NovelToon NovelToon
Janji Yang Kau Ingkari

Janji Yang Kau Ingkari

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Wanita Karir / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: husna_az

Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.

Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.

Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?

Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Saran Rio

"Nyonya, kata Doni ada kiriman buah di depan," ucap Bik Rina saat majikannya membuka kamar.

Adisti menahan napas, setelah bunga yang kemarin dia buang, ternyata pria itu masih saja mengirim yang lainnya. Adisti yakin bahwa pria itu tidak akan menyerah dengan begitu mudah. Entah apalagi nanti yang akan dia lakukan. Namun, dia tidak mau menanggapinya, terserah apa yang mau dilakukan orang itu. Saat ini tujuannya hanyalah membahagiakan diri sendiri, tanpa campur tangan oleh orang lain terutama orang dari masa lalunya.

"Bawa pergi buah itu dari rumah ini. Minta Doni membagikan saja pada anak jalanan atau kirim ke panti asuhan. Terserah Doni mau bawa ke mana, bawa pulang juga tidak apa-apa asal jangan sampai masuk rumah ini," jawab Adisti dengan wajah kesalnya.

"Baik, Nyonya." Bik Rina pun segera kembali keluar dan menyampaikan apa yang dikatakan majikannya itu pada Doni.

Doni kembali dibuat bingung dengan apa yang diinginkan oleh majikannya. Buah yang dikirim bukan hanya satu, tetapi beberapa jenis dan jumlahnya pun sangat banyak. Kalau dibawa pulang juga rasanya tidak akan habis. Akhirnya pria itu mengambil sedikit untuk keluarganya di rumah, dia sempat menawari Bik Rina. Namun, wanita itu menolak karena Adisti mengatakan bahwa buah itu tidak boleh masuk rumah.

Doni pun akhirnya memberikan semuanya pada anak jalanan. Mereka terlihat begitu bahagia dan itu membuat Doni senang. Ternyata inilah yang dimaksud dari atasannya. Entah siapa pun yang mengirim buah itu, nyatanya sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan daripada harus mengirim bunga kemarin, yang harus berakhir dalam tong sampah..

Saat kembali ke rumah majikannya, sudah terlihat Adisti yang akan pergi bekerja. Sebelum pergi, majikannya itu membuka jendela dan ingin mengatakan sesuatu pada satpamnya.

"Doni, kamu masih ingat 'kan dengan apa yang aku katakan kemarin? Saat ada kiriman apa pun jangan langsung bawa masuk ke dalam rumah, cari tahu siapa pengirimnya. Kalau seperti tadi langsung buang saja."

"Iya, Nyonya, saya mengerti."

"Dan jangan menerima tamu sembarangan, terutama keluarga Bryan. Langsung usir saja mereka, jangan biarkan mereka masuk."

Doni mengangguk, pria itu berpikir bahwa bunga dan buah itu pasti kiriman dari Bryan. Buktinya Adisti melarang keluarga mereka untuk masuk jika datang. Namun, setelah dipikir kembali, bukankah majikannya sudah membuat mereka jatuh miskin, rasanya tidak mungkin Bryan bisa membeli bunga yang begitu besar serta buah-buahan sebanyak itu. Pria itu juga pasti berpikir berkali-kali untuk menghamburkan uang. Entahlah! Doni tidak mau terlalu ikut campur, biarlah itu menjadi urusan atasannya.

***

"Tuan, Nona Adisti menolak kiriman buah dari Anda. Dia meminta satpamnya untuk memberikannya pada anak jalanan," ucap Rio.

"Kenapa? Apa dia tidak menyukai buahnya? Tapi bukankah aku juga mengirim banyak jenis buah? Salah satunya alpukat, itu buah kesukaan dia," tanya Yasa dengan wajah heran.

"Sepertinya Nyonya Adista tahu siapa yang ngirimnya karena itu dia tidak mau menerima. Anda tahu sendiri bagaimana keras kepalanya mantan kekasih Anda itu."

Yasa menatap tajam ke arah asistennya. Dia paling tidak suka ada yang mengejek Adisti. Hanya dirinya yang berhak, orang lain tidak boleh. Meskipun mereka mengatakan kebenaran.

"Dia memang keras kepala, tapi dia wanita hebat dan mandiri. Dia tidak akan bisa terkalahkan oleh siapa pun dan itu semakin membuat aku mencintainya."

Rio berdecih sinis, selalu saja Yasa seperti itu. Atasannta bisa terlihat hebat di depan semua orang, tetapi entah kenapa saat berhubungan dengan Adisti pria itu terlihat begitu bod*h.

"Kamu tidak usah menggerutu dalam hati. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja," ucap Yasa seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran asistennya itu. Sudah bertahun-tahun mereka bersama, tentu saja saling mengerti satu sama lain.

"Tidak ada, kalau aku katakan kamu juga tidak akan mau mendengarkanku jadi, lebih baik aku menyimpannya dalam hati."

"Terserah kamu sajalah Bagaimana baiknya."

Yasa memikirkan sesuatu, bagaimana caranya agar dia bisa mendekati Adisti lagi. Menggunakan cara seperti ini saja, wanita itu seolah mengatakan bahwa dirinya sudah memberi benteng di antara keduanya, yang menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah mungkin bisa bersama lagi. Andai saja Adisti mau memberi waktu untuknya sedikit saja, pasti Yasa tidak akan menyia-nyiakannya. Pria itu akui jika dirinya terlalu bodoh menyia-nyiakan wanita sebaik Adisti.

Seharusnya dulu wanita itu menuntut penjelasan pada dirinya, tetapi wanita itu malah pergi meninggalkannya dan memilih menikah dengan Bryan. Sungguh tidak pernah terpikirkan oleh Yasa. Yang ada di kepala pria itu bahwa Adisti akan lebih menunggunya, tetapi ternyata wanita itu memilih jalannya sendiri. Dia menyesal karena terlalu lama menyelesaikan masalah saat itu, hingga membuat sang kekasih tidak bisa menunggu terlalu lama.

"Boleh saya memberi masukan? Bagaimana caranya agar bisa dekat dengan Nona Adisti, tanpa trik kampungan seperti yang Tuan lakukan akhir-akhir ini?" ucap Rio yang justru menyinggung Yasa.

"Maksud kamu apa? Kamu mau mengatakan kalau caraku itu salah dan kamu lebih pintar daripada aku?" tanya Yasa dengan emosi.

"Saya tidak mengatakan demikian, Tuan, tapi saya lega karena Anda memang sudah berpikir ke arah sana," sahut Rio tenang.

Yasa melempar pulpen ke arah Rio. Namun, asistennya itu hanya diam saja. Rio tahu Yasa sedang kesal. Namun, dia tidak peduli. Sudah terbiasa bagi mereka saling mengatakan isi hati mereka.

"Katakan apa rencanamu?"

"Sebaiknya Anda menanamkan saham dalam perusahaan Tuan Gunawan, kalau perlu Anda membeli beberapa saham dari investor lainnya dan membuat Anda memiliki saham terbesar."

"Apa hubungannya dengan menanam saham di perusahaan Pak Gunawan dengan Adisti? Kamu tahu sendiri kalau hubungan papa dan Tuan Gunawan sedang tidak baik-baik saja. Kamu ingin papa marah padaku?" tanya Yasa dengan kesal karena rencana Rio sangat tidak masuk akal baginya.

"Kalau sekarang Anda tidak berani menanam saham di perusahaan Pak Gunawan, mungkin selamanya Anda harus mengubur keinginan anda untuk memiliki Nona Adisti, Tuan."

Yasa semakin dibuat bingung oleh asistennya. "Maksud kamu apa?"

"Karena Nona Adisti juga bagian dari perusahaan itu. Tuan Gunawan dan ayah almarhum Nona Adisti berteman dan mereka sama-sama membangun perusahaan itu. Bagaimana mungkin Anda tidak tahu? Sekarang saham yang dimiliki orang tua Nona Adisti juga menjadi tanggung jawabnya."

Yasa terkejut karena memang dulu dia tidak terlalu peduli sesuatu apa pun yang berhubungan dengan Adisti. Baginya yang penting wanita itu sudah menjadi miliknya, itu sudah cukup. Pria itu juga tahu jika orang tua sang kekasih adalah seorang pengusaha. Namun, tidak pernah tahu siapa dan pengusaha apa.

"Sebaiknya kamu pergi dulu, akan aku pikirkan bagaimana kedepannya, tapi aku tidak akan pernah melepaskan Adisti begitu saja."

"Terserah Anda, Tuan. Saya hanya memberi saran karena itu cara yang lebih efektif. Anda juga bisa tampil secara langsung tanpa harus selalu bersembunyi seperti sekarang ini. Itu akan semakin lama. Jika bisa bertatapan langsung, maka Anda juga bisa mengambil hatinya. Seiring berjalanannya waktu bisa mengubah seseorang. Kita tidak tahu bagaimana karakter Nona Adisti saat ini jadi, lebih baik bertatap muka."

Yasa berpikir apa yang dikatakan Rio ada benarnya. Dia juga merindukan Adisti, ingin berhadapan langsung dengan wanita itu.

"Ya, kamu benar. Adisty juga bukan wanita yang mudah disentuh. Apalagi sekarang setelah suaminya berkhianat, dia pasti akan semakin membangun tembok yang tinggi untuk membatasi dirinya, tapi jangan salah, semakin tembok itu berdiri kokoh, aku juga akan semakin berusaha sekuat tenaga agar bisa meluluhkan hatinya seperti dulu. Aku juga yakin kalau jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, masih ada namaku. Kalau tidak, mana mungkin dia membenci bunga mawar putih.

"Jangan terlalu percaya diri, Tuan. Yang ada nanti Anda akan terluka jika itu tidak sesuai dengan kenyataan."

Yasa berdecak kesal. "Kamu memang selalu seperti itu tidak pernah bisa membuatku senang

1
niktut ugis
security lebih waras otaknya daripada si bryan
niktut ugis
eh si pelakor uring²an
Soraya
mampir thor
Nurhayati Nia
pagar makan tanaman kamu mah arsyla
Nurhayati Nia
mampir thorr
Dini Mariani s
Buruk
Dini Mariani s
cerdik Adisti...lanjut thor
vi
karyamu bagus Thor
Iyas Masriyah
Luar biasa
Iyas Masriyah
Lumayan
C I W I
Luar biasa
abu😻acii
aku suka karakter wanita tanguh ngk lemah👍
Dewa Dewi
iya betul
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Reader
knp mesti selalu drama 'nolak dibawa ke RS' sii, dah pingsan jugaaa🤭
Hanisah Nisa
thanks Thor...
Putu Suciptawati
lanjut lanjut
Putu Suciptawati
akhirnya yg ditunggu2 up juga🙏🙏🙏
Hanisah Nisa
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!