Janji Yang Kau Ingkari
Seorang wanita yang begitu cantik dan anggun tampak keluar dari bandara dengan senyum yang merekah di bibirnya. Dia tidak sabar ingin memberi kejutan pada sang suami, yang sebenarnya satu minggu lagi wanita itu akan pulang, tetapi demi memberi kejutan pada sang suami di hari jadi pernikahan mereka, dia rela meninggalkan pekerjaannya dan pulang lebih dulu. Biarlah asistennya tang mengurus segala sesuatu yang belum selesai.
Dia bernama Adisti Dewi Hartono, putri dari Bambang Hartono dan Marini Adinata. Suaminya bernama Bryan Malik Pramana. Wanita itu berprofesi sebagai seorang desainer ternama dengan butik yang begitu besar di kota besar tempat tinggalnya. Dua hari lagi adalah ulang tahun pernikahannya yang ke enam jadi, Adisti memutuskan untuk pulang demi memberi kejutan untuk sang suami dan merayakannya bersama.
Dia dan sang suami bisa disebut dengan pasangan yang serasi karena selalu tampil romantis dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Adisti begitu bahagia memiliki suami seperti Bryan. Meskipun sampai saat ini keduanya belum dikaruniai seorang anak. Namun, tidak menyurutkan kasih sayang diantara keduanya. Kedua keluarga juga tidak mempermasalahkan hal tersebut, bagi mereka asal anak-anak bahagia tak masalah.
“Pak, ke apartemen di jalan Melati,” ucap Adisti pada sopir taksi yang sedang berhenti di depan bandara.
“Baik, Nona,” jawab sopir taksi tersebut dan segera melajukan mobilnya.
Adisti hanya tersenyum mendengar sapaan dari sopir tersebut. Padahal usianya juga sudah cukup matang, tapi entah kenapa orang-orang selalu memanggilnya nona bukan nyonya. Itu tidak masalah baginya, justru dia senang, berarti dirinya masih terlihat lebih muda. Banyak orang yang memujinya secara langsung juga.
Begitu sampai di apartemen, Adisti segera masuk. Ini adalah apartemen rahasia miliknya yang tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk oleh sang suami dan Arsylla—sahabatnya. dia memang sengaja datang ke sini untuk beristirahat sejenak, sekaligus merencanakan semuanya untuk acara kejutan nanti. Wanita itu juga sudah menyewa sebuah restoran ternama, yang biasanya mereka gunakan untuk merayakan ulang tahun.
“Kenapa aku sekarang tiba-tiba kangen banget sama suamiku? Pasti saat ini Bryan sedang sibuk di kantor, apa aku harus datang ke sana saja, ya? Aku sudah tidak tahan ingin bertemu dengannya. Tidak, aku takut nanti rencanaku gagal lagi, lebih baik aku bersabar menunggu besok,” gumam Adisti dengan tersenyum, tidak sabar menunggu hari esok tiba.
Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk dari Vira, dia adalah anak dari Edwin Hartono—adik papa Adisti. Sebuah pesan berisi sebuah foto Bryan bersama seorang wanita yang tidak jelas wajahnya karena menghadap belakang. Hal tersebut tentu saja membuat Adisti terkejut. Selama ini sang suami dikenal dingin dan enggan berdekatan dengan seorang wanita, tiba-tiba berjalan bergandengan tangan. Apalagi di sebuah tempat perbelanjaan yang terlihat begitu ramai.
Tiba-tiba pikiran buruk masuk ke dalam kepalanya, tidak mungkin jika sang suami tega berbuat curang kepadanya. Selama ini juga mereka terlihat begitu bahagia tanpa ada masalah. Dengan tangan yang bergetar Adisti pun mengirim pesan pada Vira yang menanyakan kebenaran foto tersebut. Dalam hati dia meyakini jika yang dilihat itu bukan sang suami, hanya kebetulan orang yang mirip saja.
“Halo, assalamualaikum,” ucap wanita yang berada di seberang telepon yang tidak lain adalah Vira.
“Waalaikumsalam, maksudmu mengirim foto itu apa, Vir?” tanya Adisti tanpa mau berbasa-basi.
Dia bukanlah orang yang suka terlalu banyak bicara. Wanita itu akan bicara langsung pada inti permasalahan jika memang ada sesuatu yang mendesak seperti sekarang ini. Vira juga sangat mengerti karena memang dulu mereka sangat dekat.
“Itu, aku tadi melihat suami kamu di restoran. Antara yakin dan tidak, makanya aku mengambil gambar dan mengirimkannya ke kamu. Apa itu benar suami kamu atau bukan karena aku kan sudah lama nggak ketemu sama kamu dan suami? Itu tadi saja aku harus lihat foto di nikahan kamu dulu. Saat aku samakan memang agak mirip, benar nggak, sih? Aku nggak enak sama kamu, takutnya dikira fitnah,” jawab Vira dengan ragu.
“Aku juga nggak tahu, kan kamu yang ada di sana,” jawab Adisti dengan meremas pakaiannya.
Dia sendiri bingung harus menjawab apa pada sepupunya itu. Pakaian yang dipakai laki-laki dalam foto itu memang sama dengan yang dimiliki suaminya, tetapi bukankah banyak yang memiliki kemeja seperti itu? Apakah mungkin ada orang yang mirip dan memiliki baju yang sama? Memikirkan hal itu semakin membuat Adisti sakit kepala.
“Kamu sendiri sekarang ada di mana?”
“Aku ada di luar negeri, ada fashion show di sini,” jawab Adisti berbohong.
Dia tidak ingin mengatakan yang sejujurnya pada siapa pun. Saat ini tidak ada yang bisa wanita itu percayai. Bisa saja Vira sengaja mengedit foto tersebut atau yang lebih menyakitkan gambar itu nyata adanya. Adisti juga perlu mencari tahu kebenaran tentang foto kiriman dari Vira itu.
Untung saja tadi dia pergi ke apartemen, bukan pulang ke rumah. Jika tidak pasti dirinya bingung harus merencanakan apa. Sekarang dalam seminggu ke depan sepertinya wanita itu akan berpura-pura masih berada di luar negeri, Adisti akan mencari tahu sendiri mengenai kebenaran tentang suaminya. Mengenai rencana kejutan ulang tahun biar itu terlewat, dia juga ingin tahu apakah sang suami masih ingat dengan ulang tahun pernikahannya atau tidak.
“Ya sudah, Vir. Mengenai masalah ini, tolong jangan katakan pada siapa pun, ya! Aku juga perlu mencari tahu kebenarannya. Terima kasih sudah memberi info tentang suamiku.”
“Kamu tenang saja, aku tidak akan mengatakan pada siapa pun dan satu lagi, kalau kamu butuh bantuan segera hubungi aku. Bagaimanapun juga kita ini saudara harus saling berbagi dalam hal apa pun satu sama lain.”
“Terima kasih.” Adisty pun segera mengakhiri panggilan.
Wanita itu bersyukur memiliki sepupu seperti Vira. Dulu mereka sangat dekat, ke mana-mana selalu bersama, bahkan keluarga selalu menyebutnya saudara kembar karena selalu memiliki barang yang sana. Semakin dewasa sepupunya itu seperti sedang menghindarinya. Itu terjadi sejak di Vira berdebat dengan dirinya mengenai Arsylla.
Menurut Vira, Arsylla bukanlah orang yang baik yang hanya ingin memanfaatkan kebaikan dirinya. Namun, dia merasa tidak seperti itu. Selama berteman Arsylla juga tidak pernah meminta apa pun atau sengaja memanfaatkannya. Justru dirinyalah yang sengaja ingin membantu temannya itu karena kasihan melihat Arsylla yang kesusahan.
Bahkan sering kali temannya itu menolak karena merasa tidak enak pada dirinya. Namun, karena dia memaksa akhirnya temannya itu pun menerima. Adisty juga sangat dekat dengan keluarga Arsylla dan menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Bahkan tidak jarang memberi mereka hadiah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Osie
kuku mampir..ku baca sipnosisnya dan kuharap adisti tdk mempertahankan RTnya yg penuh kebohongan...dan ku harap ini cerita juga gak ngegantung kayak jemuran
2023-09-10
0
Warijah Warijah
Mampir Thor..👍🏻
2023-08-05
0
Shuhairi Nafsir
Adisty dasar cewek yg goblok.
2023-08-02
0