Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Dunianya gelap. Tembok tinggi yang ia bangun runtuh seruntuh-runtuhnya hingga tidak tersisa. Bangunan itu hancur bagai terhantam badai yang dahsyat. Tubuhnya lemas. Hatinya hancur terkoyak pecah. disaat Dokter menyampaikan kehamilan Istrinya.
Bukan kelumpuhan yang di tolaknya. Tetapi kehamilan dan penghianatan yang tidak bisa di terimanya. Ia merasa menjadi suami yang gagal untuk Istrinya. Ia kecewa menerima kenyataan bahwa wanita yang di cintainya tega menghianatinya dan lebih memilih laki-laki lain untuk mengandung benih.
Mereka di pertemukan di salah satu kafe milik sahabatnya. Dirga yang sedang terburu-buru tidak sengaja menabrak Ratna. Cinta pada pandangan pertama mengawali hubungan mereka.
Tak butuh lama Dirga sudah berani mengambil keputusan untuk melamarnya. Sosok Ratna yang cantik, pintar, juga baik penuh kelembutan. Mampu meyakinkan Dirga untuk segera menikahinya. Ia bahkan menentang kedua Orang Tuanya dan lebih memilih Ratna. Cinta sungguh membutakan matanya.
Di keluarkannya lagi ponsel Ratna dari dalam laci meja kerjanya. Selama tujuh tahun Dirga masih menyimpannya. Ponsel yang membuktikan banyak keburukan Ratna di belakangnya. Sehari setelah kecelakaan tunggal yang di alami Ratna. Pihak kepolisian menyerahkan ponsel milik Ratna yang tertinggal di dashboard mobil yang hancur dan menjadi barang bukti akan kelalaiannya dalam berkendara.
Di dalam ponsel, banyak telfon masuk dan juga pesan berbalas di salah satu aplikasi. Banyak ribuan kata cinta dan sayang memenuhi obrolan mereka.
Setiap hari setiap waktu bahkan sampai tengah malam saat ia tidak pulang. Beberapa foto kebersamaan mereka pun tersimpan dengam rapih di dalam galeri.
Dirga membaca pesan terakhir yang masih sempat di kirimkan Ratna kepada pria yang akan di temuinya di salah satu hotel di kota bandung.
"Aku masuk tol Honey. Baby mu merindukan mu. I miss you so much.." di tambahkan emotion bergambar hati dan ciuman.
Soni Setiawan ternyata pria yang sudah ada di hati Ratna jauh sebelum Ratna mengenal dan menerima lamaran Dirga. Dia satu angkatan dengan Ratna. Satu tempat kuliah yang sama. Bisa dikatakan Soni adalah cinta pertama bagi Ratna.
Mereka terpisah di karenakan Soni sudah di jodohkan dengan seorang wanita pilihan orang tuanya. Dan mereka kembali bersama setelah beberapa bulan Dirga menikahinya.
Dirga tersenyum getir kala mengingat akan kebodohannya.
"Aku hanya di jadikan pelarianmu Ratna. Dan dengan mudahnya kamu bilang menyesal dan meminta maaf kepadaku. Dan parahnya aku tidak bisa meninggalkankanmu dalam kondisi cacat. Entah sampai kapan aku mampu menjalaninya!" Dirga bicara dengan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya.
"Tuan, Tuan Dirga. Pak Bayu tidak bisa menghubungi Tuan. Apa Tuan akan kembali ke kantor? Barusan Pak Bayu menghubungi saya Tuan."
Suara Pak Dadang mengejutkannya. Membuyarkan lamunannya. Di masukkannya kembali ponsel milik Ratna ke dalam laci.
"Hahh!" Dirga membuang nafas mengeluarkan udara yang memenuhi rongga dadanya hingga sesak. Dan melihat ponselnya yang masih dalam mode silence. Di lihatnya jam mahal yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tiga sore. Sudah satu jam Dirga berada dalam ruangan ini.
"Tunggu saya di bawah pak."
"Baik tuan."
Dirga memutuskan kembali kembali ke kantor. Karna ada satu nama yang di ingatnya.
"Anindirra... Sedang apa dia?"
*
*
Dirga sudah berada di dalam mobil alphard miliknya. Mobil itu melaju menuju kantornya di tengah hiruk pikuknya Ibu Kota. Menjelang sore jalanan mulai padat dengan kendaraan. Satu jam lagi para karyawannya akan berbondong-bondong keluar dari gedung wijaya grup. Karna sudah berahirnya jam kerja.
Mengeluarkan ponsel Dirga mengirim pesan ke nomor wanita yang telah menariknya ke dalam kubangan kerinduan.
"Anindirra." - Dirga
Terlihat Anin sedang mengetik balasan.
"Ya, Tuan." - Anin
"Tunggu aku di ruang kerjanya ku." - Dirga
Tidak puas dengan mengirim pesan. Dirga menelfon Anin melalui vidio call di aplikasi hijaunya. Tetapi tidak ada jawaban dari seberang. Dirga mengulang lagi hingga beberapa kali panggilan, tapi masih tetap tidak ada jawaban.
Rasa gusar menyerangnya. Wajahnya berubah datar. Rahangnya sedikit mengeras.
"Kemana dia? Kenapa dia mengabaikan telfon ku."
"Lebih cepat lagi Pak!"
"Baik Tuan."
*
*
Anin baru saja menyelesaikan laporan keuangan. Yang harus segera di serahkannya kepada Ranti kepala bagian keuangan. Ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk ke aplikasi chatnya. Terlihat di layar pemberitahuan nama si pengirim. Senyum manis terbit di ujung bibirnya.
"Panjang umur." Anin berkata pelan.
Anin membuka dan membacanya. Lalu ia segera membalasnya.
"Ya, Tuan."
Ketika akan membalas pesan berikutnya suara Dewi menghentikannya. Ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"An kamu datang kan? Jangan lupa loh ya. Sore ini." Dewi mengingatkan Anin agar bersiap-siap menghadiri pesta ulang tahun Mira temannya.
Mereka berteman hanya beda departemen. Mira satu departemen dengan Aldi kekasihnya.
"Kita akan berangkat bareng Aldi naik mobilnya." Dewi memberitahu Anin yang masih terdiam.
Tiga hari sebelumnya Anin menerima undangan perayaan ulang tahun dari Mira. Ia merayakannya di salah satu kafe tengah kota. Ia datang menemui Anin menyerahkan undangan langsung.
"Emm… aku, sepertinya tidak bisa hadir Wi. Aku ada urusan mendadak sore ini." Anin beralasan.
"Ayoo lah An,... Kitakan udah janji akan datang. Mira akan kecewa kalau sampai kita tidak hadir. Ini hanya setahun sekali loh. Lagi pula gak akan lama kog." Dewi memanyunkan bibirnya, merajuk kepada Anin.
"Please Anindirraaa." dengan wajah memelas serta menangkupkan kedua tangan di dada Dewi berusaha merayu Anin agar ikut hadir ke acara Mira sore ini.
"Soal baju, aku sudah siapkan untukmu." Dewi menyerahkan paperbag kepada Anin.
Demi menjaga hubungan pertemanannya. Ahirnya Anin mengangguk. Walau hatinya tidak tenang. Mengingat pesan dari seseorang.
"Yeeaay!!" Dewi bersorak kegirangan.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee