NovelToon NovelToon
SECOND LIFE, LIORA!

SECOND LIFE, LIORA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rosalyn.

SPAM LIKE? AUTO BLOCKED!

Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.

Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERGI KE LUAR

...16...

“Kau semakin ahli, Damianus. Desain ini sangat indah, bahkan terlihat lebih matang dari karya-karya sebelumnya,” puji Liora sambil mengagumi setiap detail dari sketsa tersebut.

Damianus tersenyum penuh syukur. “Terima kasih, Yang Mulia. Saya mencoba menghadirkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang mencerminkan kekuatan namun tetap anggun. Sama seperti Anda.”

Liora terkekeh pelan, merasa tersentuh oleh pujian itu. “Kau benar-benar tahu bagaimana menyenangkan hati seorang wanita, Damianus. Desain ini sangat cocok dengan seleraku. Aku setuju untuk memproduksinya. Pastikan kau hanya menggunakan kain terbaik.”

Damianus mengangguk dengan semangat, merasa puas dengan persetujuan Liora. Namun, senyumnya perlahan memudar ketika mengingat peristiwa di luar tadi. Tatapannya sejenak tertunduk sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.

“Yang Mulia... apakah Anda benar-benar baik-baik saja?” suaranya dipenuhi dengan kekhawatiran.

Liora terdiam sesaat, lalu menatap Damianus. "Aku tahu apa yang kau lihat tadi tidak mudah. Tapi aku tidak ingin orang-orang merasa kasihan padaku, Damianus."

Damianus tertegun mendengar nada bicara Liora yang tegas, namun lembut. Ada kekuatan dalam setiap kata yang diucapkannya. "Saya tidak merasa kasihan pada Anda, Yang Mulia. Saya... kagum. Saya hanya berharap Anda bisa lebih mengandalkan orang lain, terutama di saat-saat seperti ini."

Liora terdiam lagi, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Dalam hati, dia tahu Damianus benar. Ada banyak beban yang dia pikul sendirian, namun harga dirinya selalu menghalanginya untuk bergantung pada orang lain.

“Aku sudah terbiasa sendirian, Damianus. Itulah yang membuatku kuat. Tapi... terima kasih atas perhatianmu,” jawab Liora pelan.

Damianus ingin mengatakan lebih, namun ia memilih diam dan menghormati batasan yang dibuat Liora. Ia tahu bahwa Liora adalah seseorang yang keras kepala, tetapi ia juga tahu bahwa di balik ketegaran itu, ada sisi rapuh yang tidak mudah terlihat.

Beberapa saat berlalu dalam keheningan sebelum Damianus berdiri dan membungkuk hormat. "Saya akan segera memulai produksi gaun ini, Yang Mulia. Jika Anda membutuhkan apa pun, saya selalu siap membantu."

Liora menatapnya dengan senyum kecil. "Terima kasih, Damianus. Kau boleh pergi."

Setelah Damianus meninggalkan kamar, Liora tetap duduk di tempatnya, memandangi desain yang ditinggalkan. Pikirannya kembali melayang pada konfrontasi dengan Beans. Hatinya masih terasa berat, meskipun dia sudah berhasil mempertahankan dirinya tadi.

“Terkadang aku berharap segalanya bisa lebih mudah...” gumamnya pelan, berbicara pada dirinya sendiri.

Namun, dalam keheningan itu, Liora tahu bahwa dia tidak bisa lari dari tanggung jawab dan kenyataan. Kekuatan bukan hanya soal berdiri melawan orang lain, tetapi juga soal menghadapi perasaan sendiri.

Dengan tarikan napas panjang, Liora berdiri dan menatap bayangannya di cermin besar yang tergantung di kamar. Dia melihat seorang wanita yang lebih kuat dari hari-hari sebelumnya, seorang wanita yang siap menghadapi dunia.

...****************...

Setelah kejadian yang tidak menyenangkan itu, Liora memutuskan untuk kembali berlatih pedang, ditemani oleh Saina yang baru saja pulang dari toko roti yang dipesannya.

Namun, kali ini Liora tidak ingin berlatih di lapangan pelatihan kesatria Duchi. la lebih memilih menghabiskan waktu di hutan belakang kediaman, berniat untuk berlatih tanpa banyak orang yang menyaksikan.

Dengan penuh amarah, Liora meluapkan segala rasa sakit hatinya, menghunus pedang dan mencincang apa pun yang ada di hadapannya, seolah-olah itu adalah Beans.

"Dasar kau, Beans! Bajingan tercela!" maki Liora sembari terus mengayunkan pedangnya ke udara. "Aku akan membunuhmu, membagi tubuhmu menjadi jutaan potongan!"

Saina yang menyaksikan kemarahan Liora hanya bisa terdiam. Wajahnya pucat saat melihat keberingasan Liora yang bermain-main dengan pedang tajam.

"Apa yang terjadi pada My Lady saat aku tidak ada?" bisik Saina dengan kekhawatiran, memandang Liora yang tengah diliputi kemarahan. "Beliau seperti sedang dalam suasana hati yang sangat buruk."

Liora terus mengayunkan pedangnya dengan penuh amarah, setiap tebasan terasa seolah menyayat udara dan pepohonan di sekitarnya. Tubuhnya mulai terasa lelah, namun emosinya belum sepenuhnya surut. Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, dia berhenti. Dadanya naik-turun, napasnya tersengal, tapi hatinya terasa sedikit lebih ringan.

"Aku... cukup," gumamnya pelan, menjatuhkan pedangnya di sampingnya. Tubuhnya lemas, lututnya hampir menyerah pada gravitasi, tetapi dia tetap berdiri, memandangi pedang itu dengan campuran rasa lega dan lelah.

Saina, yang sedari tadi menyaksikan dalam keheningan, mendekat perlahan. Dia memegang tangan Liora dengan lembut, berusaha menenangkan nona mudanya. "My Lady, mungkin sudah cukup untuk hari ini. Anda perlu istirahat."

Liora terdiam sejenak, menatap tanah dengan ekspresi wajah sulit. Ia menyesal telah terprovokasi oleh perkataan Beans. Sebelumnya, Liora yang asli bahkan telah berpesan agar tidak mudah terpancing oleh ucapan orang lain, dan kini ia merasa gagal. Ia gagal menjalankan janji itu.

"Brengsek!" desisnya. "Saina, mari kita kembali."

“B-baik, My Lady.”

Mereka berdua segera kembali ke istana Ravenscroft. Langkah demi langkah yang diambil oleh Liora terasa begitu berat. Perkataan Beans yang terus berulang-ulang di kepalanya telah membuatnya sakit kepala.

Namun, ia tahu bahwa ia harus segera melupakan hal tersebut. Kali ini, ia ingin pergi keluar, menikmati suasana kota seorang diri dengan menyamar sebagai rakyat biasa.

Liora dan Saina bertukar pakaian. Saina, meskipun terpaksa, tidak dapat membantah kemauan Liora setelah melihat keinginan yang terpancar di mata sang Nona. Dengan sebuah topi besar, Liora menyembunyikan rambut dan juga wajahnya. Ia melewati kesatria Duchi yang berjaga di sekelilingnya dengan gerak-gerik yang mencurigakan.

"Aku harus lolos kali ini," bisik Liora, berusaha menyembunyikan wajahnya.

Sayangnya, tiba-tiba ada tangan besar yang memegang bahunya sehingga langkahnya terhenti di udara. Liora pun merasa panik dan tidak berani berbalik.

“Siapa kau?” tanya kesatria tersebut dengan nada mencurigakan.

“Saya adalah pelayan pribadi Nona Muda. Saya hendak keluar karena My Lady menyuruh saya membeli beberapa benang rajut,” jawab Liora, mengubah suaranya sedikit.

Setelah mendengar nama Liora, kesatria itu segera melepaskan cengkeramannya dan bersikap lebih melunak. "Oh, maafkan aku. Jika begitu, silakan lanjutkan perjalananmu."

Liora mengangguk, segera melangkah kembali dan berusaha tetap tenang di hadapan semua kesatria yang memandangnya dengan penuh curiga. Jantungnya berdetak kencang seiring dengan langkah yang membawanya menuju gerbang luar.

"Syukurlah, mereka mudah dikelabui. Aku harus segera pergi. Ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan!" ucapnya gembira, meski jantungnya masih berdebar kencang.

Namun, tanpa ia sadari, pergerakannya telah dipantau oleh Dimitri dari atas balkon ruangannya. Dimitri menatap kepergian Liora dengan tatapan lurus, seperti sedang mengamati. Sudut bibirnya terangkat ketika ia menyadari sesuatu.

"Sungguh anak kucing yang nakal," bisik Dimitri, menggeleng-gelengkan kepalanya.

^^^TO BE CONTINUED^^^

1
⚛Natus vincere
tanan itu apa? 🗿
Zen☂: /Sob//Sob//Sob/ typo
total 1 replies
⚛Natus vincere
setiap Dimitri aku selalu ingat ibu nya ica, damini🗿
⚛Natus vincere
pengen ngeship tapi adek kkak, ah yaudahlah🗿
Zen☂: /Sob//Sob/
total 1 replies
⚛Natus vincere
wahh, langka moment/Scare//Scare/
Murni Dewita
👣
Zen☂
lanjut gak nih?
⚛Natus vincere
sayang sekali, pdhal sisa 1 bab lgi, tapi panggilan Tuhan itu berati kawan🗿
⚛Natus vincere
dia sebenarnya mau pinjam 100 lady, cuma malu🗿
Zen☂
Saina bukan Sania /Sob//Sob/
Zen☂
ya Tuhan ini ketinggalam g nya /Sob//Sob//Sob/
A.D
bagus Zen tanda baca lu, good job
Zen☂: /Sob//Sob/
A.D: g, hoax doang
total 3 replies
A.D
itu gambar nya buatan ai?
Zen☂: iyauuu, tapi deskripsi nya dari zen
total 1 replies
A.D
widih
Zen☂
ini banyak banget typo nya /Sob//Sob/ maaf guys, aku bakal revisi...untung sepi jadi aku gak malu malu banget
Cloropil
handsome 😍
A.D
sogok pake duit
⚛Natus vincere
EPS BARU THOR/Scare//Applaud//Rose/
⚛Natus vincere
nah mampus jeperi nikol
⚛Natus vincere
Wizzih liora gg
⚛Natus vincere
trlalu sempurna ga baik ya dek ya, saya insecure/Scare/
Zen☂: ok tak tunggu fan
⚛Natus vincere: bentar Zen, mau bikin sekaligus 3, biar pembaca nya g bingung🗿
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!