(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. That Crazy!
"Jangan besar kepala! Aku menemanimu atas perintah Daddy!" ketus Luc seraya memangku tas mewahnya untuk menutupi pahanya yang mulus, karena saat ini ia duduk di jok depan tepat di samping Arion.
"Apapun itu, terima kasian." Arion berkata seraya melepaskan jasnya lalu memberikannya pada Luc. "Anda membutuhkannya, jadi pakai," sambungnya seraya meletakkan jasnya di atas pangkuan Luc.
Luc melipat bibirnya, menjadi salah tingkah saat bodyguardnya menutupi paha mulusnya dengan jas berwarna hitam itu. Perhatian kecil yang diberikan Arion telah membuat hati Luc sedikit bergetar, namun secepat kilat ia menepis segala rasa yang mulai hinggap di dalam hatinya. Ia harus tetap membentengi hatinya agar tidak memiliki sebuah rasa pada bodyguardnya.
"Terima kasih," ucap Luc dengan nada ketus seperti biasanya.
Arion mengangguk dengan raut dingin dan datar, lalu melajukan mobil tersebut menuju rumah sakit di mana putrinya di rawat.
Dalam perjalanan, baik Luc maupun Arion saling diam, tidak ada yang bersuara sama sekali. Arion fokus menyetir sedangkan Luc memainkan ponselnya sambil sesekali melirik Arion yang terlihat sangat tampan menawan saat sedang serius.
"That crazy! Wajahnya sangat datar dan dingin, tapi kenapa ... oh ... tidak boleh ... kau tidak boleh memujinya!" Luc bermonolog di dalam hati sembari menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu kembali fokus pada ponselnya.
Mobil yang dikendarai Arion terus melaju dan membelah jalanan Kota Milan pada siang hari itu. Arion mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia sangat mencemaskan putrinya.
Luc memperhatikan jalanan sekitar, lalu menatap Arion dengan alis yang mengerut, "apakah rumahmu berada di luar kota?" tanya Luc karena jalanan yang mereka lewati saat ini akan keluar dari pusat Kota Milan.
"Ya, perjalanan ini lumayan jauh, maaf kalau Anda tidak merasa nyaman," jawab Arion datar, tanpa menoleh. Salah satu tangannya memegang setir mobil, dan satu tangannya lagi mengusap bibirnya berulang kali dengan perasaan cemas dan panik luar biasa. Bisa di bayangkan betapa sexy-nya pose Arion saat ini hingga membuat wanita cantik yang berada di sampingnya sampai menelan ludah.
GLEK!
Luc lagi-lagi menggelengkan kepala sambil menelan ludahnya dengan kasar. Entah kenapa saat melihat Arion mengusap bibir membuat fantasi liarnya berkobar.
"Stop! Jangan gila, Luc!" bisik Luc, memaki dirinya sendiri.
"Anda mengatakan sesuatu?" Arion menoleh dan menatap Luc sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan di depan sana.
"Ya? Aku tadi hanya sedang bersenandung." Luc beralasan, dan segera memalingkan wajah ke sisi jendela untuk menutupi rona wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
"Oh My God! Jangan gila Luc, kau tidak mungkin tertarik pada pria tua itu 'kan!" batin Luc mengumpati dirinya sendiri.
Arion tidak mempedulikan lagi wanita yang duduk di sampingnya ini, karena pikirannya saat ini terfokus pada putrinya. Bagaimana bisa Vittoria kembali masuk ke ruang ICU, bukankah terakhir bertemu keadaan putrinya baik-baik saja? pikir Arion merasa heran sekaligus curiga.
"Apakah masih jauh?" pertanyaan Luc membuyarkan pikiran Arion yang sedang berkecamuk.
"Kurang lebih 15 menit lagi!"
"Oke," jawab Luc seraya mengusap-usap jas Arion yang ada dipangkuannya. Jas itu terasa lembut dan wangi maskulin, membuat pikiran Luc kembali liar.
"Shiit!" umpat Luc sangat keras.
Arion mendengarnya pun sangat terkejut hingga mengerem mendadak, beruntung di belakang sana tidak ada kendaraan lain, jika ada mungkin ia akan mendapatkan makian dan cacian.
"Apakah ada masalah?" Arion menatap jengkel pada Luc.
"Oh! Sorry, aku hanya sedang teringat dengan sesuatu yang menjengkelkan!" Setelah mengatakan hal tersebut, ia memalingkan wajah sambil memejamkan mata erat, tidak lupa mengumpati dirinya sendiri di dalam hati.
"Itu tandanya otakmu yang bermasalah! Hampir saja kita celaka!" umpat Arion, kembali menjalankan mobil yang dikendarainya itu.