Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arti cinta
Aku mulai merasakan apa itu cinta. Setelah kejadian malam itu, dia mengantarkan ku pulang dengan berjalan kaki. Kami tidak banyak bicara hanya saling diam, mungkin dia juga gugup saat itu. Aku memakluminya. Hal yang pertama kali aku rasakan, jadi aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Padahal itu hanya beberapa detik saja tapi mungkin aku tidak akan pernah melupakan kejadian itu.
“ Terima kasih sudah mengantarkanku pulang, kau juga pulang lah. Hati-hati” ucapku sambil membalikkan badan.
Dia menarik tanganku.
“ Ah tunggu sebentar, maaf soal tadi kalau kau jadi tidak nyaman”
“ Bukan begitu, karena itu baru pertama kali untukku, aku jadi tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi seperti tadi”
“ Sejujurnya aku juga sama, maaf lain kali aku akan meminta izin terlebih dahulu”
“ Iya, tidak apa-apa. Jangan dipikirkan, aku sama sekali tidak keberatan”
“Tunggu. Apa? lain kali katanya?” ucapku dalam hati.
“ Kalau begitu sampai jumpa besok, masuklah” dia melambaikan tangannya padaku. Dia menungguku untuk masuk ke dalam rumah, dan pergi setelah aku masuk.
Aku langsung berlari ke kamar, napasku benar-benar terengah-engah. Aku tidak bisa berpikir jernih, aku terus memegang bibirku, aku masih merasakan sentuhan bibir Jaeden yang begitu lembut. Hal itu terus terngiang-ngiang dia otakku.
“ Ah dasar otak mesum!” aku memukul dan berteriak di bantal, pikiranku sungguh tidak bisa dikendalikan.
“ Tapi dia mengatakan lain kali, apa dia akan melakukannya lagi? AAAAAAHHHHH pergi sana yang jauh pikiran kotor!!”
Aku benar-benar menyukai Jaeden. Hal yang baru pertama kali aku rasakan, menyukai seseorang, jatuh cinta, jantung yang berdetak kencang, kehangatan dan ketulusan. Rasa yang belum pernah aku rasakan selama ini, membuatku terus memikirkannya. Jadi begini rasanya jatuh cinta dengan seseorang.
*Triing* *Triing*
Ada pesan masuk dari Jaeden. Aku buru-buru membacanya.
Jaeden: Selamat malam, cantik. Selamat beristirahat.
Aluna: Selamat malam juga, mimpi yang indah.
Tidak ada lagi pesan masuk setelah itu, sepertinya dia sudah tertidur. Apa dia sudah tidur? karena aku tidak bisa tidur. AAAAHHH, aku benar-benar sudah gila. Aku harus tidur kalau tidak besok aku akan telat pergi sekolah. Aku menendang-nendang selimutku dan terus berteriak.
*Tok* *Tok*
Aku terkejut, ayah mengetahui aku membuat kebisingan.
“ Aluna, ada apa? kenapa ayah terus mendengar seseorang memukul barang dari kamarmu?”
“ Ah tidak ayah, aku hanya memperbaiki kasurku, kasurku berdebu”
“ Jangan terlalu keras, sudah malam. Lekas tidur”
“ Baik ayah”
Hah. Hampir saja. Aku harus menjaga sikapku agar tidak ketahuan oleh ayah bahwa aku telah berpacaran dengan Jaeden. Jam sudah menunjukkan jam satu pagi, aku baru bisa tertidur beberapa saat setelah itu.
Keesokan paginya, alarmku benar-benar tidak berbunyi atau aku tidak mendengarnya sama sekali.
“ Sial, aku telat!” Aku bergegas mandi dan turun ke bawah.
Berlari kembali ke kamar untuk memakai baju dan merapikan isi tas sekolahku. Aku mengambil roti yang telah disiapkan ayah dan langsung menuju pintu memakai sepatu dan berlari menuju halte. Aku berlari kencang dengan sepatu yang talinya belum terikat, ditanganku memegang selembar roti.
Bus sudah datang namun bus terlihat akan pergi. Aku tak bisa menaiki bus itu, aku pun terus berlari menuju halte berikutnya yang berada tak jauh dari sini. Aku harus cepat, ini adalah bus harapan terakhirku. Nafasku sudah terengah-engah, beberapa menit aku berlari aku hampir sampai di halte tujuan, namun lagi-lagi aku kalah cepat, bus itu akan pergi lagi. Aku berteriak dan terus berteriak.
“ Berhenti! pak supir!! berhenti!”
Bus itu terus berjalan, dia mendengar teriakanku. Aku terus berteriak, tiba-tiba bus itu berhenti seakan mendengar teriakanku. Aku pun langsung berlari menuju bus dan menaikinya, terlihat Jaeden telah memberhentikan supir bus itu karena mendengar suaraku dan melihat aku berlari.
Pasti dia kaget, mungkin dia kira aku sudah sampai di sekolah, ternyata, bahkan aku belum menaiki bus. Aku sangat lelah berlari sejauh itu dari rumahku. Bahkan ini sudah masuk ke area rumah tempat tinggal Jaeden. Nafasku seolah berhenti sebentar, aku mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Aku benar-benar sudah tidak waras.
“ Apa kau tidak apa-apa? bagaimana bisa kau berlari hingga kesini?” tanya Jaeden yang terlihat cemas.
“ Aku telat bangun dan ketinggalan bus, jadi harapan terakhirku mengejar bus itu hingga kemari” jawabku dengan nafas yang terengah-engah.
“ Hampir saja, syukurlah kau naik bus ini. Lain kali jangan tidur terlalu larut. Ini lap dulu keringat dan minum lah air” ucapnya sembari menyodorkan sapu tangan dan air minum.
Memangnya karena siapa aku tidur larut malam. Aku tidak bisa tidur karenamu, Jaeden. Andai kau tahu itu, bagaimana aku berusaha keras untuk tidur dan berhenti memikirkan hal itu.
“ Terima kasih“
Dia mengusap-usap rambutku dengan lembut. Memberikan senyuman penyemangatku di pagi hari ini. Tiba-tiba mengerem mendadak, membuatku ingin terjatuh. Namun, Jaeden menahan badanku dengan pelukan tangannya. Badanku kaku, mata kami saling menatap, sekilas aku juga menatap bibirnya. Lalu kamj kembali memalingkan wajah, karena setiap melihat wajahnya aku selalu teringat akan kejadian tadi malam.
“ Kau baik-baik saja?” tanyanya.
“ I iya, aku baik-baik saja”
Kami turun dari bus setelah sampai di sekolah. Seperti tidak terjadi apa-apa, kami melanjutkan aktivitas kami di sekolah. Masuk ke kelas seperti biasa dan belajar. Sesekali aku tidak fokus belajar dan menatap Jaeden. Ketika dia menatapku balik, aku memalingkan wajahku. Aku buru-buru membuka buku dan berpura-pura fokus dalam belajar. Tapi susah sekali, kenapa aku jadi begini. Gelagatku yang seperti ini akan membuat Jaeden tak nyaman dan mungkin dia akan menyesalinya. Aku tidak boleh begini terus.
Saat jam istirahat tiba, aku buru-buru pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahku. Katrina menyusulku dari belakang.
“ Apa kau sakit?” tanya Katrina saat aku sedang mencuci wajahku.
“ Tidak kok”
“ Ayo ke kantin”
Kami menuju ke kantin, Edelyn dan Chloe sudah menunggu di meja kantin. Kami lalu mengantre untuk mengambil makan, kemudian duduk bersama. Aku melihat ke arah tempat duduk Jaeden yang sedang bersama teman-temannya. Padahal dulu Jaeden selalu makan bersamaku di taman. Tapi setelah aku mempunyai teman baru, dia jarang makan bersama denganku. Dia bilang bahwa dia senang melihatku duduk bersama teman-temanku.
Jaeden menatap lalu tersenyum kepadaku, aku juga tersenyum kepadanya. Aku harus bisa mengontrol diriku, aku takut aku membuat Jaeden merasa tidak nyaman. Bel berbunyi dan kami kembali ke kelas. Bu guru masuk ke kelas dan memulai pelajaran. Aku sedikit mengantuk karena aku tidak tidur tepat waktu. Aku berusaha menahan mataku agar tidak terpejam. Sesekali aku oleng ke arah Jaeden, hal itu membuat Jaeden sadar.
“ Kau mengantuk?” bisiknya.
“ Sedikit”
“ Mau main SOS agar tak mengantuk?”
“ Iya boleh, tapi jangan berisik ya”
“ Oke, kau mulai duluan”
Jaeden berusaha mengajakku bermain permainan SOS menggunakan kertas di buku. Dia melakukannya agar aku tak mengantuk dan tertidur. Ini cukup membuatku bisa menahan kantukku sedikit. Meskipun sedikit canggung dan rasanya hari ini aku ingin bersembunyi dan menghilang, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku selalu ingin menghindari Jaeden, tapi itu tidak mungkin karena kami berada dalam satu kelas yang sama dan duduk bersebelahan.