NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku Untukmu

Ambil Saja Suamiku Untukmu

Status: tamat
Genre:Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Tamat
Popularitas:857k
Nilai: 4.7
Nama Author: Eys Resa

Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.

Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.

Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Muak

Suara gesekan roda brankar di lantai rumah sakit memecah keheningan yang menyesakkan. Luna dan Pak Doni berdiri di samping ranjang kosong, menanti kepindahan Bu Endah dari ruang operasi. Ketegangan yang mencekik perlahan mengendur saat suster memberitahu bahwa operasi pemasangan ring jantung Bu Endah berjalan lancar. Luna menghela napas lega, menyandarkan kepalanya ke bahu Pak Doni.

"Alhamdulillah, Yah," bisiknya, suaranya sedikit bergetar.

Pak Doni mengusap lembut rambut putrinya. "Iya, Nak. Syukurlah. Sekarang tinggal pemulihan."

Tak lama kemudian, Bu Endah tiba, terbaring lemah dengan wajahnya yang masih pucat. Setelah membantu suster menata Bu Endah dengan nyaman, Luna bersiap pamit.

"Luna mau pulang dulu, Pak. Ambil baju sama perlengkapan ibu buat di sini," ujar Luna sambil meraih tasnya.

Pak Doni menahan pergelangan tangan Luna. "Jangan buru-buru, Nak. Kamu juga pasti capek. Istirahat saja di rumah. Besok pagi baru ke sini lagi."

Luna menatap Pak Doni, melihat kekhawatiran di mata pria paruh baya itu. Sejak seharian ini, ia memang belum sempat memejamkan mata. Rasa lelah mulai menyerang, dan tawaran Pak Doni terdengar sangat menggiurkan.

"Baik, Pak. Aku pulang dulu kalau begitu. Besok pagi aku ke sini lagi," jawab Luna, mengangguk setuju.

Perjalanan pulang terasa begitu panjang. Setibanya di rumah, Luna langsung merebahkan diri di sofa, merasakan setiap ototnya menjerit minta istirahat. Ia memejamkan mata, berharap bisa segera terlelap. Namun, baru saja matanya terpejam, ponselnya berdering nyaring. Nama "Rafi" tertera di layar.

Dengan malas, Luna menggeser tombol hijau. "Halo, Mas?"

Suara Rafi terdengar ceria di seberang sana. "Halo, Sayang! Sudah sampai rumah? Aku sudah sampai nih di hotel. Baru mau istirahat."

Luna tersenyum tipis. Meskipun hatinya masih merasakan sedikit ganjalan, mendengar suara suaminya membuatnya merasa sedikit lebih baik. "Iya, Mas. Sudah sampai. Alhamdulillah operasi Ibu lancar."

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak ya, Sayang. Sudah mau menalangi biaya operasi Ibu. Nanti pasti aku ganti semua," kata Rafi, terdengar tulus.

"Sudah kewajiban ku, Mas," jawab Luna. "Yang penting Ibu cepat pulih."

"Iya, Sayang. Kamu juga jangan terlalu capek ya. Istirahat yang cukup. Besok aku telepon lagi," ucap Rafi sebelum menutup telepon.

Luna meletakkan ponselnya di samping. Rasa lega menyelimutinya, namun di sisi lain, kesepian kembali menyeruak. Hari pertama pernikahannya, ia sudah ditinggal pergi suaminya ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Ia berusaha mengusir pikiran-pikiran negatif itu, meyakinkan dirinya bahwa ini semua demi masa depan mereka.

Minggu-minggu berikutnya, Luna menjalani perannya sebagai menantu dengan sepenuh hati. Setiap pagi, ia bangun paling awal, menyiapkan sarapan untuk Pak Doni dan Bu Endah. Setelah Pak Doni berangkat kerja, ia akan fokus merawat Bu Endah. Membantu mertuanya mandi, mengganti pakaian, menyuapi makan, dan menemani nonton tv untuk mengusir kebosanan. Ia telaten merawat Bu Endah pasca operasi hingga mertuanya benar-benar pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa.

"Luna, kamu itu menantu idaman. Ibu beruntung sekali punya kamu," puji Bu Endah suatu sore, saat Luna membantunya berjalan-jalan di teras.

Luna hanya tersenyum. "Ibu ini bisa saja. Sudah kewajiban Luna, Bu."

Terkadang, ia juga harus membelikan obat-obatan untuk Bu Endah yang harganya tidak murah. Rafi memang mengirim uang bulanan, namun jumlahnya tidak seberapa untuk menutupi seluruh kebutuhan rumah tangga, apalagi dengan tambahan biaya obat-obatan Bu Endah. Akhirnya, Luna sering menggunakan uang pribadinya untuk menalangi. Awalnya, ia tidak keberatan sama sekali. Ia beranggapan bahwa Bu Endah adalah ibunya juga, jadi tidak masalah jika ia mengeluarkan uang untuk kebutuhannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Luna mulai merasakan perubahan. Keluarga ini, terutama Bu Endah dan Pak Doni, seolah-olah semakin bergantung padanya. Mereka mulai menganggap uang bulanan yang diberikan Rafi sangat banyak, cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah, bahkan untuk membeli obat-obatan Bu Endah. Setiap kali Luna menanyakan perihal uang atau kebutuhan rumah tangga, jawabannya selalu sama: "Kan sudah ada uang dari Rafi."

Luna mulai merasa muak. Perasaan itu tumbuh perlahan, bagai lumut yang merayap di dinding, merusak keindahan awalnya. Ia merasa dimanfaatkan. Rafi sendiri jarang bertanya tentang pengeluaran rumah tangga. Ia hanya akan mengirim uang di awal bulan dan setelah itu, seolah-olah masalah selesai.

"Bu, obat Ibu sudah mau habis. Luna harus beli lagi," kata Luna suatu pagi, saat Bu Endah selesai sarapan.

Bu Endah mengernyit. "Lagi? Perasaan baru kemarin beli, Nak."

"Iya, Bu. Ini kan obat rutin. Lagipula, harganya lumayan mahal, Bu," jelas Luna, berusaha menahan kekesalan.

"Loh, kan ada uang dari Rafi? Itu kan banyak," sahut Bu Endah enteng.

Luna mengepalkan tangannya di bawah meja. "Tapi, Bu, uang itu juga kan untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi untuk belanja dapur."

"Ya kan diatur saja. Toh kamu juga jarang pakai uang itu kan?" Bu Endah membalas, seolah Luna yang terlalu boros.

Napas Luna tercekat. Ia ingin berteriak, ingin menjelaskan bahwa ia juga memiliki kebutuhan pribadinya, bahwa ia sering menahan diri untuk tidak membeli sesuatu demi memenuhi kebutuhan rumah ini. Tapi ia memilih diam. Kata-kata itu terasa pahit di lidahnya.

Suatu malam, saat Rafi menelepon, Luna memberanikan diri. "Mas, uang bulanan dari Mas itu... sepertinya kurang cukup, Mas."

Rafi terdiam sejenak. "Kurang cukup bagaimana, Sayang? Bukannya sudah banyak ya?"

"Bukan begitu, Mas. Obat Ibu kan lumayan mahal, terus kebutuhan rumah juga banyak," Luna berusaha menjelaskan dengan tenang.

"Ya kan diatur saja, Sayang. Ibu juga sudah sembuh kan? Jadi pengeluarannya pasti berkurang," jawab Rafi, terdengar sedikit tidak sabar.

Luna menahan napas. Hatinya mencelos. Ia merasa seperti berbicara dengan tembok. Rafi tidak mengerti, atau pura-pura tidak mengerti. Ia merasa sendirian dalam menghadapi beban ini. Kesepian yang dulu hanya sesekali terasa, kini mulai menjadi teman setia. Ia merindukan masa-masanya sebelum menikah, di mana ia memiliki kebebasan finansial dan tidak perlu pusing memikirkan uang untuk kebutuhan orang lain.

Waktu terus berjalan, dan Luna semakin terbebani. Senyumnya semakin jarang terlihat, digantikan oleh kerutan samar di keningnya. Ia mulai lelah, bukan hanya secara fisik, tapi juga mental. Ia mencintai Bu Endah dan Pak Doni, namun rasa dimanfaatkan itu terus menggerogoti. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul di benaknya: Apakah pernikahannya akan terus seperti ini? Akankah ia terus menanggung beban ini sendirian? Dan yang paling penting, di mana letak kebahagiaannya dalam semua ini?

Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Mata yang dulu berbinar kini tampak sayu. Ada keputusan yang harus ia buat, entah itu berbicara terus terang dengan Rafi dan mertuanya, atau mengambil langkah yang lebih drastis. Yang jelas, ia tahu, ia tidak bisa terus-menerus hidup dalam kemuakan ini.

1
Nisa Nisa
aku akan buktikan bahwa saya
bhs yg tdk konsisten, krn walau aku dan saya sama-sama orang pertama tunggal tp penggunaannya berbeda menunjukan keakraban, stts org yg jd lawan bicara, kebiasaan. jd kalau digabung jd lucu
Lina Suwanti
ga usah banyak pikir lsg tinggalkan rumah n keluarga toxic itu Luna n urus pembatalan pernikahan karena Luna n Rafi blm berhubungan intim jgn lupa tuntut balik semua uang yg sdh di keluarkan
Fenny Agustyawaty
kok rafi??? bknnya arya..ya..kel arya maksudnya krn menginap..msk menginap dirmh mantan..maaf ya thor..krn jd protes..krn jd mikir ulang sambil.baca...
Jetva
MUDAH MUDAHAN SUAMIMU PUX GUNDIK BIAR KAMU JUGA RASA GIMANA KLO PUX MADU RASA RACUN...😁😁😁😁
Jetva
HARUSX HABIS DITAMPAR, KE KANTOR POLISI LAPOR KDRT KEMUDIAN MINTA SURAT PENGANTAR KE RUMAH SAKIT VISUM...ITU BERGUNA UTK MEMPERMUDAH PROSES PERCERAIAN...
Katherina Ajawaila
nmnya juga ibu ya liat ada anak perempuan yg di sia" in. suami pasti hati nya tersentuh, apa lg ibu pernah mengalami rmh tangga anaknya yg gagal 😖
Katherina Ajawaila
bu Endah, pengen cucu ya, Rafi aja jodohin sm yuni. aman kan🤭
Wisnu Mahendra
kapan bapaknya rafi mati?
Wisnu Mahendra
sampe disini gak diceritakan umur masing2, cuma taunya luna menikah setelah tamat sma, apa berarti luna dan rafi saat ini umur 19th? karena ceritanya luna cerai dari rafi gak sampe setahun pernikahannya
Wisnu Mahendra
si reza nggak ikut keluar juga? biar dilihat sama rafi
Katherina Ajawaila
pasti anak nya cowok., suka iseng in mulu dr pertama 🤭
Katherina Ajawaila
lima kgn. bertindak apa" kamu msh kelas pemula yg ada kena jebakan. kamu🤭
Katherina Ajawaila
Luna ngk. mikir dua. x sebab akibat, untung udh ada Arya skrng 😡
Katherina Ajawaila
Luna hrs pakai pengawsl Aryan, serem juga loh liat gaya nya Mario seperti serigala😡
Katherina Ajawaila
Saras itu. kerja sama dgn. Mario cem" an nya 😡
Katherina Ajawaila
gampar bulak balik, usir seret keluar dr rmh dr pd malu nanti nya, Luna lg usut kematian ortunya 😡
Katherina Ajawaila
biar pemakaian prodeo aja terlalu gampangin segala sesuatu, Saras dan Mario biar keciduk juga sekalian🤭
Katherina Ajawaila
Luna di lamar Arya pas ultah ya thour. pasti. Pembunuh ortunya Luna, pasti Ma t io ya thour 😖
Katherina Ajawaila
paling juga ucapan trima ksh, sekalian. di lamar iya ngk thour🥰
Katherina Ajawaila
Saras pede amat seolah olah Rafi. idola semua wanita, sedikit" cemburu, makan situ sampah nya Luna du jamah juga ngk Luna. jijik amat kaya jecakepan😲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!