NovelToon NovelToon
Bayang-Bayang Terlarang

Bayang-Bayang Terlarang

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Gita Arumy

Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Tak Berdarah

Luka Tak Berdarah

Pertanyaan Nisa menggantung di udara, seperti petir yang mengancam datang. Maya dan Arman terdiam, wajah mereka menegang, seolah sadar bahwa segalanya telah terbongkar. Nisa menatap mereka dengan mata yang penuh kebingungan, kecewa, dan juga rasa sakit yang mendalam. Mereka berdua tahu, waktu mereka untuk mempertahankan kebohongan itu sudah habis.

Nisa menunggu, tidak bergerak, hanya memandang mereka dengan tatapan yang penuh tanya, berharap, mungkin, mereka akan mengaku, atau setidaknya memberikan penjelasan yang masuk akal. Namun, Maya dan Arman tampak terjebak dalam keheningan, tak tahu harus berkata apa.

Maya mengalihkan pandangannya, tidak sanggup menatap mata putrinya. "Nisa..." suara Maya terdengar serak, hampir tak terdengar, "Ini bukan seperti yang kau pikirkan."

Arman, yang duduk di dekat Maya, menundukkan kepala, seolah tidak punya kekuatan untuk berbicara. Ia merasakan beban yang sangat berat, seolah dunia ini runtuh di atas kepalanya. "Nisa," katanya akhirnya dengan suara pelan, "kami... kami telah membuat kesalahan besar. Aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya."

Nisa merasa dunia seakan hancur. Kata-kata itu begitu sederhana, namun menyakitkan. Kesalahan besar. Kata itu menggema di telinganya, dan ia merasakan sesak di dadanya. Ia tahu bahwa jawaban yang ia dengar hanyalah pengakuan atas sesuatu yang lebih dalam dan lebih menyakitkan.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Nisa, suara yang hampir tak terdengar, tetapi penuh dengan beban emosi. Air mata mulai mengalir tanpa bisa ditahan lagi. "Kenapa? Kenapa kalian melakukannya pada aku? Pada keluarga ini?"

Maya akhirnya menatap Nisa, matanya penuh dengan penyesalan, tetapi juga rasa bersalah yang tak terungkapkan. "Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, Nisa," katanya, suaranya penuh keraguan. "Aku... aku merasa kesepian. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya. Semua ini terjadi begitu cepat, dan aku tak bisa mengendalikan perasaanku."

Nisa terdiam, hatinya hancur mendengar penjelasan itu. Kesepian? Itu yang Maya katakan? Seharusnya Maya tahu bahwa keluarganya selalu ada untuknya. Seharusnya Maya bisa datang padanya, menceritakan perasaan itu, bukan menyembunyikannya dalam sebuah hubungan yang seharusnya tak pernah terjadi.

"Dan Arman?" tanya Nisa, beralih pada suaminya, dengan suara yang lebih rendah dan penuh dengan rasa sakit. "Apa yang membuatmu melakukan ini? Kenapa kamu membiarkan ibu melakukan ini? Kenapa tidak ada yang berhenti?"

Arman tidak bisa menjawab langsung. Ia menundukkan kepala, merasa terjebak dalam rasa bersalah yang tidak bisa dipungkiri lagi. "Aku... Aku tidak tahu. Semua ini... terlalu rumit. Aku tidak ingin menyakitimu, Nisa. Tapi aku telah melukai semuanya. Aku tahu itu."

Sebuah keheningan berat melanda ruangan itu. Nisa berdiri, seakan berusaha memegang dunia yang perlahan retak di depannya. Luka ini bukan luka yang bisa dilihat, tetapi sangat dalam, lebih dalam daripada apapun yang bisa disembuhkan oleh waktu.

"Aku tidak pernah membayangkan ini akan terjadi," kata Nisa, air mata mengalir deras. "Aku merasa telah dikhianati oleh dua orang yang paling aku percayai. Semua yang aku tahu tentang keluarga ini, semua yang aku pikir aku punya, hancur begitu saja."

Maya berusaha mendekat, ingin memeluk Nisa, tetapi Nisa mundur, menahan diri. "Jangan... Jangan dekati aku," ujarnya dengan suara bergetar, "Kalian berdua telah merusak segalanya."

Maya dan Arman saling pandang, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahan mereka. Nisa tahu, meskipun mereka meminta maaf seribu kali, tidak akan pernah ada yang bisa memperbaiki luka yang telah mereka buat.

---

Beberapa hari berlalu, dan rumah itu terasa semakin sepi. Nisa menghabiskan banyak waktu di kamarnya, menghindari percakapan dengan Maya dan Arman. Setiap kali mereka mencoba berbicara dengannya, Nisa hanya menjawab dengan kata-kata singkat, bahkan kadang tidak menjawab sama sekali. Luka ini terlalu dalam, dan ia merasa kesulitan untuk bisa memaafkan begitu saja.

Namun, meskipun ia ingin melupakan, bayangan antara Maya dan Arman terus menghantui pikirannya. Setiap kali ia melihat mereka bersama, hatinya terasa sakit. Tidak ada lagi rasa nyaman, hanya ketegangan yang tak bisa dihindari.

Hari-hari berlalu, dan Nisa merasa dirinya semakin terperosok dalam kekosongan yang dalam. Ada luka tak berdarah yang terbuka di dalam hatinya, luka yang tidak akan bisa dilihat oleh siapa pun, tetapi begitu nyata bagi dirinya sendiri. Ia merasa terperangkap dalam rumah yang dulu penuh dengan kehangatan, namun kini terasa seperti penjara yang menahan hatinya yang hancur.

Nisa tahu, suatu hari nanti ia akan memaafkan—meskipun itu tidak mudah. Namun, saat itu, ia tidak bisa membayangkan kembali hidup dengan orang-orang yang telah merobek hatinya. Luka tak berdarah ini mungkin akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk sembuh, dan mungkin tidak akan pernah sembuh sepenuhnya.

Namun, Nisa juga tahu satu hal: hidup harus terus berjalan. Meski luka itu tak berdarah, ia tetap harus menemukan cara untuk hidup, meskipun di tengah rasa sakit yang tak terobati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!