Pembalasan Atas Penghianatan Mu

Pembalasan Atas Penghianatan Mu

Dimas dan Diandra

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sepasang muda-mudi berseragam SMU memasuki rumah mewah dengan halaman depan cukup luas.

"Assalamualaikum, Dimas pulang," Teriak Pemuda itu, lalu mengajak pacarnya masuk kedalam rumah.

"Walaikumsalam, ga usah teriak-teriak bisa nggak? Denis lagi sakit," Kata wanita dengan penampilan formal, yang baru saja menuruni tangga.

"Loh mbak Dessy kok di rumah ga ke kantor?" Tanya Dimas, sedikit terkejut dengan keberadaan kakaknya di jam kerja.

"Ini mau ke kantor, mbak abis nganter Denis ke dokter," Jawab wanita berusia tiga puluh empat tahun itu, "Hai, ini siapa?" Dessy baru menyadari adiknya pulang tak sendiri.

"Oh ya mbak, kenalin ini pacar Dimas, namanya Diandra, Diandra ini kakak aku, mbak Dessy," Keduanya bersalaman, tak lupa Diandra mencium punggung tangan kakak dari pacarnya.

"Ya ampun sopan sekali, cantik lagi," puji Dessy, "Tapi maaf ya, mbak ga bisa temenin kamu lama-lama, mbak harus ke kantor," ujar wanita yang menjabat sebagai direktur di perusahaan yang bergerak di bidang farmasi.

"Ga papa mbak," jawab Dian, sapaan akrab Diandra.

Dessy pamit, tapi langkahnya terhenti, lalu menoleh pada adiknya, "Oh ya, Dimas jangan lupa sesekali lihatin Denis, terus kalo dalam dua jam panasnya belum turun, tolong kasih obat lagi, tadi mbak udah bilang ke mbok Nah, kayaknya, mbak pulangnya agak telat, ada meeting penting." Setelahnya, Dessy berlalu pergi.

Sepeninggal Dessy. "Di, kamu mau makan ga?" Dimas mengajak Dian menuju ruang makan, yang letaknya berseberangan dengan tangga, melewati ruang tengah yang luas, "Duduk dulu Di," Dian duduk disalah satu kursi di ruang makan, gadis itu mengangguk, tadi hanya sempat makan camilan di sekolah, dan kini perutnya mulai terasa lapar.

Dimas masuk ke dalam ruangan berpintu cokelat di samping dapur, tak lama kemudian lelaki itu, membawakan piring di ikuti wanita tua dibelakangnya.

"Ibu kamu mana?" tanya Dian disela-sela keduanya menyantap makan siang.

"Ibu lagi ke Bandung,"

Setelah mereka berdua menyelesaikan makannya, Dimas mengajak Dian naik ke lantai dua untuk melihat keadaan keponakannya.

Tepat di depan Tangga, terdapat pintu cokelat bertuliskan Denis room No Entry.

"Jangan kaget, Denis paling tidak suka ada orang yang masuk ke kamarnya," Dimas berkomentar saat Dian berhenti, ketika melihat tulisan yang terdapat di pintu.

Dimas membuka pintu setelah mengetuknya terlebih dahulu, Dian hanya berdiri di pintu, tak berani masuk, gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, kamar yang rapih, wangi, dan didominasi warna abu, hitam serta putih, ada meja belajar dan kursi berwarna putih yang menghadap tembok, disebelahnya ada ranjang hitam queen size yang diatasnya ada seseorang yang tertidur membelakangi pintu, keseluruhan tubuhnya tertutupi selimut berwarna abu.

Dimas menyentuh kening sosok yang tengah tertidur, untuk memastikan kondisinya, setelahnya dia keluar dari kamar itu.

"Dimas boleh aku tanya?" Ucap Diandra ketika keduanya baru saja memasuki kamar Dimas.

Lelaki itu mengangguk, "Denis itu siapanya kamu? Adik kamu ya?" Tanya Dian.

"Denis itu anaknya mbak Dessy," jawab Dimas yang sedang duduk di ranjang.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Dian bingung.

"Denis itu keponakan aku, beda sekitar tiga tahunan gitu, jadi aku sama mbak Dessy bedanya enam belas enam belas tahun, mbak Dessy langsung nikah abis lulus SMA, punya anak Denis setahun sesudahnya,"

Mereka saling bercerita tentang keluarga masing-masing, Dimas baru tau, kalo Diandra hidup sendiri di ibu kota, selama menjalin kasih, baru kali ini gadis itu menceritakan latar belakangnya,

Diandra menempati rumah warisan dari mendiang ayahnya yang meninggal saat dirinya baru lulus SMP, sedang ibunya menikah lagi setahun lalu, dan tinggal di Semarang dengan keluarga barunya, sedangkan untuk keperluannya, Diandra masih mendapatkan uang pensiun ayahnya yang dulunya merupakan seorang dekan di universitas negeri di ibukota.

Dimas kagum dengan gadis itu, gadis cantik berkulit putih, berambut hitam panjang sepinggang, bermata bulat, hidung tidak mancung juga tidak pesek, pas sekali, benar-benar gadis yang kuat.

Seminggu lagi mereka akan menghadapi ujian nasional, keduanya bersekolah di salah satu SMA Negeri Favorit di ibu kota, Diandra sekelas dengan Dimas, Dimas menyukai Diandra sejak mereka naik ke kelas tiga SMA, laki-laki itu baru mengungkapkan perasaannya sekitar dua bulan yang lalu, dan Diandra langsung menerima perasaan laki-laki itu. Alangkah bahagianya Dimas saat itu ketika cintanya diterima.

Hubungan mereka berjalan sangat baik, tak pernah ada sedikitpun cek-cok diantara mereka sejauh ini, layaknya anak ABG mereka berpacaran saat ada kesempatan, berangkat dan pulang sekolah bersama menaiki motor  milik Dimas, kadang mereka, pergi nonton, makan di cafe, mengunjungi toko buku, atau mengunjungi tempat wisata di akhir pekan.

Mereka berpacaran tidak lebih dari berpegangan tangan, paling jauh Dimas mencium pipi Diandra itu pun baru dua kali, saat ujian sekolah usai dan Minggu kemarin saat ulang tahun Diandra yang ke delapan belas.

Dimas sangat menjaga Dian, dia tak ingin merusak wanita itu, walau ada keinginan untuk memiliki Dian seutuhnya. seperti yang dilakukan oleh teman-teman tongkrongannya dengan para kekasih mereka, Dimas sering mendengar cerita teman-temannya tentang hubungan intim, sebenarnya dia sangat penasaran akan rasanya, tapi dia tidak ingin menyakiti kekasihnya.

Dimas bahkan mengajak Diandra untuk berkuliah di tempat yang sama, kelak saat mereka lulus,

Gadis itu tentu sangat menyambut baik ajakan pacarnya.

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, Diandra meminta Dimas untuk mengantarkannya pulang, "Denis kok Lo keluar kamar? Udah sembuh emang?" Tanya Dimas ketika laki-laki itu bersama pacarnya menuruni tangga, Denis baru saja menaiki tangga membawa botol air minum berwarna oranye.

"Udah turun panasnya bang, ini gue abis ambil air hangat di dapur," Denis memanggil Dimas dengan sebutan 'Abang' karena malu jika di panggil 'om' mengingat jarak usia mereka hanya terpaut tiga tahun.

"Eh, kenalin cewek gue Diandra, panggil aja Dian, Dian ini Denis anaknya mbak Dessy," Dimas mengenalkan mereka berdua, Denis meliriknya sekilas, sementara Diandra hanya tersenyum pada laki-laki yang tingginya sama dengannya.

"Jangan kaget sama Denis, dia emang orangnya dingin, cenderung pendiam," ucap Dimas ketika melihat raut wajah Diandra, saat Denis hanya meliriknya.

Dimas mengantarkan Diandra untuk pulang ke rumahnya, setelahnya ia menuju teman-temannya, malam ini mereka berencana mengunjungi tempat hiburan malam di kota itu.

***

Pukul sebelas malam, Dimas, Aris, Bimo dan Chiko telah sampai ditempat mereka janjian, sebuah club' malam, mereka memesan meja, dan memesan beberapa botol minuman beralkohol, mereka berpesta. "Dim, Lo mau ikutan booking cewek ga? Kita mau sewa kamar di atas," ucap Aris.

Teman-temannya yang sudah terbiasa melakukannya, hanya Dimas yang belum pernah melakukannya, sepertinya dia ingin mencobanya, "Boleh deh, tapi yang masih ABG ya!"

"Oke," Aris pergi untuk menemui mucikari langganannya.

Setelah beberapa saat, Aris datang dengan seorang wanita seksi yang berprofesi sebagai mucikari, wanita itu mengajak mereka menaiki lift menuju lantai empat yang terdapat banyak pintu, Dimas mendapatkan pintu paling ujung beserta kuncinya, setelah sebelumnya bertransaksi dulu dengan sang mucikari.

Dimas membuka pintu kamar layaknya kamar hotel, di samping pintu masuk ada kamar mandi, di dalam kamar itu, terdapat ranjang kayu yang dengan empat tiang disisinya, juga sprei berwarna merah, di sana ada wanita yang duduk membelakanginya.

Wanita itu menyadari kedatangan laki-laki yang akan memakai jasanya, dibawah cahaya remang-remang, wanita itu menggoda Dimas, mencumbu laki-laki itu yang hanya diam, lama kelamaan Dimas mulai terbuai, mereka berhubungan intim, tentu lebih banyak didominasi oleh wanita sewaan itu, setelah puas bergelut di ranjang, mereka tertidur.

Pukul lima pagi mereka terbangun, mereka mengulang kegiatan panasnya di kamar mandi, Dimas harus mengorbankan uang jajannya yang cukup banyak untuk mendapatkan pelayanan sampai pagi.

Sebelum berpisah, Dimas bertukar nomor ponsel dengan wanita yang mengaku bernama Mawar, sepertinya Dimas akan menjadi langganan tetap wanita yang memberikan layanan plus-plus.

Terpopuler

Comments

Siti Fatimah

Siti Fatimah

masuk daftar bacaan 👍

2024-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!