Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.
Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.
Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.
Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Buruk Rupa
Wajahnya yang garang, mempertontonkan taring tajamnya ketika melangkahkan kaki ke dalam ruang VIPP club Pandora milik Akandra, salah satu anggota The Fornax. Langkah kakinya bagaikan singa yang hendak memakan mangsanya, amarah bergejolak di dadanya, dan ia tidak pernah memendam amarah pada siapapun. Siapapun yang sudah membuatnya marah, ia akan melampiaskan amarah tersebut pada orang yang sudah membuatnya kesal.
Anggota The Fornax terkejut ketika pintu terbuka dengan keras dan mereka melihat kedatangan Ganesha yang sangar. Pipinya merah padam dengan nafas yang terengah-engah, menunjukkan betapa marahnya ia. Aura kemarahan yang terpancar dari tubuhnya membuat suasana di dalam ruangan menjadi tegang.
Ganesha menatap sekitar ruangan dengan tatapan tajam, mencari sesuatu yang ingin ia hancurkan. Matanya berbinar-binar, menunjukkan keinginan untuk melampiaskan amarahnya.
"Kalingga dimana?" tanya Ganesha dengan suara yang bergetar karena amarah.
Anggota The Fornax yang lain berbisik satu sama lain, takut akan kemarahan Ganesha. Mereka tahu, Ganesha adalah orang yang berbahaya jika sudah marah.
Ganesha berdiri tegak di hadapan teman-temannya, raut wajahnya menegang. Tiba-tiba, suasana hening berubah menjadi hiruk pikuk. "Kalingga...!" teriak Ganesha, tangannya melesat dengan cepat, mendarat keras di wajah Kalingga. Kalingga terhuyung ke belakang, nyaris terjatuh. Namun, Darshan sigap menahan tubuh Kalingga, mencegahnya terhempas ke tanah.
Josha terbelalak, matanya melotot tajam ke arah Ganesha. "Bro, kenapa lo marah-marah hah?" tanyanya, suaranya bergetar, diiringi tawa yang terengah-engah. Dia tampak terkejut melihat kemarahan Ganesha yang tiba-tiba meledak.
Ganesha mengangkat tangannya, jari-jarinya menunjuk ke arah Kalingga yang tengah memegang pipinya yang berdarah. Darah segar mengalir dari pelipis bibirnya. "Ini semua gara-gara lo, Kalingga!" desis Ganesha, suaranya bergetar menahan amarah.
Kalingga menepis tangan Darshan dengan kasar, tubuhnya menegang. "Gara-gara gue apa hah!" suaranya meninggi, penuh amarah.
Ganesha mengepalkan tangannya, matanya menyala-nyala. "Gara-gara lo menjadikan Kamala sebagai bahan taruhan, sekarang gue kena sialnya, brengsek!" suaranya bergetar, dipenuhi amarah yang membara. "Kamala tidak secantik yang kalian bayangkan, dia... dia...!" Ganesha terdiam, kalimatnya terhenti di tengah jalan. Matanya menatap kosong ke depan, seakan-akan terjebak dalam pusaran pikirannya sendiri.
Akandra tercengang mendengar jawaban Ganesha. "Buruk rupa? Maksudnya apa?" tanyanya, tak percaya. Dia mengenal Kamala, seorang gadis yang cantik dan ramah.
"Lo gak ngerti apa-apa, Akandra!" Ganesha membuka matanya, tatapannya tajam menusuk Akandra. "Lo gak tau gimana buruknya dia, gimana dia ngerusak hidup gue!"
"Apa maksud lo?" Akandra semakin bingung. "Cerita dong, apa yang terjadi?"
Ganesha menghela napas panjang, "Gue gak mau ngomong, gue capek." Ia kembali memejamkan mata, mencoba meredam amarah yang masih berkobar di dadanya.
Auriga sudah merasakan gelagat yang tidak beres. Ia penasaran, mengapa Kamala selalu menutup wajahnya dengan syal. Rasa penasaran itu menggerogoti hatinya, menuntunnya untuk mencari tahu.
Akhirnya, ia mendapatkan informasi dari anak buahnya. "Kamala memiliki tanda lahir berwarna merah di pipinya dan memiliki bekas luka di bawah matanya," begitu anak buahnya melaporkan. Auriga tertegun. Ia ingin segera memberitahu Ganesha, menceritakan apa yang telah ia ketahui. Tapi, semua sudah terlambat. Sore itu, Ganesha tidak aktif. Ia baru menyadari, Ganesha telah menikahi Kamala.
Auriga merasa kecewa. Ia menuangkan wine ke gelas, kemudian menyodorkannya kepada Ganesha. "Daripada pusing memikirkan istri baru lo, lebih baik kita minum!" ajaknya dengan semangat, mencoba menghibur Ganesha.
Ganesha meraih gelas wine yang ditawarkan Auriga, jari-jarinya sedikit gemetar. Di tengah badai pikiran yang menerpa, hanya segelas wine yang bisa sedikit menenangkannya saat ini. Rasa pahit di lidahnya terasa seperti racun, namun entah mengapa, aroma anggur itu sedikit menenangkan jiwanya yang sedang kalut.
"Kamala...!" gumam Ganesha, bayangan wajah asli Kamala terngiang-ngiang di benaknya. "Ah, brengsek!" ia mengumpat kesal, mencoba mengusir bayangan itu dari kepalanya. Ia tidak suka wajah Kamala yang seakan-akan muncul di hadapannya, menghantuinya.
Auriga memperhatikan Ganesha dengan iba. Ia tahu sahabatnya itu sedang dilanda kekacauan batin. "Tenang, Bro!" Auriga menepuk bahu Ganesha, berusaha menenangkan sahabatnya.
"Gue gak bisa setenang itu!" gumam Ganesha sambil meneguk wine lagi, mencoba menenggelamkan dirinya dalam minuman itu.
"Gue selalu mendapatkan perempuan cantik. Seksi, tapi kenapa yang jadi istri gue, perempuan lugu, polos, pendiam, dan buruk rupa lagi!" ungkap Ganesha, suaranya dipenuhi kekecewaan. Ia mengaduk-aduk minumannya, matanya menatap kosong ke dasar gelas.
"Pipinya memiliki tanda lahir berwarna merah dan di bawah matanya ada bekas luka," gumamnya lagi, suaranya semakin pelan, hampir tak terdengar. Ia terbayang wajah Kamala, wajah yang selalu tertutup syal. Rasa penasaran dan kekecewaan bercampur aduk dalam dirinya.
"Tapi dia masih perawan, 'kan? Bukannya lo ingin memiliki istri yang masih perawan? Kamala bukan hanya perawan, tapi dia tidak pernah pacaran dan bahkan, dia tidak memiliki teman laki-laki. Yang pernah bersalaman dengannya hanya ayahnya!" ungkap Auriga, suaranya penuh keyakinan. Ia memiliki banyak informasi tentang Kamala dari anak buahnya.
Ganesha terdiam, mencerna informasi yang baru saja ia dengar. Memang, ia menginginkan gadis yang masih perawan. Tapi, ia tidak menyangka jika gadis yang menjadi istrinya, Kamala, si gadis buruk rupa, memiliki masa lalu yang begitu tertutup.
Kalingga mengerutkan kening, penasaran dengan informasi yang dibagikan Auriga. "Kenapa lo tahu tentang Kamala?" tanyanya, suaranya sedikit curiga. Tatapannya tajam, seolah ingin membaca pikiran Auriga.
Auriga mengangkat bahu, menunjukkan sikap santai. "Gue cari informasilah, kebetulan anak buah gue mengenal sepupunya Kamala," jawabnya, seolah informasi itu mudah didapat. "Lagian, siapa sih yang gak penasaran sama istri baru si Ganesha?" ia menambahkan dengan nada bercanda.
Gelas-gelas wine kosong berjajar di meja, menyertai tawa dan canda yang memenuhi ruangan. Musik mengalun merdu, menemani pesta malam itu. Auriga dan Kalingga asyik berbincang, mencoba menghibur Ganesha yang terlihat murung. Namun, Ganesha hanya menanggapi dengan gumaman singkat, pikirannya melayang jauh.
Ganesha melupakan Kamala yang mungkin saat ini sedang merenung sendirian di kamar, menunggu dirinya yang tak kunjung datang. Ia melupakan malam pertama pernikahannya, malam yang seharusnya dipenuhi romantisme dan keintiman. Ganesha memilih untuk bersama teman-temannya, menghabiskan malam dengan pesta dan minuman keras. Tawa dan canda memenuhi ruangan, mencoba mengusir bayang-bayang keraguan dan kekecewaan yang menghantuinya.
*****
Kamala duduk di atas tempat tidur, menatap lurus pada layar televisi yang besar yang sedang menayangkan drama China. Ia melihat pasangan dalam drama itu sedang bermanja-manja, menunjukkan romantisme yang membuat hati Kamala berdesir. Terbesit dari benaknya, ia menginginkan suami yang romantis, yang bisa memperlakukannya seperti wanita dalam drama itu. Tapi, Kamala cukup sadar diri, ia tidak pantas mendapatkan itu. Apalagi ia sangat jelek dan tidak pantas menjadi istrinya Ganesha.
Kamala hanya bisa menghela napas panjang, menatap bayangan dirinya sendiri yang terpantul di layar televisi. Wajahnya yang pucat, tanda lahir merah di pipinya, dan bekas luka di bawah matanya, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang harus ia terima.
Kamala tidak mengerti apa itu arti pernikahan. Ia tidak pernah memikirkan untuk menikah, karena ia cukup sadar diri, ia tidak pantas dicintai. Ganesha, satu-satunya laki-laki yang pernah membuat hatinya berdebar, justru telah membuat hatinya sakit. Sakit menerima kenyataan, jika Ganesha jijik padanya. Ia merasa seperti boneka yang dipaksakan untuk menikah dengan pria yang tidak mencintainya.
Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
kalo bisa 2 atau 3🙏
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭