Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawa Pembawa Petaka
Ci, ini gue Laras. Adek lo si Ghava minta bantuan bikin shield buat perusahaan, ma anak gue si Zara. Ada apaan? Mang kemana tetua lo yang jago IT itu?' Laras mengirimkan pesan pada Cia
Laras terlihat mondar mandir di kamar, menunggu jawaban dari adik angkatnya itu. Karena itu, dia bisa seenaknya saja mengirim pesan dengan bahasa tersebut.
5 menit
10 menit
15 menit
"AAAAAARRRRGGGHHHTTT.... SI CIA MENTA DI KARUNGAN SUGAN MAH, OK FINE!! KALO MINTA PESENIN HEWAN LANGKA LAGI, GUE GA BAKAL MAU." Laras ngomel-ngomel tidak jelas, seraya menunjuk-nunjuk ponselnya.
Zara dan Zayd, yang sedang duduk di ranjang sang bubun. Serentak menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sesuai dengan pergerakan Laras. Bahkan Zara sudah melepaskan laptopnya sejak tadi, ia kini memangku sebuah toples yang berisi keripik buah.
"Bubun syepeltina sedan telusupan ya, syedali tadi menggelam syepelti Belek." ucap Zara, seraya mengunyah.
Tangan kanannya yang sejak tadi, tengah berkerja sama dengan mulutnya yang tidak berhenti menggiling cemilan tersebut.
"Butan telusupan, tapi tesulupan. Tapi bubun butan tesulupan, sepeltina thodam na tedang telual." jawab Zayd, yang tak mau kalah mengunyah
"Thodam itu apa? Lobot yan syuta tamu maintan dan tamu toletsyi?" tanya Zara menoleh, ia menatap adiknya dengan dahinya yang mengkerut.
"Itu lobot dundam, butan thodam. Enat saja tamu talo bicala" balas Zayd mulai kesal, tingkat kekesalan baru 30%
(Maksudnya Gundam ya... Di antara banyaknya gundam yang dimiliki Zayd, ia hanya di perbolehkan membawa 5. Karena Laras dan Bintang yakin, bila Zayd akan membeli lagi seri lainnya.)
Mulai kesal ya, belum benar-benar kesal. Zara terdiam, ia terlihat sedang berpikir.
"Dadi thodam itu, talo tita syudah tamat menaji tan?" Zayd mendelik, kekesalan naik jadi 60%
"Itu thatam, itu thatam Zalaaaaa."
(maksudnya khatam ya🤣)
"Belalti thodam itu, senjata na Bima Pandawa ya" ucap Zara dengan wajah polosnya
"Itu Dada, tamu sematin naco saja." nampaknya tingkat kekesalan Zayd sudah mencapai 80% maksudnya Gada.
"Tamu ini halam-halam syelalu, talo dada itu yan halus tamu pedan syetalan. Pedan dada na, tulus liban.. eh.. bilan Astaghfirullah. Beditu... Talo halam-halam tulus, tamu nanti tepat tua na. Masa nati tamu dadi, syeumulan syama papa. Tata bu Ustadah duda, danan halam-halam. Itu adalah temanna syetan, hayo lo.. tamu dadi syetan."
"BUAHAHAHAHAHA..." tawa Laras pun pecah, dirinya yang tadi tengah kesal karena tak mendapat balasan dari Cia. Kini malah terbahak, karena mendengar perdebatan kedua anak kembarnya.
Mendengar tawa sang bubun, kekesalan Zayd kini sudah sempurna 100%. Ia menatap tajam Laras, namun yang di tatapnya. Kini sedang berguling di atas karpet, seraya memegang perutnya. Perut Laras, benar-benar terasa keram. Bahkan kini, rahangnya juga terasa kaku.
"Aduh aduh.. haha.. aduh.. huhuhu... Sakiiittt..." Laras kini malah menangis, Zara dan Zayd langsung turun dari ranjang. Setelah Zara, menaruh toplesnya terlebih dahulu tentunya.
"Bubun tenapa? Apa thodam na syetalan belubah?" tanya Zara, yang masih belum mengerti khodam itu apa?
Laras menggelengkan kepalanya, ia mengambil ponsel. Lalu mengetikan sesuatu, dan ia perlihatkan pada kedua anaknya.
PANGGIL SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR KAMAR, KATAKAN BUBUN SAKIT RAHANG DAN KERAM PADA PERUT.
Zayd gegas keluar kamar, sedangkan Zara masih kekeh menanyakan khodam pada Laras. Meski dengan wajah yabg terlihat cemas, dan hampir menangis
Antara ingin tertawa, kesal, sakit dan juga sedih melihat putrinya ini. Makin ke sini, sifatnya Laras makin terlihat jelas di Zara.
Laras harus merasa senang atau prihatin, rupanya mama Ajeng seperti dirinya saat ini. Sewaktu mengurus dirinya, waktu kecil.
'Semoga Zara ga plek ketiplek banget menuruni sifat gue, duh ga kebayang kalo sampe Zara corat coret kepala botak orang laen. Kaya gue dulu, waktu SD kelas 1 corat coret wali kelas. Sampe emak gue di panggil ke sekolah, untuk pertama kalinya, tapi bukan yang terakhir.'
"Lu ngapa Ras?" tanya Ken, ternyata dari segitu banyaknya umat manusia yang ada di rumahnya. Kenapa harus abang tengilnya, yang Zayd panggil.
Mau tak mau, Laras menunjukkan chat yang ia ketik tadi. Ken mengambil ponsel itu, ia membacanya dan menahan senyumannya. Laras melihatnya dengan jelas, ingin menyemburkan lahar panas. Tapi mulutnya tidak bisa terbuka, karena rahangnya yang terasa nyeri.
"K-ko bisa Ras?" Ken mengalihkan tatapannya dari ponsel, kini ia menatap Laras dengan wajah memerah karena menahan tawa.
"Tadi bubun teltawa telas setali om, matana setalang mulutna tidak bisa telbuka." jawab Zayd
Ken terkejut, ia benar-benar menaham tawanya. Karena takut, bila mulutnya akan seperti adiknya.
"Y-ya uddahh, g-gue bbantu lu baringan di kasur." Ken mengangkat tubuh Laras, susah payah menahan tawa. Ia membaringkan tubuh Laras, di atas ranjang. Ken segera memanggil dokter, sepertinya rahang adiknya lepas atau bergeser.
'oh tidak' ucap Ken dalam hati
'Si Bintang, ngapa belum balik lagi? Bikin proyek, kenapa juga harus di luar kota. Mana bininya sekarang, lagi urgent banget.' lanjutnya Ken
.
.
"Kamu tuh Ras... Astaghfirullah, bisa-bisanya ketawa sampe kelepasan. Akibatnya sekarang kamu kudu dipasang perban, biar rahangnya ga banyak gerak. Udah jadi emak juga, kelakuan masih diluar prediksi mbah Marijan. Eling Ras, eling" bukannya prihatin, Ajeng malah kesal di buat Laras.
Ajeng menggelengkan kepalanya tak percaya, melihat Laras di pasang perban (Barton bandage).
"Ini kenapa dok? Lalu harus bagaimana?" tanya Arjuna
"Nona muda tertawa terlalu lebar, sehingga menyebabkan dislokasi rahang. Yaitu kondisi ketika rahang bagian bawah bergeser dari posisinya, kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri dan kesulitan makan juga berbicara. Singkatnya, alangkah baiknya nona muda, tidak berbicara selama 6-8 minggu. Alhamdulillah, saya sudah mengembalikan rahang ke posisi semula secara manual." jawab dokter
"Beruntung tidak sampai harus operasi, pada rahang bawah. Saya juga memasang perban, setelah reduksi manual. Tujuannya adalah untuk membatasi gerakan pada rahang hingga nona muda sembuh. Perban tersebut dipasang dengan membalut dagu hingga kepala, agar posisi rahang tidak kembali bergeser." Arjuna dan Ajeng mengangguk, Ajeng langsung menatap tajam Laras. Namun yang di tatapnya, malah mengalihkan pandangan.
Ngeri-ngeri sedep...
"Saya akan memberikan obat pereda nyeri, selama dalam masa pengobatan. Usahakan nona muda, hanya mengkonsumsi makanan lunak. Dan untuk pemulihannya, bisa dibantu dengan mengompres rahang menggunakan air dingin." lanjut dokter
'Ueekkhhh... Bubur dong, mana enak kalo ga pake kacang, hiks. TIDAAAAAAKKK' jeritan hati seorang Laras
Ken menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka bila Laras dapat mengalami hal sekonyol ini. Rahang bergeser, karena menertawakan kedua anaknya.
"Ras...
Laras langsung menoleh dan menatap tajam Ken, ia tau abangnya ini pasti akan mengolok-oloknya.
"Ras, mungkin ini yang dinamakan AZAB IBU KANDUNG, MENERTAWAKAN ANAKNYA."
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...