Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Bridgecrash.
Sebuah ruangan luas terpampang jelas di hadapanku, lantainya yang bersih membawakan suasana yang berbeda, sebingkai foto raksasa tertempel pada dinding---di bawah albumnya bertulis: Dobura Mayrline.
"Selamat datang," sambut laki-laki tua itu yang terduduk di tengah, dan sebuah asbak rokok di sampingnya.
Feilin berjalan dengan langkah dingin, menuju laki-laki tua tersebut. "Saya sudah membawakan orang-orang itu, mereka-lah yang mengetahui lokasi dari kristal Emesite yang saya ceritakan."
Aku berjalan bersama yang lain untuk menghadap mereka. Meskipun udara di sini terasa nyaman, tapi entah kenapa sedikit terdapat keraguan di benakku.
Tatapan Dobura tampak tegas seperti seseorang yang telah lama hidup dalam pertarungan, begitu juga dengan dua orang yang terduduk di sampingnya---seorang Wanita kisaran usia 50 dan seorang pria yang mungkin kisaran 40 tahun, berjas putih.
"Aku telah mendengar semua tentang kalian dari Jendral Feilin. Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih telah menyelamatkan cucuku, Alicia."
'Alicia?' batin.
"Dobura, apa mereka benar-benar dapat kita percayai?" tanya wanita di samping kirinya, yang tampak tidak menyukai kami.
"Tidak ada waktu untuk meragukan siapapun, kalau terlambat sedikit saja apakah kamu bisa mencegah kehancuran pada Distrik, Matria?" sahut dobura dengan lembut.
"Alasan kedatangan kalian di sini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan aku katakan. Tidak perlu merasa tertekan, aku tidak akan menghukum siapapun dari kalian."
"Wanters yang sedang dihadapi sekarang adalah Bridgecrash yang pernah menghancurkan Distrik 45 Distrik 47 dan Distrik 55 sebelum lautan api Crysis menghancurkan Distrik lain ...
Kekuatan yang di miliki Bridgecrash masih kami tidak ketahui. Namun, dari laporan terdahulu yang kami tahu adalah; Wanters itu sangat kuat dan sekarang telah menjadi jauh lebih kuat akibat metode Freeze yang Wanters tingkat tinggi umum lakukan ...
Aku tidak menyangka Wanters itu bersarang di bawah Distrik ini, dan bersyukur kalian mampu menemukan pemicu yang membuat Kristal Emesite itu muncul. Jika hal ini di biarkan begitu saja sangat mungkin Bridgecrash mampu berevolusi ke tingkat yang jauh lebih tinggi---
Jadi, bagaimana cara kalian bisa menemukan titik pemicu yang membuat kristal itu menunjukan dirinya?"
Meskipun aku sempat ragu, dan hendak menjawab pertanyaan yang Dobura lontarkan, tetapi ...
"Baik!" sela Yuya langsung menjawab sekaligus menghentikan-ku sebelum suara keluar. "Dari penyerbuan Wanters yang terjadi, aku sempat merasa terdapat sesuatu yang aneh ...
Dari pengamatan ku selama bertarung di sana; para Wanters hampir tidak melewati satu area yang aku curigai, tidak hanya itu---tekanan udara pada area tersebut juga terasa berat yang membuatku merasa yakin terdapat sesuatu di sana.
Dari Wanters yang mengalami Freeze terdahulu, seperti Vicuris, Roboruk, Mirage, mereka semua muncul akibat terjadinya suatu pemicu yaitu ledakan ...."
"Tunggu ... yang kau katakan memang terdengar meyakinkan, tetapi untuk melacak keberadaan lokasi yang paling menonjol dari kristal, bukankah itu hampir mustahil. Karena mereka sangat sulit untuk di temukan, meskipun terdapat udara yang terasa berat, itu hanya tekanan kecil." sela Matria.
"Yah aku tahu, aku juga tidak menyebut ini adalah yang kutemukan secara di sengaja, melainkan hanya sebuah kebetulan."
"Sebuah udara yah ... Baiklah, itu sudah cukup. Sekarang, bagaimana cara mengatasi Bridgecrash, kita tidak memiliki banyak Waktu, sebelum semuanya menjadi buruk," ucap Dobura.
"Tunggu sebentar! Dobura, apa kau akan tetap mempercayainya? Bukankah mereka hanya Crus--"
BUGK
Dobura memukul meja hingga terdapat retakan.
"Cukup! Kita fokus saja pada penyelesaian ini, jangan kau ucapkan lagi nama itu."
Suasana sekitar mendadak hening, terlihat seseorang di samping kanan Dobura hanya terdiam sambil memejamkan mata dengan kedua tangan mengepal satu sama lain di atas meja, seperti memikirkan sesuatu.
"Wanters Bridgecrash ... jika kita memilih untuk mengeroyoknya dengan semua orang Eldritch di dalam, apakah kita bisa menang?" ujarnya.
"Jangan bercanda! Kau pikir berapa nyawa yang akan di bayar untuk mengalahkan satu Wanters itu, kita juga tidak tahu kekuatannya seperti apa," bantah Dobura.
"Yah, saya tau itu opsi yang buruk, saya juga tidak yakin bisa atau tidak. Jadi, apakah ada cara lain?" tanya pria itu.
Terbesit di ingatanku mengenai tekhnologi senjata yang di kembangkan Distrik 11, 3 tahun lalu. Menarik nafas dalam-dalam, berjalan beberapa langkah ke dekat Yuya.
"Maaf menyela pembicaraan kalian. Saya ingin bertanya mengenai teknologi bom yang Distrik 11 kembangkan 3 tahun lalu ...
Saya rasa masih ada peluang untuk membunuh Wanters tersebut---"
"Hah? Kau pikir kami akan meledakan Bridgecrash dengan tekhnologi 'B' tentu itu must---"
"Apa kau memiliki suatu rencana?" Dobura mengangkat tangan rendah mencegah matria sekaligus menyela ucapannya.
"Yah. Meskipun saya tidak begitu yakin dengan hasilnya namun sebelum 'B' meledakan energinya ...
Kita bisa mengurungnya terlebih dahulu menggunakan Shield yang biasa digunakan untuk menjaga Distrik,
bertujuan untuk meredam ledakan, dan kehancuran yang merugikan."
"Maksudmu ... memanfaatkan 'B' dan Shield secara bersamaan yah; sayangnya, 'B' masih dalam tahap uji coba.
Kami masih belum yakin ledakannya dapat membunuh langsung sang Wanters dalam satu kali ledakan," jelas pria berjas putih itu.
"Bagaimana jika gagal nanti. Kau pikir Shield yang kami buat bernilai sepotong roti? Jangan melawak," tambah Metria.
"Dari mana pikiranmu itu berasal?" tanya Dobura, sorot matanya cukup membuatku menelan ludah.
"Karena saya rasa tidak ada jalan lain lagi kecuali mencoba, dan juga kita tidak memiliki banyak waktu lagi," jelasku.
°
°
°
"Baiklah, aku setuju dengan usulan itu."
"Dobu--" tangan Dobura menahan ucapan Matria.
"Tetapi, bagaimana cara untuk melepaskan 'B' sekaligus Shield secara bersamaan ...."
"Itu mudah! ... Dobura biarkan saya yang mengatasi 'B' dan Shield. Anda bisa menyiapkan meriam untuk melontarkannya kepada Wanters itu," ujar pria berjubah.
"Meriam? Apa kau berencana melontarkan-nya begitu saja, Profesor Lyark?"
"Yah, satu hal lagi. Kita bisa mencegah pergerakan Bridgecrash menggunakan rantai penopang, untuk berjaga-jaga jika Wanters itu telah bangkit."
"Hah! Kau pikir aku akan membuang uang begitu saja! Dan juga, belum tentu semua itu akan berjalan dengan lancar ..." bantah Matria.
"Semua kerugian yang akan terjadi biarkan aku yang akan menanggungnya, apa kau puas?" tatap Dobura tajam pada Matria.
Matria berdiri dengan cepat. "Cih! Suka-suka kau lah ... Yang pasti, kau harus menggantinya nanti," ujarnya sembari berjalan menjauh.
"Feilin, kau beritahu pada yang lain untuk mengikat Bridgecrash dengan rantai penopang pada kedua tangannya ...
Profesor Lyark, kuserahkan urusan 'B' padamu.
Dan kalian berempat, boleh kembali ke Camp bantulah yang lain."
"BAIK!" jawab kami serempak.
End bab 27
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.