Sungguh malang nasib seorang pria miskin nan buruk rupa. Jonatan selalu dihina oleh sang mertua dan dia tak pernah mendapatkan cinta dari sang istri yang sudah satu tahun dia nikahi, bahkan mereka selalu tidur dengan terpisah.
Suatu hari, Jonathan tidak sengaja membunuh seorang preman demi melindungi sang istri, sehingga Jonathan harus dipenjara dan divonis hukuman mati. Nasib Jonathan semakin memilukan ketika dia harus kehilangan adiknya yang mati dengan cara yang sangat mengenaskan.
Disaat perjalanan dari pengadilan menuju lapas, tiba-tiba terjadi sebuah kecelakaan yang membuat Jonathan telah dikira mati, padahal sebenarnya dia ditolong oleh seorang pria yang mengaku bahwa dia adalah kepercayaan ayahnya.
Lima tahun berlalu, Jonathan kembali ke Indonesia mengubah identitasnya menjadi Rafael Wilson. Menantu yang dulu buruk rupa kini telah berubah menjadi seorang pria yang sangat tampan. Dan dia adalah sang penguasa di dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Malam ini secara mendadak Tuan Abian mengundang Jonathan dan Luna untuk makan malam bersama di mansion. Sebenarnya Luna sangat malas menginjakan kakinya ke mansion, setelah ayahnya menikah lagi, sehingga dia memiliki saudara tiri yang selalu iri kepadanya. Tapi terpaksa dia harus datang ke acara tersebut karena ayahnya bilang acara makan malam ini begitu sangat penting.
Selama makan malam Bu Amel sang ibu tiri dan juga Selena sang kakak tiri, mereka tiada henti menghina Jonathan. Bahkan Tuan Abian membiarkan itu semua.
"Kok kamu bisa sih mau menikah dengan pria seperti Jonathan? Kamu gak takut kalau anak kamu nanti mirip ayahnya." ucap Selena kepada Luna, dia memang sering menunjukkan rasa jijiknya kepada Jonathan setiap kali bertemu dengan pria itu, rasanya sangat mual sekali melihat wajah Jonathan.
Bu Amel pun membenarkan perkataan putri kandungnya itu. "Iya, kamu tuh aneh, Luna. Banyak pria yang mau sama kamu, mereka dari perusahaan ternama. Eh kamu malah milih menikah dengan OB. Mending kalau ganteng. Lah ini sudah jelek, dekil, dan miskin lagi."
Jonathan hanya bisa menundukkan kepalanya, dia berusaha untuk terus bersikap sabar atas penghinaan demi penghinaan yang telah dilontarkan oleh keluarga istrinya kepadanya. Dia sama sekali tidak berselera untuk makan.
Luna sangat merasa risih mendengar perkataan kakak tiri dan ibu tirinya itu, seolah-olah sedang memojokkannya karena telah salah memilih mencari seorang suami.
Brakk!
Luna menggebrak meja makan dengan begitu keras, membuat semua orang yang ada di ruang makan tersebut tersentak kaget.
"Jadi acara penting yang dimaksud oleh papa adalah dengan membiarkan kedua nenek lampir itu menghina suamiku?" Luna berkata dengan nada tinggi kepada ayahnya.
Selena sangat marah disebut nenek lampir oleh adik tirinya itu. "Kamu bilang apa? Nenek lampir? Cantik dan jelita begini kamu bilang aku nenek lampir?"
"Memang nyatanya seperti itu kan? Kamu dan mamamu hanya parasit di mansion ini!" Luna berkata dengan begitu emosi.
"Luna, jaga bicaramu!" bentak Tuan Abian kepada putri kandungnya itu. Dia tidak terima jika Luna harus menghina istri dan anak tirinya.
Jonathan hanya bisa mengepalkan tangannya, dia sangat merasa bahwa dirinya begitu lemah dan tak berguna. Sungguh dia sangat membenci dirinya sendiri. Jangankan untuk membela Luna, membela dirinya sendiri pun dia tidak mampu.
Luna bergegas menarik tangan Jonathan, untuk segera pergi dari sana. "Jo, ayo kita pergi."
Jonathan pun mengikuti perintah dari Luna, sampai kapanpun dia memang tidak akan pernah bisa diterima di keluarga sang istri.
...****************...
Jonathan sedikit-sedikit melirik ke arah Luna yang sedang menyetir mobil, karena Jonathan sama sekali tidak bisa menyetir mobil. Dia saat ini tengah duduk di samping Luna.
Hubungan dia sama Luna memang sama sekali tidak ada kemajuan, dia selalu merasa canggung dan sungkan kepada sang istri. Begitupun Luna, dia tak pernah memperlakukan Jonathan sebagai suaminya.
"Emm... Luna, turunkan aku di halte bus! Aku malam ini akan tidur di rumah sakit." pinta Jonathan.
Penyakit jantung Vanya kambuh lagi, sudah satu minggu Vanya di rawat di rumah sakit. Walaupun sekarang kondisinya sudah mulai membaik dan sudah diizinkan untuk pulang dua hari lagi, sehingga Jonathan tadi siang memaksakan diri untuk masuk kerja, karena sudah satu minggu dia cuti dari pekerjaannya untuk menjaga Vanya.
"Kita akan pergi bersama ke rumah sakit." ucap Luna dengan nada ketus.
Jonathan merasa terharu mendengarnya, walaupun Luna selalu bersikap dingin dan selalu berbicara dengan ketus kepadanya, tapi wanita itu selalu bersikap baik kepada adiknya yang berusia 16 tahun itu.
Namun, mereka dikejutkan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba saja menghadang mereka dari depan.
Ckiiitt!
Sontak Luna segera menghentikan mobilnya, dia terlihat begitu emosi sekali, segera turun dari mobilnya, menghampiri mobil di depannya itu.
"Kalau mengendarai mobil tuh..." Luna tidak meneruskan perkataannya, dia terkejut begitu melihat ada tiga orang pria berbaju hitam turun dari mobil.
Jonathan walaupun tidak bisa berkelahi, tapi dia tidak akan membiarkan istrinya terluka, sehingga dia pun segera keluar dari mobil untuk menolong Luna.
"Kalian siapa? Jangan macam-macam! Aku akan melaporkan kalian ke polisi." Luna berkata seperti itu sambil merogoh tas kecil yang dia kenakan.
Tapi dengan kasar salah satu preman itu memukul tangan Luna, membuat handphone yang dipegang oleh Luna terjatuh.
"Aahhh!" Luna meringis kesakitan.
Jonathan sangat emosi sekali melihat istrinya disakiti seperti itu, dia membogem wajah pria yang telah berani memukul tangan istrinya.
Bugh!
Sehingga terjadilah perkelahian diantara mereka berempat, satu lawan tiga, tentu saja Jonathan yang sama sekali tidak bisa berkelahi sangat merasa kewalahan.
Luna bergegas mengambil ponselnya yang tergeletak di aspal, dia segera menghubungi polisi.
Tanpa diduga, salah satu preman disana mengeluarkan sebilah belati dari jaketnya, dia ingin menikam perut Jonathan.
"Jo, awas!" teriak Luna. Entah perasaan apa yang dia rasakan terhadap Jonathan, yang pasti dia tidak ingin melihat Jonathan terluka.
Namun...
Jlebb!
Jonathan sangat syok ketika dia menahan belati yang hampir saja ditikamkan ke perutnya, tapi preman tersebut malah seolah-olah membuat seakan-akan bahwa Jonathan lah yang telah menikam perut preman tersebut. Padahal dia telah menikam perutnya sendiri dengan menggunakan tangan Jonathan.
Jonathan sangat terkejut melihat preman dihadapannya itu tumbang, darah pun telah merembes keluar dari perut preman itu. Sementara kedua preman yang lainnya melarikan diri begitu saja.
Jonathan nampak mematung memandangi kedua tangannya yang telah bersimbah darah.
Begitu pun dengan Luna, dia pun sama terkejutnya, sama seperti Jonathan. Walaupun dia tahu kejadian yang sebenarnya.
Wiuww...
Wiuww...
Wiuww...
Terdengar suara sirene mobil polisi yang semakin mendekat. Kedua pasangan suami-istri masih terpaku dengan kejadian yang sama sekali tidak mereka harapkan, bahkan preman tersebut akhirnya telah meninggal dunia.
"Kamu tenang saja, aku pasti akan menjadi saksi kalau kamu tidak membunuh preman itu, dan aku akan mengirim pengacara untuk membantu kamu. Mereka yang menyerang duluan, kamu pasti bisa bebas. Soal adikmu, aku yang akan menjaganya." Luna berkata kepada Jonathan dengan penuh keyakinan.
Namun, bagaimana jika ternyata Luna sama sekali tidak menepati semua janji yang dia ucapkan kepada Jonathan karena sebuah insiden? Membuat Jonathan akan membencinya disepanjang hidupnya.