Diakhir hidupku, akira sangat menyesal karena tak pernah menikmati hidup dan jika tuhan memberi ia kehidupan kedua maka ia akan hidup bersenang senang.
Tapi nyatanya hidup tetaplah sebuah perjuangan bukan hanya tempat untuk bersenang senang.
"Adelia yang kamu selamatkan itu sudah mati, Jendral Agra. Dia sudah mati. Dan aku bukanlah Adelia Putri Kerajaan Akris, aku bukan adik dari sahabat mu, aku bukan tuan putri yang hidup lemah lembut dan pemalu. Aku adalah jiwa yang berasal dari masa depan."
Penasaran gimana Akira yang pindah ke tubuh Adelia menjalani hidup di dunia kuno yang penuh dengan trik,
cus baca 👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Malam ini begitu dingin berkebalikan dengan siang yang begitu panas, tapi bukankah itu yang mengakibatkan mereka ada. Keduanya tampak jauh berbeda tapi saling melengkapi.
Adanya malam untuk mendinginkan siang yang panas begitu juga adanya siang untuk memanaskan malam yang dingin.
Begitu juga dengan pasangan, tidak selalu pasangan memiliki persamaan dengan kita ada kalanya mereka menjadi kebalikan dari kita agar bisa melengkapi kekurangan satu sama lain.
Itulah yang dipikirkan oleh Jendral Agra saat melihat Adelia untuk pertama kali.
Saat itu dia akan pulang ke kaisaran tapi karena suatu hal pasukan yang baru balik dari perang itu harus singgah ke sebuah kerajaan kecil yang tampak begitu makmur.
Itulah pertama kali Jendral Agra yang saat itu masih remaja berumur 15 tahun ke kerajaan Akris.
Saat itu Jendral Agra mengalami patah tulang di tulang kering dan karena itu dia harus memakai tongkat jika berjalan.
Pasukan itu di sambut baik oleh kerajaan Akris bahkan raja Akris pun memberikan mereka tempat tinggal tak jauh dari istana kerajaan.
Jendral Agra juga tidak menyangka kalau dia bisa bertemu dengan teman sekolahnya di kerajaan Akris. Dia adalah Pangeran Adivo, yang saat itu menjadi seorang putra mahkota.
Jendral Agra dan putra Adivo merupakan teman dekat saat mereka sedang sekolah di kekaisaran. Memang kekaisaran memiliki sekolah yang begitu bagus dan banyak sekali menampung murid dari luar daerah tapi dengan kepintaran yang diatas rata rata.
Dulu pangeran Adivo, Jendral Agra dan juga pangeran Lotus adalah sahabat karib yang terkenal akan kepintaran dan kehebatan mereka dalam bertarung serta mengatur strategi perang.
Mereka adalah tiga jenius di sekolah.
Saat itu Pangeran Adivo bertemu dengan Jendral Agra. Jendral Agra tidak menyadari pada awalnya dan hendak ingin pergi untuk istirahat di tempat yang diberikan, tapi tiba tiba Pangeran Adivo menghentikannya.
Akhirnya Jendral Agra pun istirahat di istana kekaisaran tepatnya di kediaman Pangeran Adivo.
Mereka bercerita banyak pada malam itu, memamerkan keberhasilan yang telah mereka lakukan setelah selesai sekolah. saat sedang asik bercerita tiba tiba pintu kamar Pangeran Adivo di ketuk.
Jendral Agra masih ingat saat itu ia tak bisa untuk tidak menatap anak kecil bulat itu bahkan sejak ia masuk ke kamar Adivo perhatian Jendral Agra selalu pada gadis bulat itu.
Wajahnya yang bulat, badan yang pendek mungkin hanya setinggi pinggang Jendral Agra waktu itu dan yang paling diingat oleh Jendral adalah perutnya yang menonjol sedikit.
Jendral Agra tersenyum mengingatnya.
Gadis kecil bulat itu memeluk Pangeran Adivo dengan posesif bahkan dia menutupi mata pangeran Adivo dengan tangan gemuk itu.
Pangeran Adivo mengenalkan kalau gadis bulat itu adalah adiknya yang bernama Adelia, sampai sekarang Jendral Agra terus mengingat gadis bulat itu.
Di kamar pangeran Adivo mereka bermain memperebutkan pangeran Adivo hingga pada akhirnya gadis itu menangis dengan wajah memerah karna takut Jendral Agra mengambil kakaknya.
Dan saat ini gadis bulat itu telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan pipi yang mulai kembali cuby. Saat ini dia bahkan tidur di didalam pelukan Jendral Agra. Gadis bulat itu masih sering memberikan tatapan tidak suka kepadanya.
"Aku akan selalu menjaganya, Adivo."
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author
