selesai?"
"Iya sudah. Itu ambil di rak. Paperbag warna hitam. Totalnya tujuh ratus lima puluh ribu. Sudah DP dua ratus lima puluh. Jadi kurang lima ratus ribu."
"Siap, Bos."
Jeje membawa undangan tersebut keluar.
Setelah kepergian Jeje, Lagi-lagi Winda ingat Erlangga. Anak itu sepertinya sangat tertekan. Tapi Windi tidak berhak untuk spek up kepada Papanya Erlangga. Ia tidak ingin memperkeruh keadaan.
"Ah kenapa aku lupa menanyakan nama, Papanya Erlangga tadi. Tapi untuk apa juga? Oh ya ampun, Winda... stop memikirkan masalah orang lain. Pekerjaanmu lebih penting." Batinnya.
Sore harinya, di kantor Javier.
Setelah shalat Ashar di musholla, Javier dan Windi turun ke lantai bawah. Mereka akan pulang ke rumah. Namun, Windi tidak ingin langsung pulang. Ia mengajak Javier pergi ke pusat perbelanjaan karena dirinya ingin sekali makan wafel, jajanan yang biasa dijual di Mall.
"Harus sekarang ya, sayang?"
"Iya, Sayang. Ngiler banget rasanya."
"Tomi, kita ke Mall XXX."
"Oke, bos."
Mereka menuju Mall yang di maksud.
Sampai di sana ternyata sudah adzan Maghrib, jadi mereka langsung shalat di Musholla yang berada di dalam Mall. Setelah sekesai shalat, Windi langsung pergi ke pusat makanan yang berada di lantai 3. Ia membeli wafel, churros, dan chicken pok-pok. Dirinya yang memang doyan ngemil, tidak hanya membeli satu dalam setiap item. Tapi ia membeli dengan berbagai varian rasa.
"Sayang, yakin dihabisin?"
"Nanti buat dibagi sama orang rumah dan Kak Tomi juga, Sayang."
"Oh... iya iya."
Setelah pesanannya sekesai, mereka segera turun ke lantai bawah. Namun saat masuk lift, mereka bertemu dengan Kirana. Ia tidak sendiri, melainkan dengan seorang pria yang usianya jauh lebih dewasa darinya alias Om-om.
"Kak Javier."
Javier melirik orang yang digandeng Kirana. Sontak Kirana langsung melepaskan tangannya.
"Tuan Hendra."
"E.. e Tuan Javier." Pria tersebut gelagapan.
Bagaimana tidak, pasalnya Javier sangat mengenalinya. Tuan Hendra Suroso Manager perusahaan Kosmetik. Usianya sekitar 45 tahun. Memiliki istri dan dua anak.
"Tuan, anda jangan bermain api! Ingat anak dan istri di rumah." Ujar Javier dengan terus terang.
"Tuan Javier, ini tidak seperti yang anda pikirkan. S-saya dan Kirana ada kontrak kerja. Dia akan menjadi BA produk terbaru kami. Iya begitulah. Jadi anda jangan berspekulasi yang macam-macam dulu, hehe..."
"Oh ya?"
"I-iya betul sekali."
"Oh, syukurlah kalau begitu."
Pintu lift terbuka, mereka keluar.
"Tuan Javier kami ke sana duluan."
"Iya, silahkan."
Dalam hati Kirana berbunga-bunga. Ia mengira bahwa Javier masih sangat memperdulikannya. Itu artinya, Javier masih menyimpan rasa kepada, begitu anggapannya. Beda hal dengan maksud Javier yang peduli karena dia masih keluarga Ummah dan tidak mau nama baiknya nantinya akan dibawa-bawa jika terjadi sesuatu kepada Kirana.
Windi dan Javier masuk ke dalam mobil.
"Sayang, kamu percaya sama Pak Hendra?" Tanya Windi.
Javier mengedikkan bahunya.
"Sudah, jangan pikirkan mereka. Makanlah, bukankah kamu tadi sangat menginginkan ini?"
"Ah iya.... "
Windi pun menyiapkan wafel rasa tiramisu ke dalam mulutnya.
"Aa..." Windi menyuapi Javier. Dengan terpaksa ia membuka mulut.
"Enak, Sayang?"
"Iya, enak."
"Ya, Allah, kapan hamba ada yang menyuapi?" Batin Tomi.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah. Windi membagikan jajanan yang ia beli kepada Tomi dan asisten rumah tangga.
"Ummah mau?"
"Ummah mau churros saja."
"Babah?"
"Biar kami makan berdua."
Windi masih menyimpan sebagian untuk ia makan nanti. Saat ini ia makan malam bersama suami dan kedua mertuanya.
Tidak ada kegiatan ranjang malam ini. Mereka tidur dengan pulas. Namun saat pertengahan malam, Windi terbangun di tengah malam. Ia merasa lapar. Untung saja ada chicken pok-pok yang ia simpan tadi. Ia turun ke dapur untuk makan. Sedangkan Javier, baru saja terbangun karena ingin buang air kecil. Ia terkejut saat tidak menemukan istrinya di sampingnya.
"Kemana dia?" Monolognya.
Setelah selesai dari kamar mandi, Javier turun ke bawah mencari istrinya. Dan benar saja, saat ini istrinya sedang makan.
"Sayang, kamu sahur?"
"Hehe... sayang, aku lapar."
"Tumben?"
"Nggak tahu nih. Bangun-bangun perutku bunyi."
"Ya sudah lanjutkan, aku temani."
"Kamu mau?"
Javier menggelengkan kepala.
Setelah selesai makan, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka tidak menyiakan waktu malam ini. Javier mengajak istrinya untuk shalat tahajud. Dengan senang hati, Windi mengiyakan. Mereka berdua bermunajat kepada Tuhannya. Bersimpuh memohon ampun dan meminta pertolongan. Windi mengamini setiap do'a Imamnya.
"Sayang, Terima kasih sudah mau menjadi makmum ku. "
"Aku bersyukur bisa berdiri di belakangmu sebagai makmum shalat dan makmum hidupmu."
"Tidak salah aku memilihmu." Ujar Javier seraya mengecup pelipis istrinya.
"Tidak salah Allah mempertemukan kita." Bekas Windi. Seraya mengecup pipi suaminya.
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu. Yang jelas saat ini keduanya tengah bergelut di balik selimut menyelami indahnya lautan madu.Menikmati surga dunia.
Keesokan harinya.
Windi berusaha untuk tidak tidur lagi setelah shalat Shubuh. Ia sangat malu mengingat kejadian kemarin.
"Sayang, mau ke mana?"
"Ke dapur, membuatkanmu minuman."
"Tidak ingin tidur lagi?"
"Tidak, aku tidak mau malu lagi."
Windi segera pergi ke dapur. Javier mengulum senyum melihat kepergian istrinya. Ia pun berdiri dari tempat tidur dan pergi ke taman belakang untuk menghirup udara pagi.
Setelah sekesai membuatkan susu hangat untuk suaminya, Windi hendak pergi ke kamar.
"Non, Den Javier ada di halaman belakang."
"Oh ya, makasih Mbok."
"Iya Non, Sama-sama. "
Windi membawa nampan yang berisi segelas susu dan biskuit ke taman belakang. Di sana ia melihat Javier sedang senam.
"Sayang, diminum dulu susunya."
"Wah, susu hangat ini."
Javier duduk di bangku tangan. Ia meneguk susu hangat buatan istrinya.
"Pas manisnya. Terima kasih, sayangku." Ujar Javier seraya mengecup sebelah tangan Windi.
"Sama-sama."
"Hari ini weekend. Biasanya Kak Kanzha main ke sini bersama Rani."
"Oh ya?"
"Iya... tapi nggak tahu juga kalau dia ada jadwal lain."
Windi menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Javier mengusap kepala istrinya dengan lembut.
Kebersamaan mereka tak luput dari perhatian Ummah dan Babah. Mereka melihat anak dan menantunya dari balik jendela kamar.
"Indah sekali pemandangan pagi ini, Bah. "
"Hem.. iya, Ummah."
"Benar yang orang-orang bilang. Putra dan putri dari keluarga Pak Tristan itu memiliki akhlak yang baik. Mereka juga tidak sombong. Beruntung Javier bisa mempersunting putri dari keluarga mereka."
"Iya, Ummah. Tidak hanya canti parasnya, tapi juga hatinya. Semoga pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan."
"Amin... "
Bersambung...
...****************...
semangat untuk up date nya
💪💪💪
kalau nunggu pak dosen yg pdkt bakalan lama, semoga aja oma yani & oma widia punya cara untuk mendekatkan mereka, demi Khaira dan juga demi onty mimi biar gak jomblo , terus oak dosen noval juga tidak terus2an terbelenggu dg nasa lalu 😊
terimakasih double upnya thorrr🤩
lanjut thor
semangat untuk up date nya
double up date nya di tunggu thor