"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Keesokan harinya, Nevan baru saja pulang dari rumah sakit untuk melakukan tugasnya sebagai seorang dokter ahli bedah di sebuah rumah sakit besar. Dengan wajah sedikit lesu karena seharian bekerja, dan melayani banyak pasien, Nevan berjalan pelan masuk ke dalam rumah.
Namun saat Nevan melewati ruang tamu, ia melihat neneknya sedang mengobrol dengan seorang wanita, Nevan melihat penampilan wanita tersebut cukup seksi dengan rambut berwana pirang. Nevan tidak tahu siapa wanita yang sedang mengobrol dengan neneknya tersebut.
Nyonya Juwita yang melihat cucunya sudah pulang seketika beranjak berdiri dari tempat duduknya, dengan di ikuti wanita tersebut.
"Kamu sudah pulang, Van?." tanya nyonya Juwita.
"Iya nek.." Nevan yang menatap ke arah sang nenek dan juga wanita yang sedang berdiri di belakang neneknya tersebut.
"Van.. perkenalkan ini Tasya.. putrinya om Wawan, kamu kenal kan om Wawan?."
"Om Wawan.." Nevan yang mencoba mengingat-ingat nama om Wawan.
"Iya.. yang dulu juga bekerja di rumah sakit tempat kamu bekerja, dokter Wawan."
"Oh.. iya nek, Nevan ingat." jawab Nevan.
"Nah.. ingat kan.. oh ya sini Tasya, perkenalkan, ini cucu nenek, namanya Nevan, dia itu junior papa kamu di rumah sakit Sentral Medika."
Tasya yang mendapat panggilan dari nyonya Juwita seketika berjalan mendekat ke arah Nevan.
"Halo.. aku Tasya, salam kenal ya." Tasya yang mengulurkan tangannya lebih dulu.
"Nevan.." Nevan yang menjabat tangan Tasya namun langsung ia lepaskan begitu saja.
"Ternyata kamu lebih tampan aslinya di bandingkan di foto." ucap Tasya.
"Loh.. emang kamu sudah mengenal Nevan, Tasya?." tanya nyonya Juwita menatap ke arah Tasya.
"Belum sih, tapi saya sudah mengikuti sosial media Nevan sejak dulu oma, bahkan Tasya juga berkali-kali mengirim kan pesan lewat media sosial namun tidak ada respon dari Nevan."
"Bugg.." Nyonya Juwita yang memukul tubuh Nevan begitu saja.
"Aduh.. nenek ini apa-apaan sih." protes Nevan karena tiba-tiba mendapat pukulan.
"Kamu itu bagaimana sih, Van. Masa kamu ngga respon pesan Tasya sih, seharusnya kamu baca pesannya."
"Lah.. nenek ini gimana sih, Nevan aja ngga tahu siapa si Tasya ini, yang ngirim pesan ke Nevan bukan hanya Tasya aja nek, tapi banyak."
"Jarang-jarang lo, cowok aku DM duluan, biasanya cowok-cowok yang DM aku duluan di sosial media, kamu beruntung Van, aku DM dulu." sahut Tasnya.
"Tuh dengerin ucapan Tasya." Nyonya Juwita kembali memukul tubuh cucunya.
Nevan yang mendengar ucapan Tasya hanya diam saja, dengan ekspresi yang malas. "Perasaan wajahnya biasa-biasa saja, masih cantikan Gania." ucap Nevan di dalam hati.
"Ngomong-ngomong mama dan papa kemana nek? kok tumben sepi?." tanya Nevan.
"Mama sama papa kamu sedang keluar sebentar katanya ada urusan mendadak." jawab nyonya Juwita.
"Oh.. ya sudah Nevan ke atas dulu ya, capek, mau istirahat." Nevan yang melangkahkan Kakinya namun tiba-tiba di tarik begitu saja oleh nyonya Juwita.
"Kamu itu bagaimana sih, Tasnya ke sini itu mau ketemu sama kamu, malah mau ke kamar."
Nevan yang mendengar ucapan neneknya sedikit terkejut. "Ketemu sama aku?." Nevan yang menunjuk dirinya sendiri.
"Iya.. Tasya datang ke rumah kita untuk ketemu sama kamu."
"Hah.. untuk apa mau ketemu sama aku, ada perlu apa dengan ku?." tanya Nevan dengan raut wajah yang bingung.
"Nenek mau kamu lebih dekat dengan Tasya, nenek mau kalian saling mengenal satu sama lain, siapa tahu kan kalian cocok." ucap nyonya Juwita dengan tersenyum.
"Apa.. nenek ini bicara apa sih.. nenek kan sudah tahu kalau Nevan hanya suka dengan Gania dan mencintai Gania, mama dan papa juga sudah tahu, kalau Nevan menyukai Gania, baru tadi malam loh nek, Gania main ke rumah kita." ucap Nevan.
"Apa tadi malam kamu tidak dengar ucapan nenek? apa kamu tuli? nenek sudah bilang kepadamu, kalau nenek tidak suka kamu mempunyai hubungan dengan Gania."
"Tapi kenapa nek, apa alasan nenek tidak menyukai Gania? Gania itu wanita yang baik nek, Nevan sudah mengenal Gania cukup lama, tidak hanya Nevan, bahkan keluarga kita juga mengenal keluarga Gania."
"Apakah kamu juga buta, Van. Lihat.. seperti apa keluarga Gania, apakah kamu yakin akan menikah dengan wanita seperti Gania, keluarganya saja hancur, ayahnya tidak becus memilih istri dan berkahir bercerai, begitu pun Gania, sekarang dia janda kan, untung saja bayi yang di kandungnya meninggoi, coba kalau tidak, pasti udah menjadi janda anak satu."
"Cukup nek.. kenapa nenek mengungkit masa lalu keluarga Gania, yang jelas-jelas itu semua bukan kesalahan Gania dan om Maxim,. Apa nenek kira Gania mau mempunyai kehidupan seperti itu."
"Halah.. memang dari awal, keluarga Gania itu tidak beres, dari ayahnya, ibunya, bahkan Gania nya sendiri, pokoknya Nenek tidak merestui jika kamu mempunyai hubungan dengan Gania, nenek ingin kamu menikah dengan pilihan nenek yaitu Tasya."
"Tidak.. Nevan tidak mau, Nevan sudah besar nek, Nevan berhak memilih pasangan yang Nevan inginkan, lagi pula Nevan juga tidak kenal siapa Tasya, Nevan hanya ingin menikah dengan wanita pilihan Nevan sendiri."
"Wanita yang kamu pilih itu tidak sesuai kriteria, Van.. tidak ada yang sebanding dengan keluarga kita. Yang cocok sama kamu itu Tasya, Lagi pula Tasya dari keluarga yang sama dengan keluarga kita, ayahnya seorang dokter dengan gelar Direktur pemilik rumah sakit, ibunya seorang politikus, yang jelas pasti di segani banyak orang, dan Tasya sendiri seorang model papan atas, yang juga di kenal banyak orang, majalah-majalah pun sudah di hiasi wajahnya."
"Memang Gania-Gania itu, profesinya apa sih, Van? sampai kamu tergila-gila sama dia?." sahut Tasya secara tiba-tiba.
"Dia Direktur perusahaan Maxim Kompany, Serta putri pemilik perusahaan Maxim Kompany tersebut." jawab Nevan.
"Oh.. cuman Direktur.." ucap Tasya dengan wajah sedikit mengejek.
"Memang tahu soal apa kamu tentang direktur? kamu tahu kan berapa IQ untuk menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar"
"Lah.. Gania kan anak pemilik dari perusahaan Maxim Kompany, ya tidak perlu mempunyai IQ yang tinggi dong untuk menjadi seorang direktur, jalur dalam ma tidak perlu pintar yang penting embel-embel orang tua."
"Minim sekali pikiran mu, pantas saja hanya jadi seorang model, oh ya pasti lo jadi model juga karena embel-embel nama orang tua kan." ucap Nevan menatap sinis lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan neneknya dan juga Tasya.