Mengalami pelecehan bukan hal yang mudah untuk diterima, dunia Aya yang penuh semangat, seakan tiba tiba berhenti berputar.
"Aku akan memberi kompensasi untuk kejadian malam itu, berapa harga keperawanan mu, akan ku berikan berapapun yang kamu inginkan." Darren Alexander Geraldy.
"Jika aku menerima uangmu, sama halnya dengan aku menjual kehangatan tubuhku." Cahaya Dihyani.
Musibah datang silih berganti, menempa semangat hidup seorang Aya, yang akhirnya bersedia menerima takdir buruknya menjadi istri rahasia dari teman sekelas nya semasa SMU, demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hutang rentenir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#34
#34
Darren keluar dari lift, tak lupa ia menggandeng lengan Aya, dan membawa istri rahasianya tersebut ke tempat mobilnya di parkirkan, sementara Dion sibuk mengekor di belakang mereka, ia menutupi hal hal yang tak boleh diketahui publik. “Kamu pergilah, aku akan menunggu sampai Aya dapat taxi.” kata Dion sambil menata barang barang Darren di bagasi mobilnya.
“Gak usah pesen taxi mas, hari ini aku yang akan mengantar Aya ke dokter.”
Jawaban inilah yang diharapkan Dion, tapi entah mengapa Dion justru merasakan ada yang aneh dengan sikap Darren.
Begitupun Aya yang cukup tercengang dengan hal itu, “aku naik taxi aja, kita ketemu di rumah sakit.” elak Aya yang tak ingin berada semobil dengan Darren.
“Kelamaan, boros waktu dan bahan bakar, apa kamu lupa pencemaran udara sudah sangat memprihatinkan, karena itulah, kita harus efisien dan bijak dalam menggunakan bahan bakar berbasis minyak bumi.”
Jawaban logis nan mencengangkan, benar sih, tapi membuat Dion ingin tertawa guling guling, apa susahnya mengatakan bahwa ia sedang cemburu pada Cyrus, pakai alasan boros bahan bakar dan pencemaran udara.
Darren bahkan membukakan pintu mobil untuk Aya, sesuatu yang seharusnya malas ia lakukan, tapi kini terpaksa ia kerjakan.
Aya terlihat enggan bahkan wajahnya mulai pucat, “Ayo cepat, jadwal pemeriksaanmu 1 jam sejak saat ini, setelah itu aku ada acara dengan teman temanku.” Dengan sedikit memaksa Darren menyeret lengan Aya, hingga gadis itu dengan terpaksa duduk di kursi depan, bersisian dengan Darren.
“Hati hati bawa mobilnya,” Pesan Dion sebelum Darren menutup pintu mobil.
Perjalanan terasa lama, terlebih tak ada percakapan diantara kedua nya, yang terdengar hanyalah alunan musik dari audio mobil.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah tiba di rumah sakit, keduanya langsung menuju ke poli kandungan, antrian cukup panjang, tapi Aya tak khawatir, karena Dion sudah melakukan reservasi, Aya sangat bersyukur akan hal itu, karena Aya sendiri bahkan belum memikirkan jadwal rutin pemeriksaan kandungannya, tapi Nita dan Dion sudah mengurus semuanya dengan baik, ia tinggal menjalaninya bahkan tak pantas protes, pada kedua pasangan suami istri yang sudah sangat total memudahkan mobilitas Darren.
Lagi lagi kehadiran Darren menarik perhatian para kaum hawa, tapi seperti biasa Darren cuek cuek saja, karena wajahnya selalu aman bersembunyi di balik masker, dan rambutnya selalu ia biarkan berantakan menutupi dahi, semakin menambah kesan misterius penampilannya.
“Ibu Cahaya Dihyani.” seorang perawat memanggil nama Aya, 10 menit setelah Aya duduk di ruang tunggu, pasutri muda itu pun berjalan masuk ke ruang periksa, mengabaikan banyak pasang mata yang menatap pada dua orang yang sama sama menggunakan masker.
Setelah melakukan proses screening, Aya pun dipersilahkan naik ke brankar pasien, “papa … tak ingin mendekat kemari?” Tanya sang dokter, ketika melihat Darren hanya mengawasi dari kejauhan, sementara Aya dibantu seorang perawat berbaring di brankar.
Dengan ogah ogahan Darren mendekat, ia berdesir sesaat ketika lagi lagi melihat permukaan perut Aya yang masih rata, namun ia mengalihkannya dengan menatap layar monitor yang berada di hadapannya.
“Usia 6 minggu yah … detak jantung bagus, panjang kedua janin juga sesuai dengan usianya, berat janin pun sesuai dengan usia, bagus semua, mama makannya yang banyak yah, sepertinya berat badan mama yang harus dinaikkan … kenapa? apakah mual?” tanya sang dokter. “Oh iya … masih kram lagi, setelah hari itu?”
“Tidak dok, mual juga tidak … hanya saja saya tak terbiasa makan banyak.” jawab Aya kikuk, bukan hanya perkara makan, tapi pria di hadapannya lah yang membuat ia tertekan, hingga membuat Aya tak selera makan.
“Oh gak papa makan sedikit, tapi sering yah, bisa lima atau enam kali sehari, selang seling saja dengan buah dan sayur.” saran sang dokter.
“Baiklah dok, akan saya coba.”
Sebelum turun, dokter memberikan beberapa lembar tissue pada Darren, agar ia membersihkan permukaan kulit Aya yang masih terlapisi gel tipis, tapi Aya mengambil alih benda tipis berwarna putih tersebut, kemudian membersihkannya sendiri.
Usai menerima resep vitamin, Aya dan Darren pun meninggalkan rumah sakit, seperti biasa Darren akan meminta mas Dion untuk mengurus vitamin Aya.
“Kita mau kemana?” tanya Aya ketika mobil Darren tak mengarah ke jalan pulang.
“Apa kamu lupa, aku harus bertemu teman temanku?”
Aya jadi teringat pembicaraan Darren dan Clara, jika Darren akan bertemu teman temannya, mungkinkah pria ini akan mabuk seperti malam itu ketika dirinya dan pak Joko menjemput Darren di club malam? atau malam kelam di apartemen Darren kala itu? tiba tiba Aya merinding ketakutan, “Aku gak mau ikut.”
“Lalu?”
“Aku akan pulang sendiri, kamu pergilah.”
“Baiklah … aku pun sebenarnya tak ingin membawamu.” jawab Darren enteng, teringat nanti akan ada banyak pertanyaan dari teman temannya, dan sungguh malas mencari alasan agar jawabannya sesuai.
Darren menghentikan mobilnya di sebuah halte bus, seperti yang Aya minta, dari sana nanti Aya akan memesan sebuah taxi online.
“Pastikan kamu sudah di rumah ketika aku pulang nanti.” pesan Darren ketika Aya hendak turun.
“Iya … berisik amat.” jawab Aya malas.
Setelah pintu mobil kembali tertutup, Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang mengingat padatnya lalu lintas hari ini.
Ditengah kemacetan kota, Darren kembali dibuat heran dengan kelakuannya sendiri hari ini, padahal sebelumnya ia begitu enggan ketika Dion memintanya mengantar Aya periksa ke dokter, tapi setelah mendengar interaksi Cyrus dan Aya di lift, tiba tiba saja ia berubah pikiran, bahkan seakan tak rela Aya pergi seorang diri, bisa saja di tengah jalan mereka kembali bertemu, malah mungkin Cyrus yang akan mengantar Aya ke dokter, bisa semakin runyam urusannya.
Pikiran pikiran negatif itulah yang terus berkelebat, berputar, seperti menggiring Darren agar bersikap semakin posesif pada istri rahasianya tersebut, padahal seharus nya itu tak perlu, mengingat mereka hanya menjalani pernikahan rahasia ini sampai anak mereka lahir ke dunia.
Waktu berlalu, kini Darren tiba di sebuah restoran yang sudah di sewa secara private oleh Baldi untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, tentu yang hadir juga hanya tamu tamu VIP dengan jumlah terbatas.
Baldi melambaikan tangannya ketika melihat kehadiran Darren, “kenapa baru datang, padahal Clara bilang, pemotretan kalian sudah selesai di jam makan siang?”
Mereka adu kepalan tangan dan pundak sebelum Darren duduk diantara teman temannya, “Iya … tadi ada perlu sedikit.” jawab Darren yang langsung membuka kaleng soda di hadapannya, ia berpikir, kali ini tak boleh mabuk karena mengendarai mobil seorang diri tanpa asisten.
Mereka terlibat percakapan ringan seperti hari hari biasanya, ledakan tawa pun tercipta ketika mereka saling ejek dan melempar gurauan.
Semakin lama waktu berlalu semakin banyak yang pembicaraannya mulai ngelantur, “Eh hari itu … pak Joko datang menjemputmu bersama seorang gadis, siapa dia?” tanya Baldi yang sudah mulai kehilangan sedikit kesadarannya.
Darren meletakkan kaleng soda yang ada di tangannya, bahkan tanpa sadar meremas benda tak berdosa tersebut, “dia Asisten baruku.”
“Oh yah?” balas Baldi dengan tatapan berbinar. “kayaknya seger tuh, boleh dong kali kali bawa ngumpul sama kita kita.” pinta Baldi tanpa segan.
Darren yang mulai membaik mood nya, tiba tiba merasa kesal, ketika lagi lagi ada lelaki yang menanyakan istrinya, entah apa yang malam itu Baldi bicarakan dengan Aya ketika dirinya sedang dalam pengaruh alkohol, hingga Baldi menanyakan perihal Aya kali ini, tidak bisa di biarkan, Aya harus diberi peringatan, jangan sampai ia keganjenan menggoda teman temannya, mengingat kini status Aya adalah istrinya, mana ada suami waras yang suka rela membagi istrinya, walaupun status Aya hanya istri rahasia, setidaknya Darren ingin istrinya hanya untuk dirinya sendiri.
“Kayak gak ada gadis lain aja, dia masih terlalu kecil, masih fokus kuliah.”
“Gak masalah, yang penting masih ori bro …”
“Ckckckc … kayak kamu masih ori aja.” Balas Darren yang sudah hafal dengan borok teman temannya.
“Hahaha … pastinya untuk menikah, aku mau yang masih bersegel.” Lagi lagi jawaban Baldi membuat Darren tercengang, Cyntia melepaskan keperawanannya untuk Baldi, tapi lihatlah, Baldi berniat mencari yang ori untuk dijadikan istri, sungguh brengggsekkk kuadrat, eh bukan… entah lah pantasnya di pangkatkan angka berapa untuk menggambarkan bejatnya kelakuan Baldi.
.
.
Mohon maaf, kemarin othor kecapek an banget, jadi gak bisa dobel up, tapi hari ini dobel up yah… 🥰
.
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗
Terima kasih 🙏
💙